Definisi kepekaan terhadap humor sense of humor

2.3.5 Pengukuran sense of humor

Saat ini, beberapa alat ukur dikembangkan dengan maksud untuk mengukur sense of humor, diantaranya adalah Situational Humor Response Questionnaire SHRQ dan Coping Humor Scale CHS yang dikembangkan oleh Martin dan Lefcourt 1984. SHRQ mengukur respons berupa rating tertawatersenyum yang ditampilkan, karena adanya stimulus tertentu. Sedangkan The Coping Humor Scale CHS untuk mengukur seberapa jauh individu merasa bahwa humor dapat mengatasi stres yang sedang dialaminya. Di samping dua alat ukur sense of humor di atas, sebelumnya pada tahun 1974 juga telah dikembangkan oleh Svebak dalam Martin, 2003, yaitu The Sense of Humor Questionnaire SHQ yang digunakan untuk mengukur 3 dimensi humor: a metamessage sensitivity kepekaaan untuk mengenalimengidentifikasi situasi humor, b likingenjoyment of humor kesukaan terhadap humor, dan c emotional expressiveness. Alat ukur SHQ tidak signifikan terhadap Marlowe-Crowne Social Desirability scale Lefcourt Martin dalam Martin, 2003. Hal ini menunjukkan bahwa alat ukur SHQ tidak memiliki muatan social desirability, walaupun bentuk dari alat ukur ini berupa self-report. Alat ukur sense of humor lain yang cukup popular adalah Multidimensional Sense of Humor Scale MSHS, yang dikembangkan oleh Thorson dan Powell pada tahun 1993. Pengukuran sense of humor pada penelitian ini menggunakan alat ukur Multidimensional Sense of Humor Scale MSHS. Thorson dan Powell 1993 berpendapat bahwa humor adalah sebuah konstruk yang multidimensional. Oleh karena itu, alat ukur humor seharusnya adalah sebuah konstruk yang multidimensional, sedangkan alat ukur humor yang selama ini sudah ada masih bersifat unidimensional. MSHS terdiri dari empat dimensi humor, yaitu humor production, social uses of humor, attitudes toward humor and humorous people, dan uses of humor for coping. MSHS terdiri dari 24 item pernyataan yang telah diadaptasi dari instrument bakunya yang berbahasa Inggris kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Selain itu, penulis juga melakukan modifikasi pada skala model likert, dimana pada skala aslinya menggunakan skala model likert dengan rentangan lima point dimodifikasi menjadi rentang skala empat point, untuk menghindari bias dan mempermudah subjek dalam merespon item. Semakin tinggi nilai total yang didapat, semakin tinggi pula rasa humor yang dimiliki. Thorson dan Powell 1993 melaporkan realibilitas alpha cronbach adalah sebesar 0.912, serta cenderung stabil dan netral secara gender maupun tingkat usia.

2.3.6 Penelitian terdahulu

Berikut ringkasan penelitian terdahulu mengenai sense of humor terhadap psychological well-being. Penelitian Thomas R. Herzog dan Sarah J. Strevey 2008, menyimpulkan bahwa humor appreciation memiliki korelasi paling kuat p .001 for 12 of 14 correlations dan humor tolerance adalah yang paling lemah p .001 for only one correlation. Selain itu, humor appreciation adalah satu-satunya prediktor signifikan dari emotional well-being dan personal development memiliki korelasi yang lebih besar dengan humor appreciation .32. Pelbagai model teoritis yang menghubungkan sense of humor terhadap well-being menyebabkan prediksi kuat bahwa sense of humor akan berhubungan positif dengan positive affect, happiness, dan measures of personal development skala Ryff dan berhubungan negatif dengan negative affect, depression, dan stress. Semua prediksi ini didukung p .001 untuk humor appreciation, dan banyak dari mereka juga didukung untuk humor production dan coping humor.

2.4 Kerangka Berpikir

Pekerjaan menjadi seorang jurnalis memerlukan kualifikasi, baik secara profesi maupun psikologis, sehingga mampu bertahan dengan situasi penuh tekanan. Kesehatan psikologis seorang jurnalis adalah sama pentingnya dengan fisik. Seorang jurnalis yang telah mengalami stres maupun trauma dapat mempengaruhi pelbagai sektor kehidupannya, baik sebagai manusia atau sebagai seorang jurnalis. Berdasarkan hasil-hasil penelitian tentang psychological well-being yang didasarkan pada teori Ryff 1989, diketahui bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi psychological well-being adalah kepribadian. Adanya masalah yang sama, belum tentu setiap orang memiliki cara pemecahan masalah yang sama pula. Semua itu tergantung pada kepribadian mereka masing-masing. Kepribadian merupakan ciri khas seseorang yang membedakan dengan orang lain. Baru-baru ini, bukti statistik dan leksikal, dari berbagai budaya dan bahasa, telah terakumulasi dalam mendukung kerangka struktur kepribadian enam dimensi yang disebut HEXACO Honesty-Humility, Emotionality, eXtraversion, Agreeableness, Conscientiousness, Openness. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan keuntungan dari model HEXACO atas Big FiveFive Factor, terutama yang berkaitan dengan variabel yang terkait dengan eksploitasi selfish