Pengukuran sense of humor

orang lain, seperti materialisme, kecakapan sosial, pelanggaran di tempat kerja, psikopati, narsisme, Machiavellianism, manipulatif, dan egoisme Ashton Lee, 2008; De Vries, De Vries, De Hoogh, Feij, 2009; Lee Ashton, 2005; Lee, Ashton, De Vries, 2005 a ; Lee, Ogunfowora, Ashton, 2005 b . Hasil penelitian Naser Aghababaei dan Akram Arji dalam Journal of Personality and Individual Differences, 2013 yang menunjukkan bahwa dimensi HEXACO signifikan memprediksi semua aspek psychological well-being. Extraversion berkorelasi kuat terhadap psychological well-being. Faktor Honesty- Humility terkait dengan tingkat yang lebih tinggi psychological well-being, dengan subfaktor Honesty aspek Sincerity dan Fairness beroperasi sebagai pendorong utama untuk hubungan ini. Dalam beberapa penelitian ditemukan bahwa sense of humor terbukti dapat meningkatkan baik kesejahteraan fisik maupun psikologis seseorang Martin, 2001; Kuiper, Martin, Olinger, Kazarian, Jetté, 1998; Herzog Strevey, 2008. Humor telah dikaitkan dengan peningkatan fungsi kekebalan tubuh dan pengurangan baik stres yang dirasakan atau dampak dari variabel yang menghasilkan stres Abel, 2002; Lefcourt, 2001; Martin, 2001. Hal ini jelas bahwa humor dipandang sebagai faktor penting bagi well-being. Sense of humor dianggap sebagai personality trait atau set of traits. Menurut Martin 1998, sense of humor mengacu pada perbedaan individu dalam segala macam perilaku kebiasaan, pengalaman, pengaruh, sikap, dan kemampuan yang berhubungan dengan hiburan, tawa, kelucuan, dan sebagainya. Penelitian yang dilakukan oleh Herzog dan Strevey 2008 menemukan sehubungan dengan sense of humor dan well-being, bahwa humor appreciation mempunyai korelasi paling kuat p .001 for 12 of 14 correlations dan humor tolerance adalah yang paling lemah p .001 for only one correlation. Berbagai model teoritis yang menghubungkan antara sense of humor terhadap well-being menyebabkan prediksi kuat bahwa sense of humor akan berhubungan positif dengan positive affect, kebahagiaan, dan langkah-langkah pengembangan pribadi skala Ryff dan berhubungan negatif dengan negative affect, depresi, dan stres. Semua prediksi tersebut didukung p .001 untuk humor appreciation, dan banyak dari mereka juga didukung untuk humor production dan coping humor. Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi psychological well-being seseorang adalah faktor demografis. Faktor demografis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, penghasilan, dan intensitas pekerjaan. Ryff dan Keyes 1995 mengemukakan bahwa perbedaan usia mempengaruhi perbedaan dalam dimensi-dimensi psychological well-being. Ryff dan Singer 2002 menemukan adanya perbedaan psychological well-being, khususnya pada dimensi penguasaan lingkungan, pertumbuhan pribadi, tujuan hidup, dan otonomi pada kelompok usia yang terdiri dari tiga bagian: dewasa awal, dewasa madyamenengah, dan dewasa akhir. Selanjutnya, pada variabel jenis kelamin, kelompok wanita lebih tinggi pada dimensi hubungan positif dengan orang lain dan pertumbuhan pribadi daripada kelompok pria. Ryff 1996 menjelaskan bahwa jenis kelamin mempengaruhi tingkat psychological well-being seseorang. Hal tersebut