Tujuan penelitian Manfaat penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan dipaparkan tentang teori yang digunakan dalam penelitian ini, pengukurannya, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

2.1 Psychological Well-Being

2.1.1 Definisi psychological well-being

Secara umum, ada dua konsep atau pengertian tentang psychological well-being. Konsep pertama disampaikan oleh Bradburn dalam Ryff, 1989 yang mengartikan psychological well-being sebagai kebahagiaan happiness. Ia membuat penelitian untuk mengetahui pengaruh perubahan-perubahan sosial secara makro, misalnya perubahan dalam tingkat pendidikan, pola tenaga kerja, dan ketegangan politik terhadap kondisi psikologis individu. Saat menjabarkan kondisi psikologis individu, Bradburn 1969 menggunakan kebahagiaan yang dirujuk dari istilah eudaimonia kebahagiaan yang dikemukakan oleh Aristoteles. Dimana menurut buku yang ditulis Aristoteles berjudul ‘Nicoman Ethics’, 1947, mengatakan bahwa eudaimonia merupakan hal tertinggi yang dapat diraih manusia. Dalam penelitian tersebut,kebahagiaan dioperasionalkan sebagai adanya keseimbangan antara afek positif dan negatif. Konsep kedua mengartikan well-being sebagai kepuasan hidup. Istilah kedua ini juga didapatkan dari penelitian yang tidak secara khusus mengukur psychological well-being. Life Satisfaction Index atau sering disingkat dengan 19 istilah LSI Neugarten, Havighurst Tobin dalam Ryff, 1989 misalnya, ditujukan untuk mengetahui perbedaan antara individu yang sukses dengan yang tidak pada kelompok lanjut usia. Alat ukur LSI ini tidak digunakan untuk mengukur psychological well-being tetapi kondisi psikologis individu sukses dan tidak sukses, yang diukur dalam alat ukur ini serupa dengan apa yang ingin digali dari konsep psychological well-being. Menurut Ryff dan Keyes 1995, psychological well-being adalah saat dimana seseorang dapat hidup dengan bahagia berdasarkan pengalaman hidupnya dan bagaimana mereka memandang pengalaman tersebut berdasarkan potensi yang mereka miliki. Evaluasi terhadap pengalaman akan dapat menyebabkan seseorang menjadi pasrah terhadap keadaan yang membuat psychological well- being-nya rendah, atau berusaha memperbaiki keadaan hidupnya yang akan membuat psychological well-being-nya meningkat. Sehingga, individu dengan psychological well-being berarti tidak hanya individu yang terbebas dari hal-hal yang menjadi indikator mental negatif, akan tetapi mengetahui potensi-potensi positif yang ada pada dirinya. Psychological well-being memimpin individu untuk menjadi kreatif dan memahami apa yang sedang dilakukannya Bartram Boniwell, 2007. Menurut Snyder dan Lopez 2002, psychological well-being bukan hanya merupakan ketiadaan penderitaan, namun psychological well-being meliputi keterikatan aktif dalam dunia, memahami arti dan tujuan dalam hidup dan hubungan seseorang pada objek ataupun orang lain.