Penelitian terdahulu Sense of Humor

Penelitian yang dilakukan oleh Herzog dan Strevey 2008 menemukan sehubungan dengan sense of humor dan well-being, bahwa humor appreciation mempunyai korelasi paling kuat p .001 for 12 of 14 correlations dan humor tolerance adalah yang paling lemah p .001 for only one correlation. Berbagai model teoritis yang menghubungkan antara sense of humor terhadap well-being menyebabkan prediksi kuat bahwa sense of humor akan berhubungan positif dengan positive affect, kebahagiaan, dan langkah-langkah pengembangan pribadi skala Ryff dan berhubungan negatif dengan negative affect, depresi, dan stres. Semua prediksi tersebut didukung p .001 untuk humor appreciation, dan banyak dari mereka juga didukung untuk humor production dan coping humor. Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi psychological well-being seseorang adalah faktor demografis. Faktor demografis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, penghasilan, dan intensitas pekerjaan. Ryff dan Keyes 1995 mengemukakan bahwa perbedaan usia mempengaruhi perbedaan dalam dimensi-dimensi psychological well-being. Ryff dan Singer 2002 menemukan adanya perbedaan psychological well-being, khususnya pada dimensi penguasaan lingkungan, pertumbuhan pribadi, tujuan hidup, dan otonomi pada kelompok usia yang terdiri dari tiga bagian: dewasa awal, dewasa madyamenengah, dan dewasa akhir. Selanjutnya, pada variabel jenis kelamin, kelompok wanita lebih tinggi pada dimensi hubungan positif dengan orang lain dan pertumbuhan pribadi daripada kelompok pria. Ryff 1996 menjelaskan bahwa jenis kelamin mempengaruhi tingkat psychological well-being seseorang. Hal tersebut dikarenakan adanya stereotype gender yang telah tertanam di dalam diri anak laki- laki yang digambarkan sebagai sosok yang agresif dan mandiri, sementara itu perempuan digambarkan sebagai sosok yang pasif dan tergantung. Lalu, menurut Davis dalam Rahayu, 2008, individu dengan tingkat penghasilan tinggi, status menikah, dan mempunyai dukungan sosial tinggi akan memiliki psychological well-being yang lebih tinggi. Dari kerangka berpikir di atas dapat diilustrasikan ke dalam bagan sebagai berikut :