Pengertian “MULIA” Produk Mulia berdasarkan Regulasi – Regulasi Syariah Fatwa DSN NO : 04DSN-MUIIV2000 tentang MURABAHAH

53 5. Apabila jatuh tempo Murtahin harus memperingatkan Rahin, apabila tidak dapat melunasi hutang maka marhun dijual untuk melunasi hutang dan biaya. Kelebihankekurangannya menjadi hakkewajiban Rahin.

2.8.2.2.2 Ketentuan Penutup

1. Jika terjadi perselisihan antara kedua belah pihak dan tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah, maka penyelesaian melalui Badan Arbitrase Syariah. TMT 2004, melalui Pengadilan Agama 2. Fatwa berlaku sejak tanggal penerbitan 26 Juni 2002 dan jika terdapat kekeliruan dikemudian hari, dapat diubah disempurnakan sebagaimana mestinya.

2.8.3 Peluang dan Keunggulan Pegadaian Syariah

 Potensi Pasar yang besar  Tidak memerlukan investasi yang besar,  Sangat profitable karena memiliki margin keuntungan yang relative tinggi  Kemungkinan macet kecil  Proses pencairan mudah dan cepat  Seluruh lapisan masyarakat dapat memanfaatkan produk Rahn  Resiko kecil, jika dikelola dengan benar.

2.9 Produk Murabahah Logam Mulia untuk Investasi Abadi “MULIA”

2.9.1 Pengertian “MULIA”

54 “MULIA” merupakan sebuah investasi jangka panjang logam mulia. “MULIA” dapat memfasilitasi kepemilikan emas batangan melalui penjualan logam mulia oleh pegadaian kepada masyarakat secara tunai danatau dengan pola angsuran dengan proses cepat dalam jangka waktu tertentu yang fleksibel PPS, 2010. Apalagi di tengah situasi ekonomi yang kian tak menentu dan inflasi yang sering kali terjadi. Salah satu cara yang dianjurkan adalah dengan berinvestasi, dan investasi emas merupakan pilihan yang sangat baik. Kelebihan investasi emas “MULIA” dibanding investasi lainnya, termasuk properti, adalah Anda tidak perlu memiliki modal yang besar dan nilai inflasinya nol. Emas menyediakan ukuran dari yang terkecil yaitu 1 gram hingga yang terbesar sesuai dengan kemampuan pembelinya Fitriastuti, 2010.

2.9.2 Produk Mulia berdasarkan Regulasi – Regulasi Syariah

Berikut dalil-dalil yang diambil dari Al- Qur‟an dan Hadist: 1. Firman Allah, QS. An- Nisa‟ [4]: 29: “Hai orang yang beriman Janganlah kalian saling memakan mengambil harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di antaramu.. “ 2. Firman Allah, QS. Al-Baqarah [2]: 275: “... Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...” 3. Firman Allah, QS. Al- Ma‟idah [5]: 1: 55 “ Hai orang yang beriman Penuhilah akad-akad itu... “ 4. Firman Allah, QS. Al-Baqarah [2]: 280: “ Dan jika orang berhutang itu dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai ia berkelapangan..”

2.9.3 Fatwa DSN NO : 04DSN-MUIIV2000 tentang MURABAHAH

Ketentuan Umum : • Pegadaian dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba. • Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah islam • Pegadaian mempunyai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya. • Pegadaian membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama Pegadaian sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba. • Pegadaian harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang • Pegadaian kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Pegadaian harus memberitahu secara jujur harga pokok barang tersebut kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. 56 • Nasabah membayar harga barang yang telah di sepakati tesebut pada jangka waktu yang telah disepakati. • Untuk mencegah penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak Pegadaian Pegadaian dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah. • Jika Pegadaian hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik Pegadaian.

2.9.4 Fatwa DSN NO : 13DSN-MUIIV2000 tentang Uang Muka dalam MURABAHAH