Gambaran Pekerjaan Ibu dengan Kejadian Stunting pada Balita

terhadap status gizi keluarganya. Ayah yang berpendidikan tinggi dapat memberikan masukan kepada istri mereka mengenai bahan makanan yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan keluarga mereka. Dalam kasus ini dapat disimpulkan jumlah ayah berpendidikan rendah lebih banyak dari pada jumlah ayah balita yang berpendidikan tinggi. Jumlah balita stunting pun lebih banyak ditemukan pada balita yang memiliki ayah dengan status pendidikan rendah, yaitu sebanyak 58.7. Tugas pokok seorang ayah adalah sebagai pencari nafkah dalam kerluarga. Tingkat pendidikan ayah dapat juga mempengaruhi pekerjaan ayah, yang pada akhirnya akan mempengaruhi income keluarga. Ayah dengan pendidikan tinggi cenderung memiliki pekerjaan dengan penghasilan yang lebih baik. Sehingga pemasukan keluarga untuk dialokasikan dalam pembelian bahan makanan pun lebih tinggi. Selain itu ayah dengan pendidikan tinggi cenderung menggunakan uang mereka lebih bijaksana. Misalnya seperti tidak menghabiskan uang untuk membeli rokok dan lebih memilih menggunakan uang tersebut untuk membeli bahan makanan bergizi untuk keluarga.

6.10 Gambaran Pekerjaan Ibu dengan Kejadian Stunting pada Balita

Dari hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa sebagian besar ibu balita usia 24-59 bulan di Provinsi NTB tahun 2010 tidak bekerja, yaitu sebesar 66.80. Sedangkan ibu balita yang bekerja hanya sebesar 33.13 . Jumlah balita yang mengalami stunting jauh lebih banyak ditemukan pada ibu yang bekerja, yaitu sebanyak 68 dari 113 anak 60.37. Dengan kata lain, ibu yang tidak bekerja cenderung memiliki anak tidak stunting. Dalam keluarga peran ibu sangatlah penting yaitu sebagai pengasuh anak dan pengatur konsumsi pangan anggota keluarga, juga berperan dalam usaha perbaikan gizi keluarga terutama untuk meningkatkan status gizi bayi dan anak. Pengaruh ibu yang bekerja terhadap hubungan antara ibu dan anaknya sebagian besar sangat bergantung pada usia anak dan waktu ibu kapan mulai bekerja. Ibu- ibu yang bekerja dari pagi hingga sore tidak memiliki waktu yang cukup bagi anak-anak dan keluarga Hurlock, 1999 dalam Suyadi, 2009. Perhatian terhadap pemberian makan pada anak yang kurang dapat menyebabkan anak menderita kurang gizi, selanjutnya berpengaruh buruk terhadap t umbuh kembang anak dan perkembangan otak mereka. Beban kerja yang berat pada ibu yang melakukan peran ganda dan beragam akan dapat mempengaruhi status kesehatan ibu dan status gizi balitanya Mulyati, 1990 dalam Hermansyah, 2010. Hal ini menyebabkan asupan gizi pada balitanya menjadi buruk dan bisa berdampak pada status gizi balita tersebut Pudjiadi, 2000 dalam Suyadi, 2009. Sebagian besar ibu balita di Provinsi NTB merupakan ibu rumah tangga atau tidak bekerja. Ibu rumah tangga memiliki waktu yang lebih banyak untuk menjaga anak- anak mereka dirumah. Sedangkan pada ibu yang bekerja, ibu tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengurus anak. Sehingga ibu kurang dapat memperhatikan asupan gizi yang baik untuk anak dan keluarga mereka. Ibu harus keluar rumah pagi hari dan pulang ke rumah sudah dalam keadaan lelah sehabis bekerja, sehingga waktu untuk anak pun berkurang. Ibu yang bekerja biasanya memiliki pola asuh yang buruk. Biasanya mereka menyerahkan balita mereka kepada pembatu rumah tangga atau nenek balita untuk menjaga balita tersebut selama ibu bekerja. Oleh karena itu jumlah balita stunting lebih banyak ditemukan pada ibu yang bekerja.

6.11 Gambaran Pekerjaan Ayah dengan Kejadian Stunting pada Balita

Dokumen yang terkait

Determinan Asupan Energi dan Protein pada Balita di Wilayah Indonesia Timur dan Barat Tahun 2010 (Analisis Data Sekunder Riskesdas 2010)

0 10 147

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Anemia pada Balita Usia 12-59 Bulan di Indonesia (Analisis data Riskesdas 2013)

0 30 139

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013)

0 0 16

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013)

0 0 2

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013)

0 1 6

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013)

0 0 34

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013) Chapter III VI

0 0 58

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013)

1 2 10

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013)

0 1 52

KEJADIAN CACAT PADA ANAK USIA 24 - 59 BULAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG BERKAITAN, RISKESDAS 2010 Factors Associated with Defects in Children Aged 24-59 Months, Basic Health Survey 2010

0 0 12