Rumusan Masalah Pertanyaan Penelitian Ruang Lingkup

untuk melakukan penelitian ini kurang begitu baik dalam segi kelengkapan data, karena cukup banyak data yang missing. Berdasarkan data yang terkumpul dari Riskesdas 2010, total balita yang berusia 24-59 bulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat pada Tahun 2010 yaitu sebanyak 579 individu. Dari jumlah tersebut, untuk keperluan penelitian ini banyak data yang tidak lengkap, misalnya dalam satu individu sampel, satu danatau beberapa variabel yang dibutuhkan untuk penelitian ini tidak ada missing maka sampel tersebut tidak dapat digunakan untuk penelitian. Dari total 579 individu tersebut, setelah dilakukan proses cleaning data menjadi 338 individu. Sehingga seluruh individu tersebut digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis tertarik untuk meneliti gambaran faktor- faktor kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di provinsi NTB berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2010. Faktor-faktor yang diteliti yaitu: asupan energi, asupan protein, jenis kelamin, berat lahir, jumlah anggota rumah tangga, pendidikian ib u, pendidikan ayah, pekerjaan ibu, pekerjaan ayah, wilayah tempat tinggal dan status ekonomi keluarga.

1.2 Rumusan Masalah

Nusa Tenggara Barat NTB masuk dalam urutan ke 3 yang memiliki kasus stunting pada balita diatas prevalensi nasional. Stunting mengindikasi masalah kesehatan masyarakat karena berhubungan dengan meningkatnya risiko morbiditas dan mortalitas, penurunan perkembangan fungsi motorik dan mental serta mengurangi kapasitas fisik ACCSCN 2000. Prevalensi balita sangat pendek di NTB meningkat dari 23.8 pada tahun 2007 menjadi 27.8 pada tahun 2010. Sedangkan prevalensi balita pe ndek pada tahun 2007 sebesar 19.9 menjadi 20.5 pada tahun 2010. Kejadian stunting di provinsi Nusa Tenggara Barat masih tinggi dan faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting di Nusa Tenggara Barat pun banyak. Selain itu, data konsumsi energi dan protein yang tersedia dalam Riskesdas 2010 hanya ada untuk balita berusia 24-59 bulan. Pada umumnya balita berusia 24 bulan sudah sapih ASI. Hal ini membuat konsumsi makanan balita benar-benar tergantung dari asupan energi dan protein. Maka dari itu data asupan energi dan protein menjadi sangat penting dalam penelitian ini. Oleh karena itu penulis ingin menganalisis gambaran faktor- faktor kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2010.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat? 2. Bagaimana gambaran balita stunting usia 24-59 bulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat berdasarkan asupan energi, asupan protein, jenis kelamin, berat lahir, jumlah anggota rumah tangga, pendidikan ibu, pendidikan ayah, pekerjaan ibu, pekerjaan ayah, wilayah tempat tinggal dan status ekonomi keluarga? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Diketahuinya gambaran faktor- faktor kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2. Diketahuinya gambaran balita stunting usia 24-59 bulan berdasarkan asupan energi, asupan protein, jenis kelamin, berat lahir, jumlah anggota rumah tangga, pendidikan ibu, pendidikan ayah, pekerjaan ibu, pekerjaan ayah, wilayah tempat tinggal dan status ekonomi keluarga. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis 1. Sebagai pengkayaan pengetahuan dan pengalaman praktis peneliti dibidang penelitian kesehatan masyarakat. 2. Sebagai bahan untuk penelitian lanjutan oleh peneliti lain dalam topik yang sama. 3. Sebagai tambahan referensi karya tulis yang berguna bagi masyarakat luas di bidang kesehatan masyarakat.

1.5.2 Manfaat Aplikatif

Manfaat aplikatif dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan dalam evaluasi kebijakan dan pengambilan keputusan terkait masalah gizi kurang pada balita oleh pemerintah pusat Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

1.6 Ruang Lingkup

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif mengenai gambaran faktor- faktor kejadian stunting pada balita usia 24-59 di Provinsi Nusa Tenggara Barat, yang dilakukan oleh mahasiswa Peminatan Gizi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil penelitian ini dimaksudkan sebagai masukan yang berguna bagi pengambilan keputusan dalam rangka pencarian solusi untuk menanggulangi kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study berdasarkan data hasil penelitian Riskesdas tahun 2010 yang pengolahan datanya dilaksanakan pada bulan Maret tahun 2013. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stunting Pada Balita

Status gizi merupakan keadaan yang disebabkan oleh keseimbangan antara jumlah asupan zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis seperti pertumbuhan fisik, perkembangan, aktifitas dan pemeliharaan kesehatan Jahari, 2004. Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan sumberdaya manusia dan kualitas hidup. Untuk itu, program perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi konsumsi pangan, agar terjadi perbaikan status gizi masyarakat Muchtadi, 2002. Sedangkan menurut Almatsier 2003 status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan gizi. Kekurangan gizi terutama pada balita dapat menyebabkan meningkatnya risiko kematian, terganggunya pertumbuhan fisik dan perkembangan mental serta kecerdasan. Dampak kekurangan gizi bersifat permanen yang tidak dapat diperbaiki walaupun pada usia berikutnya kebutuhan gizinya terpenuhi. Kondisi kesehatan dan status gizi pada saat lahir dan balita sangat menentukan kondisi kesehatan pada masa usia sekolah dan remaja Depkes, 2007. Masa balita merupakan proses pertumbuhan yang pesat dimana memerlukan perhatian dan kasih sayang dari orang tua dan lingkungannya. Disamping itu balita membutuhkan zat gizi yang seimbang agar status gizinya baik, serta proses pertumbuhan tidak terhambat, karena balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi Santoso Lies, 2004. Masa balita dinyatakan sebagai masa

Dokumen yang terkait

Determinan Asupan Energi dan Protein pada Balita di Wilayah Indonesia Timur dan Barat Tahun 2010 (Analisis Data Sekunder Riskesdas 2010)

0 10 147

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Anemia pada Balita Usia 12-59 Bulan di Indonesia (Analisis data Riskesdas 2013)

0 30 139

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013)

0 0 16

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013)

0 0 2

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013)

0 1 6

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013)

0 0 34

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013) Chapter III VI

0 0 58

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013)

1 2 10

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013)

0 1 52

KEJADIAN CACAT PADA ANAK USIA 24 - 59 BULAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG BERKAITAN, RISKESDAS 2010 Factors Associated with Defects in Children Aged 24-59 Months, Basic Health Survey 2010

0 0 12