Gambaran Pendidikan Ibu dengan Kejadian Stunting pada Balita

6.8 Gambaran Pendidikan Ibu dengan Kejadian Stunting pada Balita

Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa 66.86 ibu berpendidikan rendah. Hanya sebanyak 113 ibu 31.13 yang berpendidikan tinggi. Dan dari 66.68 ibu yang berpendidikan rendah tersebut 60.64 diantaranya meimiliki balita stunting. Pendidikan adalah suatu proses penyampaian bahan, materi pendidikan kepada sasaran pendidikan guna perubahan tingkah laku. Hasil pendidikan orang dewasa adalah perubahan kemampuan, penampilan atau perilakunya. Sehingga dapat dikatakan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan, maka makin banyak pengalaman atau informasi yang diperoleh Notoatmodjo, 2007. Tingkat pendidikan ayah dan ibu merupakan determinan yang kuat terhadap kejadian stunting pada anak di Indonesia dan Bangladesh Semba et al., 2008. Pada anak yang berasal dari ibu dengan tingkat pendidikan tinggi memiliki tinggi badan 0.5 cm lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang memiliki ibu dengan tingkat pendidikan rendah. Berdasarkan penelitian Norliani et al. 2005 tingkat pendidikan ayah dain ibu memiliki risiko 2.1 dan 3.4 kali lebih besar memiliki anak yang stunted pada usia sekolah. Tinggi rendahnya pendidikan ibu erat kaitannya dengan tingkat pengetahuan terhadap perawatan kesehatan, proses kehamilan dan pasca persalinan, serta kesadaran terhadap kesehatan dan gizi anak-anak dan keluarganya. Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Pendidikan diperlukan agar seseorang lebih tanggap terhadap adanya masalah gizi didalam keluarga dan bisa mengambil tindakan secepatnya Suhardjo, 2003. Penelitian yang dilakukan di Zimbabwe oleh Mbuya et al. 2010 menunjukkan Ibu dengan pendidikan rendah no education dan primary school memiliki anak yang stunting. Khumaidi 1989 mengemukakan bahwa pengetahuan ibu tentang memilih bahan makanan yang bernilai gizi baik dan tentang cara memperlakukan bahan pangan dalam pengolahan sangat mempengaruhi status gizi balita. Tingkat pendidikan dan intelegensi ibu yang tinggi dapat bertindak sebagai faktor protektif yang mengurangi keadaan gizi kurang dalam awal usia anak-anak terhadap perkembangan anak. Sebaliknya, kondisi gizi yang sama cenderung menimbulkan efek yang lebih buruk terhadap perkembangan anak jika ibunya buta huruf atau mempunyai pendidikan yang rendah Gibney JM, 2009. Studi yang dilakukan di negara berkembang mengidentifikasi tingkat pendidikan ibu berhubungan dengan pertumbuhan fisik dari anak. Salah satu jalur potensial melibatkan hubungan antara pendidikan ibu meningkat dan masukan yang lebih besar oleh ibu tentang keputusan alokasi sumber daya kelurga Becker et al., 2006. Karena ibu lebih cenderung untuk mengalokasikan sumber daya keluarga dalam cara-cara mempromosikan gizi anak mereka. Tingkat pendidikan dapat meningkatkan keputusan ibu membuat kekuasaan, yang meningkatkan gizi anak, kesehatan dan akhirnya pertumbuhan fisik mereka Wachs, 2008. Ibu yang berpendidikan rendah biasanya sulit menerima hal- hal baru, sehingga merupakan kendala besar untuk meningkatkan kesehatan keluarganya. Ibu dengan pendidikan yang rendah sulit memahami pengetahuan gizi yang penting untuk keluarganya. Jadi meskipun diberikan prevensi berupa penyuluhan tentang pendidikan gizi, biasanya para ibu tersebut tetap tidak mengikuti saran yang diberikan oleh kader kesehatan maupun tenaga kesehatan. Selain itu ibu dengan pendidikan rendah cenderung tidak memiliki wawasan yang luas dan cenderung berpikir kolot. Hal ini disebabkan karena para ibu ini sulit untuk beradaptasi dengan kemajuan pengetahuan dan teknologi. Mereka cenderung lebih percaya kepada cerita yang mereka dengar dari orang tua atau para tetua yang berada di lingkungan tempat tinggal mereka, yang belum tentu baik untuk kesehatan balita mereka dibandingkan dengan pengetahuan gizi yang sudah terbukti kebenarannya. Ibu yang memiliki pendidikan tinggi lebih sedikit dipengaruhi oleh praktek- praktek tradisional yang merugikan kualitas dan kuantitas makanan untuk dikonsumsi keluarga setiap harinya Schultz et.al, 1984 dalam Ichwanudin,2002. Sedangkan pada ibu dengan pendidikan tinggi, mereka jauh lebih terbuka terhadap perkembangan pengetahuan dan teknologi yang ada. Hal ini menyebabkan para ibu berpendidikan tinggi lebih mudah menerima informasi- informasi baru mengenai gizi dan kesehatan dari berbagai sumber.

6.9 Gambaran Pendidikan Ayah dengan Kejadian Stunting pada Balita

Dokumen yang terkait

Determinan Asupan Energi dan Protein pada Balita di Wilayah Indonesia Timur dan Barat Tahun 2010 (Analisis Data Sekunder Riskesdas 2010)

0 10 147

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Anemia pada Balita Usia 12-59 Bulan di Indonesia (Analisis data Riskesdas 2013)

0 30 139

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013)

0 0 16

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013)

0 0 2

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013)

0 1 6

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013)

0 0 34

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013) Chapter III VI

0 0 58

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013)

1 2 10

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013)

0 1 52

KEJADIAN CACAT PADA ANAK USIA 24 - 59 BULAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG BERKAITAN, RISKESDAS 2010 Factors Associated with Defects in Children Aged 24-59 Months, Basic Health Survey 2010

0 0 12