Gambaran Jumlah Anggota Rumah Tangga dengan Kejadian Stunting pada

Penelitian yang dilakukan oleh Fitri 2012 menunjukkan balita dengan BBLR memiliki risiko menjadi stunting sebesar 1.7 kali dibandingkan dengan balita yang memiliki berat lahir normal. Penelitian yang dilakukan di Zimbabwe oleh Mbuya et al. 2010 juga menunjukkan bahwa bayi dengan berat lahir 2500 gram mengalami stunting dengan prosentase 41.4. Stunting merupakan keadaan kurang gizi kronis dimana diperlukan waktu yang lama untuk menjadi stunting. BBLR memang menjadi faktor penting dalam kejadian stunting. Namun besar pula kemungkinan balita yang lahir dengan berat badan normal untuk menjadi stunting. Karena selain faktor berat lahir, stunting juga dipengaruhi oleh faktor asupan makanan. Balita yang lahir tanpa BBLR jika pada proses pertumbuhannya kurang asupan energi dan protein maka hal ini dapat pula menyebabkan seorang balita yang tadinya normal menjadi stunting.

6.7 Gambaran Jumlah Anggota Rumah Tangga dengan Kejadian Stunting pada

Balita Hasil analisis menunjukkan bahwa proporsi kejadian stunting lebih banyak ditemukan pada balita dengan jumlah anggota keluarga besar 4 orang. Sebanyak 72.06 balita usia 24-59 bulan di Provinsi NTB berasal dari keluarga dengan jumlah anggota keluraga lebih dari 4 orang. Namun demikian, hanya 53.24 balita dengan jumlah anggota keluarga banyak yang mengalami stunting. Sedangkan sebanyak 64.4 balita yang berasal dari keluarga yang jumlah anggota keluarganya sedikit mengalami stunting. Dapat dikatakan bahwa jumlah balita yang memiliki jumlah saudara yang tidak terlalu banyak justru mengalami stunting lebih tinggi. Jumlah anggota keluarga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada pola pertumbuhan anak dan balita dalam satu keluarga. Jumlah anggota keluarga yang semakin besar tanpa diimbangi dengan meningkatnya pendapatan akan menyebabkan pendistribusian konsumsi pangan akan semakin tidak merata. Pangan yang tersedia untuk suatu keluarga besar, mungkin hanya cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut. Keadaan yang demikian tidak cukup untuk mencegah timbulnya gangguan gizi pada keluarga besar Suhardjo, 2003. Menurut Hong 2007 prevalensi anak-anak stunting sama dari urutan kelahiran pertama sampai ketiga, tetapi secara signifikan lebih tinggi pada anak keempat. Hal ini karena urutan kelahiran berkolerasi dengan usia anak, dan kompetisi untuk makanan cenderung lebih besar di rumah tangga dengan anak yang lebih banyak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nasikhah 2012, menunjukkan sebanyak 64.5 balita dari keluarga dengan jumlah anggota keluarga kecilsedikit mengalami stunting. Balita yang memiliki jumlah saudara yang lebih sedikit belum tentu terbebas dari stunting. Karena bisa jadi faktor pembagian makanan yang kurang adil dapat juga mengakibatkan balita tersebut mendapatkan jumlah makanan yang kurang, sehingga asupan gizinya pun kurang. Pola asuh keluarga yang salah seperti membiasakan anak yang lebih tua mendapatkan jumlah makanan atau asupan gizi yang lebih banyak dibandingkan anak yang lebih muda balita dapat juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya jumlah kejadian stunting pada balita yang justru berasal dari keluarga kecil.

6.8 Gambaran Pendidikan Ibu dengan Kejadian Stunting pada Balita

Dokumen yang terkait

Determinan Asupan Energi dan Protein pada Balita di Wilayah Indonesia Timur dan Barat Tahun 2010 (Analisis Data Sekunder Riskesdas 2010)

0 10 147

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Anemia pada Balita Usia 12-59 Bulan di Indonesia (Analisis data Riskesdas 2013)

0 30 139

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013)

0 0 16

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013)

0 0 2

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013)

0 1 6

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013)

0 0 34

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013) Chapter III VI

0 0 58

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013)

1 2 10

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013)

0 1 52

KEJADIAN CACAT PADA ANAK USIA 24 - 59 BULAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG BERKAITAN, RISKESDAS 2010 Factors Associated with Defects in Children Aged 24-59 Months, Basic Health Survey 2010

0 0 12