6. Pola asuh demokratis ibu tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
prokrastinasi pada siswa MTs N 3 Pondok Pinang. 7.
Pola asuh permisif ibu tidak berpengaruh secara signifikan terhadap prokrastinasi pada siswa MTs N 3 Pondok Pinang.
8. Strategi latihan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap prokrastinasi
pada siswa MTs N 3 Pondok Pinang. 9.
Strategi elaborasi
tidak berpengaruh
secara signifikan
terhadap prokrastinasi pada siswa MTs N 3 Pondok Pinang.
10. Strategi
pengorganisasian berpengaruh
secara signifikan
terhadap prokrastinasi pada siswa MTs N 3 Pondok Pinang.
11. Strategi berpikir kritis tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
prokrastinasi pada siswa MTs N 3 Pondok Pinang. 12.
Strategi pengaturan diri metakognitif tidak berpengaruh secara signifikan terhadap prokrastinasi pada siswa MTs N 3 Pondok Pinang.
13. Strategi manajemen waktu dan lingkungan belajar berpengaruh secara
signifikan terhadap prokrastinasi pada siswa MTs N 3 Pondok Pinang. 14.
Strategi pengaturan usaha berpengaruh secara signifikan terhadap prokrastinasi pada siswa MTs N 3 Pondok Pinang.
15. Strategi belajar dengan teman tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
prokrastinasi pada siswa MTs N 3 Pondok Pinang. 16.
Strategi pencarian bantuan berpengaruh secara signifikan terhadap prokrastinasi pada siswa MTs N 3 Pondok Pinang.
17. Usia berpengaruh secara signifikan terhadap prokrastinasi pada siswa MTs
N 3 Pondok Pinang. 18.
Jenis kelamin tidak berpengaruh secara signifikan terhadap prokrastinasi pada siswa MTs N 3 Pondok Pinang.
19. Kelas berpengaruh secara signifikan terhadap prokrastinasi pada siswa
MTs N 3 Pondok Pinang.
5.2 Diskusi
Dari hasil penelitian dan pengujian hipotesis, didapatkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari pola asuh orang tua otoriter ayah, demokratis ayah, permisif
ayah, otoriter ibu, demokratis ibu, dan permisif ibu, self-regulated learning strategi latihan, elaborasi, pengorganisasian, berpikir kritis, pengaturan diri
metakognitif, manajemen waktu dan lingkungan belajar, pengaturan usaha, belajar dengan teman dan pencarian bantuan, usia, jenis kelamin, dan kelas terhadap
prokrastinasi pada siswa MTs N 3 Pondok Pinang. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Hariri 2010 yang menyatakan bahwa self-
regulated learning efektif untuk mereduksi prokrastinasi akademik. Senada juga dengan penelitian dari Senecel Koestner 1995 yang menunjukan bahwa cara
siswa dalam meregulasi perilaku akademiknya berhubungan signifikan dengan perilaku prokrastinasi, dimana siswa yang memiliki alasan intrinsik dalam
mengejar pendidikannya maka akan mengurangi kemungkinan ia melakukan prokrastinasi. Serta penelitian Millgram dalam Ghufron Risnawita, 2010 yang
menyatakan bahwa pola asuh orang tua menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi perilaku prokrastinasi, dimana kondisi lingkungan yang rendah pengawasan membuat prokrastinasi akademik juga lebih banyak dilakukan
daripada lingkungan yang penuh pengawasan. Peneliti mendiskusikan hasil pengujian hipotesis lebih lanjut pada uraian berikut.
Variabel pertama yang peneliti uraikan adalah pola asuh. Variabel pola asuh ayah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prokrastinasi, baik
dimensi demokratis, otoriter maupun permisif. Lain halnya dengan ketiga dimensi pola asuh pada ibu yaitu otoriter ibu, demokratis ibu dan permisif ibu, tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prokrastinasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan dari variabel pola asuh, jika diuraikan per-dimensi maka akan didapatkan hasil yang berbeda-beda dari setiap
dimensinya. Dimensi otoriter ayah secara negatif dan signifikan mempengaruhi prokrastinasi. Pola asuh otoriter cenderung bersifat membatasi dan menghukum.
Orang tua yang otoriter memerintahkan anak untuk mengikuti petunjuk mereka dan menghormati mereka. Sehingga dalam hal belajar pun, orang tua dengan pola
asuh otoriter akan senantiasa memperhatikan proses belajar anak di rumah bahkan cenderung memaksa anak untuk selalu belajar. Oleh karena itu, jika semakin
tinggi pola asuh otoriter ayah, maka akan semakin rendah prokrastinasi anak. Hal ini dikarenakan umumnya anak-anak cenderung takut kepada ayah, maka ia akan
mengikuti setiap perintah ayahnya dalam hal ini untuk belajar dan mengerjakan tugas-tugas sekolah.