Sumber dari sikappola asuh orang tua

7. Kemampuan dan kerelaan untuk menyesuaikan diri dengan pola yang berpusat pada keluarga akan menentukan bagaimana sikap baik orang tua terhadap anak-anak. 8. Jika orang tua memiliki alasan untuk memiliki anak adalah supaya menjaga hubungan pernikahan, maka akan menunjukkan sikap terhadap anak menjadi baik daripada alasan orang tua memiliki anak untuk menambah kepuasan terhadap pernikahan mereka. 9. Bagaimana anak-anak bereaksi terhadap pengaruh sikap orang tua terhadap mereka. Jika anak menunjukan sikap perhatian dan ketergantungan pada orang tua mereka, maka reaksi orang tua terhadap mereka sangat berbeda. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sumber dari sikappola asuh orang tua adalah konsep “impian anak”, pengalaman awal dengan sikap orang tua terhadap anak mereka sendiri, nilai budaya mengenai cara terbaik untuk merawat anak-anak, orang tua yang nyaman berperan sebagai ayah dan ibu, dan bahagia serta mampu menyesuaikan diri terhadap pernikahan, ketika orang tua merasa mampu untuk berperan sebagai orang tua, sikap mereka terhadap anak- anak, orang tua yang puas dengan dengan jenis kelamin, jumlah, dan karateristik anak yang mereka miliki, kemampuan dan kerelaan untuk menyesuaikan diri dengan pola yang berpusat pada keluarga, jika orang tua memiliki alasan untuk memiliki anak adalah supaya menjaga hubungan pernikahan, serta bagaimana anak-anak bereaksi terhadap pengaruh sikap orang tua terhadap mereka.

2.2.4 Pengukuran pola asuh

Pola asuh merupakan variabel laten yakni variabel yang tidak dapat diamati, sehingga memerlukan sebuah instrumen dalam pengukurannya. Instrumen yang dapat mengukur pola asuh adalah Parental Authority Questionnaire PAQ yang dikembangkan oleh Buri dalam Riberio, 2009. PAQ didesain berdasarkan pengukuran tiga pola pengasuhan Baumrind dalam Riberio, 2009 yaitu pola asuh otoriter, demokratis dan permisif. PAQ terdiri atas 30 item, 10 untuk tiap pola asuh yang berbeda dalam lima poin format Likert mulai dari “sangat setuju sampai “setuju”. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala PAQ yang telah diadaptasi. Peneliti mengadaptasi skala dengan menerjemahkan skala yang awalnya menggunakan bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, dan selanjutnya menyesuaikan skala dengan subjek dalam penelitian.

2.3 Self-Regulated Learning

2.3.1 Pengertian

self-regulated learning Self-Regulation pertama kali dikemukakan oleh Bandura dalam Alwisol, 2005 dari teori belajar sosial dalam tingkah laku. Menurut Bandura self-regulation adalah kemampuan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri sendiri, mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya sendiri. Kemampuan kecerdasan untuk berpikir simbolik menjadi sarana yang kuat untuk menangani lingkungan, misalnya dengan menyimpan pengalaman dalam ingatan dalam wujud verbal dan gambaran imajinasi untuk kepentingan tingkah laku pada masa yang akan datang, kemampuan untuk menggambarkan secara imaginatif hasil yang diinginkan pada masa yang akan datang dan mengembangkan strategi tingkah laku yang membimbing ke arah tujuan jangka panjang. Istilah self-regulation yang digunakan dalam belajar dikenal sebagai self- regulated learning. Zimmerman dalam Schunk, dkk, 2008 mendefinisikan self- regulation self-regulated learning sebagai proses dimana siswa mengaktifkan dan mengendalikan kognisi, perilaku, dan perasaan yang secara sistematis berorientasi pada pencapaian tujuan. Selanjutnya, Santrock 2007 mendefinisikan self-regulated learning terdiri dari pengawasan diri dalam pikiran, perasaan dan perilaku agar mencapai suatu tujuan. Tujuan ini bisa jadi berupa tujuan akademik meningkatkan pemahaman dalam membaca, menjadi penulis yang baik, belajar perkalian, mengajukan pertanyaan yang relevan, atau tujuan sosioemosional mengontrol kemarahan, belajar akrab dengan teman sebaya. Sedangkan Pintrich dalam Schunk, 2005 mendefinisikan self-regulated learning sebagai proses aktif dimana siswa mampu mengatur, mengawasi dan mengontrol diri mereka sendiri baik secara kognisi, motivasi, dan perilaku dalam proses pencapaian tujuan belajar.