7.32 Uji validitas skala prokrastinasi

dalam membandingkan antarskor hasil pengukuran variabel-variabel yang diteliti. Dengan demikian semua raw score pada setiap variabel mesti diletakkan pada skala yang sama. Secara teknis komputasi yang ditempuh adalah dengan melakukan tranformasi dari raw score menjadi z-score. Untuk menghilangkan bilangan negatif dari z-score, semua skor ditransformasi ke skala T yang semuanya positif dengan menetapkan harga mean = 50 dan standar deviasi = 10. Langkah selanjutnya adalah melakukan proses komputasi melalui formula T-score = 50 + 10.z McCall dalam Crocker dan Algina, 1986. Setelah didapatkan T skor, maka nilai baku inilah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis korelasi dan regresi. Perlu dicatat, bahwa hal yang sama juga berlaku untuk variabel pola asuh dan self-regulated learning.

3.5.2 Uji validitas skala pola asuh

1. Dimensi otoriter a. Dimensi otoriter ayah

Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan CFA model satu faktor, didapatkan hasil Chi-square = 26.85, df = 19, P-value = 0.10811, RMSEA = 0.039. Nilai P 0.05 tidak signifikan sehingga model menjadi fit, yang artinya model dengan satu faktor unidimensional dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu pola asuh otoriter ayah Lihat lampiran 3. Selanjutnya dengan pengujian melihat t-value bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut : Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Otoriter Ayah No Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan 2 0.29

0.06 4.57

V 3

0.12 0.06

1.91 X

7 0.44

0.07 6.21

V 9

0.75 0.08

9.54 V

12 0.01

0.07 0.13

X 16

0.47 0.06

7.50 V

18 0.74

0.08 9.10

V 25

0.35 0.06

5.44 V

26 0.30

0.07 4.23

V 29

0.48 0.06

7.50 V

Keterangan : tanda V = signifikan t 1,96 ; X = tidak signifikan Pada tabel di atas, nilai t bagi koefisien muatan faktor dari item 3 dan 12 yang tidak signifikan, sedangkan koefisien muatan faktor item lainnya signifikan. Dengan demikian item 3 dan 12 akan didrop out. Artinya bobot nilai pada item 3 dan 12 tidak ikut dianalisis dalam penghitungan faktor skor. Setelah kesalahan pengukuran item dibebaskan, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi. Artinya dapat disimpulkan bahwa item-item tersebut bersifat multidimensional pada dirinya masing-masing. Item yang baik adalah kesalahan pengukurannya tidak berkorelasi satu sama lain. Sedangkan item yang tidak baik yaitu terdapat tanda V yang banyak, dan item yang memiliki korelasi kesalahan pengukuran yang paling banyak yaitu item 2 yang berkorelasi dengan item 3, 12, 16, 26 dan 29; item 26 yang berkorelasi dengan item 2, 7, 9, 12, dan 25; item 29 yang berkorelasi dengan item 2, 3, 12 dan 25, yang artinya kesalahan pengukurannya berkorelasi dengan kesalahan pengukuran item lainnya. Artinya item tersebut selain mengukur apa