Faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi

a. Kondisi fisik individu Menurut Bruno, faktor dari dalam diri individu yang turut mempengaruhi munculnya prokrastinasi akademik adalah keadaan fisik dan kondisi kesehatan individu, misalnya kelelahan. Seseorang yang mengalami kelelahan akan memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk melakukan prokrastinasi daripada yang tidak melakukan prokrastinasi. Sedangkan menurut Ferrari, tingkat intelegensi yang dimiliki seseorang tidak mempengaruhi perilaku prokrastinasi. Walaupun prokrastinasi sering disebabkan oleh adanya keyakinan-keyakinan yang irasional yang dimiliki seseorang dalam Ghufron Risnawita, 2010. b. Kondisi psikologis individu Menurut Millgram dkk, trait kepribadian individu yang turut mempengaruhi munculnya perilaku penundaan, misalnya trait kemampuan sosial yang tercermin dalam self-regulation dan tingkat kecemasan dalam berhubungan sosial. Besarnya motivasi yang dimiliki seseorang juga akan mempengaruhi prokrastinasi secara negatif. Selanjutnya Briordy mengemukakan bahwa semakin tinggi motivasi intrinsik yang dimiliki individu ketika menghadapi tugas, akan semakin rendah kecenderungannya untuk melakukan prokrastinasi akademik dalam Ghufron Risnawita, 2010. 2. Faktor eksternal Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar diri individu yang mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor itu berupa pola asuh orang tua dan lingkungan yang kondusif, yaitu lingkungan yang lenient. a. Pola asuh orang tua Hasil penelitian Ferrari Ollivete dalam Ghufron Risnawita, 2010 menemukan bahwa tingkat pengasuhan otoriter ayah menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi yang kronis pada subjek penelitian anak perempuan, sedangkan tingkat pengasuhan demokratis ayah menghasilkan anak perempuan yang bukan prokrastinator. Ibu yang memiliki kecenderungan melakukan avoidance procrastination menghasilkan anak perempuan yang memiliki kecenderungan untuk melakukan avoidance procrastination pula. Selain itu hasil penelitian Pelegrina, Linares, dan Casanova dalam Hampton, 2005 menemukan bahwa pada dewasa awal yang mempunyai orang tua yang lebih demokratis atau permisif memiliki skor yang tinggi dalam performa akademik, motivasi akademik, kompetensi akademik dan keberhasilan akademik. b. Kondisi lingkungan Millgram mengungkapkan bahwa kondisi lingkungan yang lenient prokrastinasi akademik lebih banyak dilakukan pada lingkungan yang rendah dalam pengawasan daripada lingkungan yang penuh pengawasan. Tingkat atau level sekolah, juga apakah sekolah terletak di desa ataupun di kota tidak mempengaruhi perilaku prokrastinasi seseorang dalam Ghufron Risnawita, 2010. Selain itu, faktor demografi dapat menjadi faktor yang dapat mempengaruhi prokrastinasi, yaitu: 1. Usia Steel 2007 menemukan bahwa prokrastinasi berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Menurut O’Donoghue and Rabin dalam Steel, 2007 dengan bertambahnya usia, seseorang akan belajar bagaimana cara untuk mengembangkan skema untuk mengatasi prokrastinasi. 2. Jenis kelamin Pengaruh jenis kelamin terhadap prokrastinasi sedikit sulit untuk diprediksi. Penelitian sebelumnya dalam perbedaan jenis kelamin dan dihubungkan dengan konstruk self-control menemukan hasil yang beragam. Laki-laki mungkin mendapat skor tertinggi, rendah atau sama dengan perempuan tergantung pada pengukurannya Feingold, dalam Steel, 2007. Meskipun demikian, hasil meta-analis menunjukan bahwa anak perempuan memiliki skor tinggi pada kontrol untuk berusaha daripada laki-laki Else- Quest, Hyde, Goldsmith, Van Hulle, dalam Steel, 2007. Kemudian secara seimbang, kecenderungan prokrastinasi akan lemah dikaitkan dengan laki-laki. Hal ini bertentangan dengan penelitian Hampton 2005 yang menemukan bahwa laki-laki lebih cenderung melakukan prokrastinasi daripada perempuan. 2. Tingkatlevel sekolah kelas Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rosario dkk 1999 menemukan bahwa tingkat atau level sekolah kelas mempengaruhi kecenderungan prokrastinasi, dimana level prokrastinasi meningkat seiiring dengan meningkatnya level kelas yang akan terjadi selama proses pendidikannya. Berdasarkan uraian yang telah disebutkan di atas faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi terdiri dari faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu dan faktor eksternal berupa faktor di luar individu.

2.1.7 Pengukuran prokrastinasi

Prokrastinasi merupakan variabel laten yakni variabel yang tidak dapat diamati secara langsung, sehingga memerlukan sebuah instrumen dalam pengukurannya. Salah satu instrumen yang dapat mengukur kecenderungan prokrastinasi adalah Tuckman Procrastination Scale yang dikembangkan oleh B.W. Tuckman 1991 untuk mengukur kecenderungan prokrastinasi. Skala ini terdiri atas 35 item yang dijawab dalam 4 pilihan jawaban A = Saya yakin, B = Itu kecenderungan saya, C = Itu bukan kecenderungan saya, D = Saya tidak yakin, skor untuk pilihan jawaban A = 4, B = 3, C = 2, dan D = 1. Tanggapan untuk setiap item dari skala prokrastinasi tersebut dijumlahkan untuk membuat skor keseluruhan dari prokrastinasi. Sebelas item dari 35 item merupakan item unfavorable. Penelitian ini mengukur prokrastinasi akademik melalui faktor kecenderungannya sehingga peneliti menggunakan Tuckman Procrastination Scale yang telah diadaptasi. Skala Tuckman Procrastination Scale diadaptasi oleh peneliti dengan menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia terlebih dahulu dan dilakukan penyesuaian dengan subyek yang akan diteliti pada penelitian ini.

2.1.8 Penelitian-penelitian prokrastinasi

Prokrastinasi akademik merupakan jenis prokrastinasi yang paling banyak mendapat perhatian, salah satunya disebabkan oleh meluasnya perilaku tersebut di kalangan pelajar. Secara historis penelitian tentang prokrastinasi ini pada awalnya memang banyak terjadi di lingkungan akademis. Ellis Knaus dalam Solomon Rothblum, 1984 menemukan bahwa 95 mahasiswa Amerika melakukan prokrastinasi. Solomon Rothblum 1984 juga meneliti hal yang sama terhadap mahasiswa Amerika dengan mendapatkan hasil yang spesifik bahwa 46 melakukan prokrastinasi ketika menulis lembar tugas, 30,1 ketika membaca tugas mingguan, 27,6 ketika belajar untuk ujian, 23 ketika menghadiri kelas, dan 10,2 pada tugas-tugas administratif. Penelitian lain yang dilakukan oleh Senecal Koestner 2001 menemukan bahwa regulasi diri berhubungan signifikan dengan prokrastinasi akademik. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa cara siswa meregulasimengatur perilaku akademik mereka secara signifikan berhubungan dengan sejauh mana mereka melakukan prokrastinasi.