Pola Konsumsi Kehidupan Ekonomi

masyarakat desa untuk berprofesi dibidang yang lain sehingga mata pencaharian yang pada mulanya kelihatan bersifat Homogen berubah menjadi bersifat Heterogen.

4.1.5 Pola Konsumsi

Pada hakekatnya sebagaimana halnya dengan desa-desa yang ada di Tanah hal ini telah terpenuhi oleh seseorang serta ampu Karo sebelum adanya pengaruh dari luar, sistem pola konsumsi yang diutamakan oleh masyarakat adalah bersifat primer. Demikian juga halnya dengan masyarakat desa Tongkoh, mereka pada umumnya mengutamakan kebutuhan-kebutuhan yang paling mendasar yaitu kebutuhan akan sandang dan pangan, apabila kebutuhan yang mendasar ini sudah terpenuhi, masyarakat merasa telah puas jika tidak dipergunjingakan oleh masyarakat desanya. Sebelum adanya pengaruh-pengaruh yang berasal dari luar, ukuran suatu kesuksesan hidup bukan diukur berdasarkan pola konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat, melainkan ukuran kesuksesan diukur berdasarkan kesanggupan mesyarakatnya untuk mencukupi kebutuhan primer, terutama misalnya penuhnya lumbung padi setiap penduduk di tambah dengan kepemilikan terhadap ternak lembu dan kerbau yang dipergunakan untuk membajak dan sarana pengangkutan dari ladang ke desa atau sebaliknya. Apabila hal- m datang untuk minum di kedai kopi, maka dia dianggap telah berhasil dan sukses mengatasi kehidupannya oleh masyarakat desa. Kebutuhan akan sandang bagi masyarakat desa akan dinilai oleh masyarakat ketika berlangsungnya upacara-upacara yang ada di desa, misalnya apabila seorang penduduk telah cukup akan bahan Universitas Sumatera Utara sandang akan kelihatan dari jenis-jenis pakaian adapt yang dikenakannya pada saat berlangsungnya upacara pesta tersebut. Setelah berdirinya Balai Penelitian Pertanian di desa Tongkoh dan adanya perusahaan swasta yang beroperasi dan ditambah dengan terwujudnya Pasar di desa Lau Gendek, maka nilai-nilai pola konsumsi masyarakat desa Tongkoh telah mengalami perubahan dari bentuknya semula. Lancarnya hubungan komunikasi dan sarana transportasi mengakibatkan masyarakat di desa ini mulai bebas dari telah keterbelengguan yang mengukung dirinya dari dunia luar, sehingga hal-hal yang ada di kota telah mempengaruhi dirinya. Demikian juga halnya dengan nilai-nilai yang dibawa dari luar oleh para pendatang mempebgaruhi pola konsumsi masyarakat desa ini. Dengan demikian pengaruh kota yang mulai merasuki masyarakat desa telah berlangsung secara wajar dan mengakibatkan terjadinya perubahan cara berpikir pada masyarakat desa Tongkoh sendiri. Sebagaimana yang telah diuraikan di atas, bahwa seseorang dianggap sukses jika telah memenuhi kebutuhan primernya, akan tetapi kebutuhan primer ini kemudian bukan lagi dianggap sebagai suatu kesuksesan setelah adanya pengaruh yang diserap oleh masyarakat dari nilai-nilai yang masuk dari luar, sehingga masyarakat akan dianggap telah sukses apabila memiliki benda-benda seperti yang dimiliki oleh masyarakat yang ada di kota, yaitu sebagai pola konsumsi yang bersifat sekunder yaitu memiliki barang-barang seperti TV, motor, mobil dan lain-lain. Walaupun telah terjadi perubahan pada masyarakat di desa ini, namun perubahan ini tidak dapat dipisahkan dari kesuksesan-kesuksesan yang diperoleh Universitas Sumatera Utara masyarakat untuk meningkatkan pendapatannya dari usaha-usaha yang dilakukannya, sehingga suksesnya ekonomi masyarakat menyebabkan masyarakat cenderung ngnya “pesta berdasarkan kesuksesan hasil usahanya, elainkan dengan cara-cara yang lain, misalnya menjual maupun menggadaikan arisan pusakanya seperti tanah kepada orang lain demi untuk memiliki benda-benda bersifat konsumerisme untuk memiliki benda-benda yang sifatnya sekunder, seperti keinginan untuk memiliki TV, radio-tape, mobil, motor dan lain-lain. Dengan demikian kehidupan penduduk desa ini setelah adanya pengaruh dari luar bukan lagi diukur keberhasilannya seperti sebelum adanya perubahan, melainkan ukuran kesuksesan telah berubah berdasarkan kepemilikan-kepemilikan yang bersifat konsumerisme yaitu memiliki benda-benda yang sifatnya sekunder. Pola konsumsi masyarakat desa ini dapat dilihat secara jelas ketika berlangsungnya “pesta tahunan” atau “kerja tahun”. Pada saat berlangsu tahunan” ini, masyarakat di desa Tongkoh bukan hanya menghidangkan roti-roti atau cimpa, melainkan mereka telah menghidangkan pula makanan-makanan yang biasanya disuguhkan oleh masyarakat perkotaan, seperti makanan dan minuman kaleng. Pola-pola konsumsi ini jelas merupakan pengaruh dari luar desa, tetapi bagi masyarakat desa ini dijadikan sebagai ukuran status sosial, masyarakat menyuguhkan konsumsi yang sedemikian rupa untuk memperlihatkan kesuksesannya. Adapun dampak negative dari pola yang bersifat konsumerisme tersebut adalah adanya sebahagian masyarakat yang ingin secara cepat memiliki benda-benda yang sifatnya sekunder, seperti motor, dan mobil. Sehingga untuk memiliki benda- benda tersebut bukan diperolehnya m w Universitas Sumatera Utara yang sifatnya sekunder tadi, terjadinya keadaan tersebut tidak dapat dipisahkan dari bertambah luas harapan-harapannya dalam rangka memenuhi segala kebutuhan dalam hidup pada adanya pengaruh nilai-nilai yang datang dari luar. Masyarakat bukan lagi berusaha terlebih dahulu mencukupi kebutuhan primernya melainkan cenderung mengutamakan yang sifatnya sekunder.

4.2 Kehidupan Sosial