4.3 Peranan Petani Bunga Dalam Perkembangan Kepariwisataan di Tanah Karo
Industri pariwisata seringkali di pandang sebagai sektor yang sangat terkemuka dalam sektor perekonomian suatu daerah. Kalau sektor tersebut
berkembang atau mundur, maka banyak daerah dipengaruhi secara ekonomis. Penerimaan secara internasional dari pariwisata merupakan pemasukan dari luar
ekonomi domestik dan mempunyai dampak yang positif. Masalah yang paling berpengaruh secara strategis adalah dampak dari arus globalisasi ekonomi yang
eland
wisatawan lokal maupun mancanegara, telah menjadi salah satu
kolonia m
a kencang dan memiliki sifat yang mampu melakukan perubahan struktural dalam pasar ekonomi.
Setiap daerah mempunyai faktor geografis, sumber daya, taraf pengetahuan, jenis pemerintahan dan lain sebagainya yang berbeda. Namun, ada beberapa ciri-ciri
khas dan sifat yang berkaitan dengan pertimbangan dan penilaian dari dampak pariwisata, yang paling penting adalah besarnya tahap pembangunan daerah tersebut.
Sifat ini juga penting untuk meremalkan dampak industri pariwisata di daerah tersebut. Seperti di daerah Tanah Karo yang merupakan salah satu daerah tujuan
pariwisata, baik andalan pemasukan ekonomi bagi pemerintah daerah, karena pesona alamnya yang
eksotis. Kepariwisataan di Tanah Karo sebenarnya telah lama tumbuh dan
berkembang, bahkan ketika Tanah Karo masih di bawah kekuasaan pemerintah l Belanda. Hal tersebut terlihat ketika sarana jalan raya Medan-Berastagi
Universitas Sumatera Utara
mulai terbuka pada tahun 1912, orang-orang Belanda beramai-ramai membangun villa sebagai tempat peristirahatan mereka, di sekeliling bukit Gundaling telah berdiri
rumah kediaman orang-orang Eropa dan Sultan-sultan kaya Sumatera Timur. Selain udara yang sejuk, dari bukit ini dapat pula dinikmati pemandangan yang indah ke
dataran rendah. Kurun waktu yang sama didirikan pula Grand Hotel, sebuah hotel megah bertaraf internasional. Sarana dan fasilitas ini dengan cepat merubah Berastagi
dari sebuah desa menjadi kota, dan dalam beberapa tahun kemudian telah menjadi pusat perdagangan sayur-mayur didataran tinggi Karo.
Walaupun kepariwisataan di Tanah Karo pada periode tersebut masih sebatas sebagai tempat peristirahatan, namun hal tersebut dapat dikatakan sebagai pariwisata
mengingat defenisi pariwisata sangatlah kompleks tergantung dari orang yang menafsirkannya, serta masih didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan
pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhkan rasa cinta terhadap keindahan alam dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan
berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil dari pada perkembangan perniagaan, industri, perdagangan serta penyempurnaan dari pada alat-alat
pengangkutan.
41
Walaupun kepariwisataan
di Tanah Karo telah muncul ketika pemetintahan kolonial Belanda di Tanah Karo, namun sejatinya industri pariwisata di Tanah Karo
mulai tumbuh dan berkembang pesat pada periode 1980-an, dimana pada tahun-tahun tersebut pemerintah mulai melakukan pembangunan-pembangunan sarana dan
41
Oka A Yoeti, Pengantar Ilmu Pariwisata, Bandung: Angkasa, 1985, hlm. 106.
Universitas Sumatera Utara
prasarana di dalam berbagai sektor. Hal tersebut terlihat dari pembangunan jalan raya sebagai salah satu faktor terpenting dalam industri pariwisata ke daerah tujuan wisata
secara permanen. Kemudian pihak-pihak swasta telah pula mulai membangun sarana tempat-tempat penginapan seperti hotel-hotel di Tanah Karo khususnya di sekitar
kota Berastagi. Mengingat pertumbuhan pariwisata yang begitu cepat berkembang pesat di Tanah Karo, maka pembangunan hotel-hotel dan villa-villa juga dengan
cepat menjamur di sekitaran kota Berastagi. Keberadaan Sibayak Hotel dan Bukit Kubu Hotel yang telah lama berdiri di kota Berastagi ternyata tidak mampu
enam
di kota Berastagi. Festival ini merupakan perta budaya bagi petani bunga, m
pung jumlah wisatawan yang datang dan menginap di hotel tersebut, maka pada periode 1980-an hotel-hotel seperti Sinabung Hotel, Rudang Hotel serta
penginapan-penginapan kecil lainnya mulai dibangun di Tanah Karo untuk menampung wisatawan yang jumlahnya semakin besar setiap tahunnya guna
mengunjungi daerah-daerah wisata di Tanah Karo mulai dari wisata budaya hingga menikmati wisata alam yang eksotis.
Adanya pertumbuhan kepariwisataan di Tanah Karo, ternyata tidak terlepas dari peranan petani bunga di desa Tongkoh secara langsung maupun tidak langsung.
Hal ini didasari atas keanekaragaman tanaman bunga di desa Tongkoh dimanfaatkan sebagai pesona keindahan dari taman-taman di hotel-hotel maupun di kota Berastagi
sendiri. Karena keberadaan petani bunga di desa Tongkoh tersebut telah menjadi salah satu faktor pemikat wisatawan datang ke Tanah Karo, maka sebagai
realisasinya pada tahun 1988, pemerintah pusat mengadakan festival “Pesta Bunga dan Buah”
Universitas Sumatera Utara
buah dan sayur-sayuran di Tanah Karo, dimana para peserta yang ikut mendaftar disediakan tempat khusus bagi mereka guna memajang serta memamerkan hasil-hasil
pertanian terbaik mereka yang kemudian dinilai oleh para panitia pelaksana. Acara ini bisa berlangsung tiga hari hingga seminggu lamanya, tergantung dari banyaknya
agenda acara yang dibuat oleh panitia pelaksana. Selain pameran hasil-hasil pertanian, “Pesta Bunga dan Buah” ini juga akan menampilkan budaya Karo seperti
Tari-tarian Karo, Teater Karo, Pencak Silat Karo Pandikar, serta tradisi budaya Karo lainnya setiap hari hingga berakhirnya acara.
Industri pariwisata di Tanah Karo semakin meningkat setelah festival “Pesta Bunga dan Buah” ini mulai diadakan di kota Berastagi. Bukan hanya wisatawan
lokal, wisatawan mancanegara juga semakin meningkat karena mereka dapat menikmati keberagaman budaya Karo serta hasil-hasil pertanian masyarakatnya
secara gratis karena pihak panitia tidak memungut karcis untuk memasuki tempat tersebut yang diadakan di Open Stage kota Berastagi.
Acara ini diadakan setahun sekali, tepatnya setiap bulan Februari. Hingga ada tahun 1990, acara tersebut diserahkan dari panitia pemerintah pusat kepada
anitia Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Karo. Pada perhelatan tahun rsebut juga, pengusaha bunga di desa Tongkoh yaitu dari pengusaha bunga Suasana
aru yang dikelola oleh keluarga S. Bukit, menjadi juara pertama di festival tersebut ingga tiga kali berturut-turut. Adapun yang membuat pengusaha bunga Suasana
aru ini menjadi juara adalah karena keindahan tanaman Anggrek yang mereka amerkan.
p p
te B
h B
p
Universitas Sumatera Utara
Keberadaan para pengusaha bunga di desa Tongkoh juga menjadi salah satu faktor majunya industri
onsumen bunga yang datang dari luar daerah Tanah Karo untuk membeli tanaman Tongkoh. Dengan banyaknya konsumen yang datang, maka secara
omat
ng dikelola pariwisata di Tanah Karo oleh karena banyaknya para
k bunga di desa
ot is desa Tongkoh yang hanya berjarak 5 km dari kota Berastagi, semakin di
kenal di luar daerah Tanah Karo. Selain itu, pada tahun 1990 desa Tongkoh menjadi salah satu daerah tujuan wisata setelah berdirinya Taman Hutan Raya Bukit Barisan
Tahura BB, yang merupakan satu-satunya daerah tujuan wisata alam ya oleh pemerintah, sehingga setelah berdirinya wisata alam Tahura BB tersebut,
kehidupan sosial ekonomi masyarakat desa Tongkoh telah mencapai taraf perkembangan yang lebih modern dari sebelumnya. Dengan demikian keberadaan
petani bunga di desa Tongkoh telah menjadi salah satu elemen penting dalam perkembangan kepariwisataan di Tanah Karo, sehingga industri pariwisata menjadi
faktor yang sangat penting di dalam pertumbuhan sosial ekonomi kerakyatan di Tanah Karo demi mewujutkan masyarakat yang makmur dan sejahtera.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan secara terperinci pada bab-bab sebelumnya
nian terutama pada subsektor Hortikultura.
arian
dan Malaysia, hasil pertanian di Tanah Karo mulai mengalami tentang “Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Bunga di Desa Tongkoh Kabupaten
Karo” sejak tahun 1970 sampai tahun 1990, maka dari penguraian tersebut penulis mengambil beberapa kesimpulan seperti yang akan diuraikan berikut ini.
Tanah tinggi Karo merupakan daerah yang memiliki kondisi alam yang sangat efektif bagi pengembangan di bidang perta
Selain hawanya yang sejuk, unsure hara pada tanahnya juga sangat tinggi, sehingga sangat cocok untuk tanaman-tanaman Hortikultura seperti sayur-sayuran, buah-
buahan dan tanaman bunga. Setiap daerah di Tanah Karo memiliki corak tanaman Hortikultura yang beragam serta memiliki cirri khas tersendiri pada bidang tanaman.
Seperti pada desa Tongkoh yang mayoritas penduduknya bermata pencah sebagai petani bunga.
Petani bunga di desa Tongkoh telah lama ada, yaitu dimulai pada masa pendudukan kolonial Belanda di Tanah Tinggi Karo. Produksi hasil tanaman bunga
mereka pertama sekali dipasarkan pada tahun 1937 ke daerah Berastagi dan Kabanjahe. Bahkan setelah Kemerdekaan Indonesia, pemasarannya telah mulai
diekspor ke negeri Malaysia dan Singapura. Namun setelah terjadinya konfrontasi antara Indonesia
Universitas Sumatera Utara