Kehidupan Buruh Tani Kehidupan Ekonomi

tanaman bunga cukup tinggi dan produksi yang tinggi ini akhirnya turut pula ening ntuk upah yang tidak terpengaruh atas rugi untungnya produksi duk setempat tidak ada ang m m katkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakatnya.

4.1.3 Kehidupan Buruh Tani

Adapun yang dimaksud dengan pengertian buruh tani disini adalah orang yang memperoleh penghasilan dengan bekerja untuk mendapatkan upah dari pemilik tanah atau para petani penyewa tanah yang sebahagian besar bekerja dalam waktu jangka pendek serta dilepaskan setelah pekerjaan selesai. 32 Pendapatan buruh tani ini dihitung dalam be para petani dan upah yang mereka peroleh diukur berdasarkan tenaga yang mereka sumbangkan kepada pemilik tanah, sehingga tinggi rendahnya sumber penghasilan ini bergantung dengan tersedianya lapangan pekerjaan di desa Tongkoh. Dengan demikian lapangan pekerjaan yang tersedia harus ditentukan dan menunggu kabar dari pihak petani. Pekerjaan sebagai buruh tani di desa Tongkoh, terutama mayoritas dilakukan oleh para pendatang, walaupun demikian bukan berarti pendu y enjadi buruh tani, penduduk desa ini juga akan menjadi buruh tani bila mereka sedang tidak ada pekerjaan dan ada yang membutuhkan tenaga mereka. Umumnya 32 Sajogoyo dan Pujiwati Sajogyo, Sosiologi Pedesaan, Jilid I, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, hlm. 158. Universitas Sumatera Utara pendatang yang menjadi buruh tani kebanyakan dari kalangan suku Jawa dan Tapanuli. Tenaga mereka sangat dibutuhkan oleh petani dalam hal menanam dan merawat tanaman yang diusahakan dalam jumlah yang besar. Biasanya para petani yang banyak menyerap tenaga buruh untuk dipekerjakan pada pagi dan sore adalah dilakukan oleh petani-petani dari kalangan orang Cina, sebab selain karena mereka membuka areal pertanian yang cukup luas, mereka biasanya memanfaatkan tenaga buruh mulai dari musim tanam hingga musim panen secara berkesinambungan sehingga tenaga buruh tersebut seolah sudah merupakan pekerja tetap diareal pertanian yang mereka miliki. Berbeda dengan petani Cina, petani-petani bunga juga banyak memanfaatkan tenaga buruh tani, khususnya para pengusaha bunga yang ada di desa ini. Namun buruh tani tersebut umumnya tidak bekerja menetap dilahan para pengusaha bunga ini. Tenaga buruh tani ini biasanya dibutuhkan pada saat penanaman bunga dalam jumlah yang besar, selain itu juga pada saat musim kemarau tiba, dimana tenaga buruh tani ini digunakan untuk menyiram bunga yang dilakukan hari dan dilakukan setiap harinya hingga musim hujan tiba. Kadang-kadang tenaga mereka ini juga dibutuhkan dalam hal perawatan tanamn, dimana para pengusaha bunga ini juga sering kali tidak mampu merawat semua tanamn mereka karena pada umumnya mereka juga memiliki ladang yang ditanami dengan sayur-sayuran, jadi para pengusaha bunga ini harus pintar dal membagi waktu. Dibandingkan dengan pendapatan penduduk di desa Tongkoh, maka penghasilan yang paling rendah di antara penduduk tersebut adalah pendapatan buruh Universitas Sumatera Utara tani. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penghasilan yang mereka peroleh setiap hari, masing-masing tenaga buruh yang menggunakan jasanya diladang milik petani mulai dari pagi sampai menjelang matahari terbenam mendapatkan upah yang berkisar antara Rp. 2.500 sampai Rp. 3.000 perhari. Menurut hasil wawancara dengan para umber engontrol mereka dengan s informan, jumlah penghasilan yang mereka peroleh tersebut hanya cukup untuk dipergunakan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan hanya bersisa sedikit untuk ditabung sebagai cadangan jika sewaktu-waktu ada kebutuhan yang mendesak. Sedangkan bagi mereka yang masih berstatus lajang, jumlah penghasilan ini agak lumayan jika dibandingan dengan mereka yang sudah berumah tangga. Kemampuan para buruh tani ini didalam hal bercocok tanam maupun merawat bunga sama dengan kemampuan para petani, karena pekerjaan tersebut sudah rutin mereka lakukan sepanjang hari, sehingga para petani tidak meragukan kualitas kerja mereka. Umumnya para buruh ini sudah lebih dahulu dilatih dan diajari oleh petani di desa Tongkoh, baik itu dalam merawat bunga maupun dalam hal merawat sayur- sayuran mereka. Para petani hanya perlu mengontrol kerja mereka agar tidak malas- malasan dalam melaksanakan tugasnya. Para peetani m ketat, ketika musim panen tiba terutama pada tanaman sayur-sayuran, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya melakukan pencurian karena tergiur akan harga jenis tanamn yang sedang dipetiknya. Untuk itu para petani ini sering juga membagi-bagikan hasil panennya untuk sekedar dijadikan sebagai sayur untuk dikonsumsi buruh tersebut beserta keluarganya dirumah. Universitas Sumatera Utara Diantara para buruh tani ini, ada juga yang memburuh secara sambilan, hal ini terutama dilakukan oleh para petani setempat yang tidak mempunyai tanaman di kebun mereka karena tidak adanya modal maupun petani yang ladangnya tidak luas. Mereka beranggapan dari pada tidak ada pekerjaan, lebih baik memburuh atau Aron di ladang rekannya sesame petani, sehingga paling tidak belanja untuk keperluan dapurnya dapat diatasinya berkat pekerjaan yang dilakukannya. Walaupun di desa ini masyarakat yang berpenghasilan rendah umumnya adalah buruh tani, namun diantara mereka banyak yang telah berhasil karena kegigihannya mengalihkan profesinya menjadi petani penyewa dengan cara menyewa tanah petani yang berada jauh dari desa. Tanah ini mereka sewa dengan murah dan iminasi, sehingga banyak diantara para endatang betah tinggal di desa ini dan menjadi petani penyewa, terutama dari suku bahkan kadang-kadang tidak disewa karena tidak dipergunakan oleh pemiliknya karena pemiliknya beranggapan bahwa dari pada tidak dipergunakan dan menjadi hutan lebih baik diserahkan untuk dipakai oleh mereka. Oleh karena sifat penduduk desa ini sangat terbuka dan tidak bersifat diskr p Tapanuli dan Jawa. Dengan demikian masyarakat pendatang yang pada mulanya bekerja sebagai tenaga buruh tidak mengalami kesulitan untuk mengangkat statusnya menjadi petani penyewa dan bahkan sudah ada diantara mereka yang memiliki tanah dengan cara membelinya dari pihak masyarakat setempat.

4.1.4 Kehidupan Mata Pencaharian Lainnya