Kebanyakan manusia mengira bahwa masyarakat dalam komunitas yang lebih kecil akan melaksanakan budaya tolong-menolong hanya karena terdorong oleh
eh masyarakatnya secara bersama-sama. keinginan spontan untuk berbakti kepada sesamanya. Tetapi akhirnta dalam
masyarakat yang sedemikian rupa, tidak selalu manusia tolong-menolong karena suka berbakti kepada sesamanya, sebab tolong-menolong yang mereka lakukan didasari
karena adanya perasaan saling membutuhkan antara sesamanya sebagai anggota masyarakat.
40
Dengan demikian dapat dimengerti bahwa seluruh kehidupan masyarakat di desa Tongkoh ada berdasarkan perasaan yang terkandung dalam jiwa warganya, rasa
solidaritas yang berubah dari bentuk “tanpa pamrih” menjadi “pamrih”, jelas masih kelihatan, sehingga berlangsungnya keharmonisan diantara sesama penduduk adalah
berkat adanya kesadaran yang dipelihara ol
4.2.4 Kegiatan Pendidikan
Jika dibandingkan dengan penduduk di desa yang lain di Tanah Karo, pendidikan masyarakat di desa Tongkoh jauh lebih ketinggalan, pendidikan belum
maju di desa ini karena sarana pendidikan formal mulai dari tingkat Sekolah Dasar tidak terdapat di desa ini. Ketiadaan sarana pendidikan ini mengakibatkan masyarakat
yang mau menyekolahkan anaknya harus ke Berastagi, sehingga jarak yang cukup jauh terpaksa di tempuh dengan berjalan kaki. Hal ini disebabkan karena minimnya
transportasi sehingga anak-anak yang ingin sekolah harus berjalan kaki, dan faktor
40
Koentjaraningrat, op.cit., hlm. 165.
Universitas Sumatera Utara
jarak yang cukup jauh untuk ditempuh dengan berjalan kaki akhirnya turut menghambat kemajuan pendidikan.
asar. Guru-guru yang bertugas juga ikut engem
Tongkoh dan desa Lau Gendek, sehingga timbul niat di hati mereka untuk meniru Menyadari akan keterbelakangan pendidikan anak-anak di desa Daulat
Rakyat, maka pada tahun 1973 pemerintah mulai membangun Sekolah Dasar di desa Lau Gendek, untuk menampung murid-murid yang berasal dari desa Tongkoh dan
desa Lau Gendek dan dari desa-desa sekitarnya, sehingga faktor yang dianggap sebagai penghalang pendidikan dapat diatasi dengan dibangunnya Sekolah Dasar
tersebut. Berdirinya Sekolah Dasar ini tidak serta merta langsung membuat pendidikan berkembang, malahan awalnya tersendat-sendat, sebab perhatian yang
dicurahkan oleh orang tua terhadap kemajuan sekolah si anak tidak dilakukan sepenuhnya dan bahkan pihak orang tua merasa lebih senang jika sianak turut serta
bekerja diladang membantu orang tuanya. Rangsangan dan dorongan bagi si anak sangat kurang dari pihak orang tua,
sehingga si anak meragukan kepentngan dari pada pendidikan tersebut. Hal ini mengakibatkan banyak anak sekolah yang putus sekolah sebelum menyelesaikan
pendidikan tingkat Sekolah D m
bangkan dan berusaha meningkatkan pendidikan di sekolah tersebut, serta tidak bosan-bosannya memberikan bimbingan pada setiap murid, namun bimbingan
tersebut tidak begitu berhasil karena hanya dilaksanakan di sekolah saja. Pola pikir masyarakat kemudian mengalami perubahan setelah mereka melihat penghasilan
pegawai-pegawai yang berpendidikan pada perusahaan-perusahaan yang ada di desa
Universitas Sumatera Utara
pendidikan yang dimiliki oleh para pegawai tersebut dengan cara menerapkannya terhadap anak-anak mereka.
Dengan demikian salah satu nilai-nilai yang penting untuk diserap oleh penduduk desa Daulat Rakyat khususnya desa Tongkoh adalah pada bidang
pendidikan. Mereka mulai menyadari betapa pentingnya pendidikan bagi suatu masyarakat, sebab tanpa pendidikan masyarakat tersebut pasti akan mengalami
perkembangan yang sangat lambat jika dibandingkan dengan penduduk desa lain
ya proses perubahan berpikir masyarakat, Sekolah asar kemudian menjadi terasa sangat kurang. Kurangnya sarana pendidikan ini
ertambahan penduduk secara alamiah serta migrasi yang tingkat pendidikan masyarakatnya lebih tinggi. Meskipun sebenarnya
pendidikan tersebut adalah merupakan suatu produk masyarakat, namun dari segi lain dalam kondisi tertentu pendidikan dapat menjadi sasaran untuk mengubah keadaan
sosial. Dengan sistem pendekatan yang menitikberatkan bahwa pendidikan merupakan sarana utama untuk mengubah keadaan sosial.
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam suatu proses perubahan dan juga tujuan landasan teknis, dalam hal ini sistem pendidikan tidak lain
merupakan sarana penerus untuk membangun, yang pengaruhnya akan dapat dirasakan oleh masyarakat banyak.
Setelah pemerintah membangun Sekolah Dasar di desa Lau Gendek pada tahun 1973, kemudian setelah adan
D adalah akibat adanya faktor p
penduduk dari daerah lain. Untuk mengatasinya pemerintah kemudian membangun
Universitas Sumatera Utara
sebuah Sekolah Dasar di desa Tongkoh pada tahun 1982, dengan demikian pendidikan akan diharapkan berkembang di desa ini.
Umumnya para murid-murid Sekolah Dasar ini jika telah selesai mengecap pendidikan tingkat dasar, orang tuanya akan menyekolahkannya ke Berastagi atau
Kabanjahe untuk melanjutkan pendidikan, dan bahkan banyak di antara mereka menitipkan anak-anaknya pada kerabat-kerabat mereka yang berada di kota Medan
walaupun masih tingkat Sekolah Menengah Pertama. Untuk mengatasi agar tenaga-tenaga pendidik betah mengajar di desa ini,
meri
masuknya para pendatang pe
ntah kemudian membangun perumahan guru-guru diatas tanah milik rakyat yang diberikan secara cuma-cuma. Kerelaan masyarakat menghibahkan tanah
miliknyasudah merupakan suatu keiklasan sebagaiwujud dari sikap kepedulian mereka terhadap pendidikan. Dari antusiasnya mereka menyekolahkan anaknya dapat
dilihat dari jumlah murid Sekolah Dasar yang ada di kedua desa tersebut. Dari dua Sekolah Dasar yang ada, jumlah murid seluruhnya adalah 360 orang pada tahun 1986,
sedangkan tahap-tahap sebelum berkembangnya pendidikan pada saat pertama sekali didirikan sekolah pada tahun 1973 jumlah yang bersekolah hanya sebanyak 32 orang
saja. Jadi sangat jelas terlihat perubahannya, setelah mulai yang datang dari berbagai tempat.
4.2.5 Kehidupan Beragama