Perilaku Konsumtif Remaja MENGURANGI PERILAKU KONSUMTIF MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIIIA SMP N 3 MUNTILAN TAHUN AJARAN 2014/2015.

perkembangannya mengalami perkembangan fisik, kognitif, sosial, emosional dan moral.

4. Perilaku Konsumtif Remaja

Hurlock 1991 menyatakan salah satu ciri masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Pada masa ini, umumnya remaja memandang kehidupan sesuai dengan sudut pandangnya sendiri, dan pandangannya itu belum tentu sesuai dengan pandangan orang lain dan juga dengan kenyataan. Selain itu, remaja memandang segala sesuatunya bergantung pada emosinya dalam menentukan pandangannya terhadap suatu objek psikologis. Sulitnya, emosi remaja umumnya belum stabil. Secara psikososial terlihat perkembangan remaja dalam memandang dan menghadapi hal-hal yang berhubungan dengan peran mereka sebagai konsumen. Menurut Lina dan Rosyid dalam Anindya Nurratri, 2012: 17-18 ada 3 aspek perilaku konsumtif, yaitu: a. Aspek pembelian implusif Merupakan pembelian yang didasarkan pada dorongan dalam diri individu yang muncul secara tiba-tiba. b. Aspek pembelian tidak rasional Merupakan pembelian yang dilakukan bukan karena kebutuhan, tetapi karena gengsi agar dapat terkesan sebagai orang yang modern dan mengikuti mode. Menurut Sofjan Assauri 2011: 127 yang termasuk ke dalam pembelian tidak rasional antara lain adalah: 35 1 Kebanggaan karena penampilan pribadinya. 2 Pencapaian status sosial. 3 Untuk terhindar dari keadaan bahaya atau ancaman. 4 Ingin mendapatkan pengakuan 5 Ingin menaikkan kedudukan c. Aspek pembelian boros atau berlebihan Merupakan pembelian suatu produk secara berlebihan yang dilakukan oleh konsumen. Barang yang dibeli biasanya memiliki harga yang mahal. Seiring perkembangan biologis, psikologis, sosial tersebut, remaja memasuki tahap untuk sudah lebih bijaksana dan sudah lebih mampu membuat keputusan sendiri. Hal ini meningkatkan kemandirian remaja, termasuk juga posisinya sebagai konsumen. Remaja memiliki pilihan mandiri mengenai apa yang hendak dilakukan dengan uangnya dan menentukan sendiri produk apa yang ingin ia beli. Namun di lain pihak, remaja sebagai konsumen memiliki karakteristik mudah terpengaruh, mudah terbujuk iklan, tidak berpikir hemat, dan kurang realistis. Bahkan dapat dikatakan bahwa seseorang remaja akan mengupayakan sama dalam segala hal dengan harapan dapat dihargai dan diterima oleh kelompok sosial tersebut. Pernyataan di atas didukung karena di dalam diri remaja mengalami perkembangan kognitif bahwa egosentrisme pada diri remaja berbentuk imaginary audience penonton khayalan dan personal fable dongeng pribadi. Gejala dari imaginary audience adalah mencakup berbagai perilaku untuk mendapatkan perhatian seperti keinginan agar kehadirannya diperhatikan, semua aktivitasya disadari oleh orang lain dan menjadi pusat perhatian. 36 Reynolds dan Wells 1977: 76 menyimpulkan perubahan fisik, psikologis, dan sosial yang terjadi pada remaja mempengaruhi remaja sebagai konsumen. Salah satunya adalah bentuk sikap dan ketertarikan remaja, misalnya minat yang sangat kuat terhadap penampilan. Saat masa remaja, minat pribadi dan sosial merupakan kelompok minat yang paling kuat dirasakan. Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu Mappiare, 1982: 73. Minat pribadi timbul karena remaja menyadari bahwa penerimaan sosial terutama peer groupnya sangat dipengaruhi oleh keseluruhan yang dinampakkan remaja. Kemampuan yang dimiliki remaja dapat meningkatkan atau menurunkan pandangan teman-teman sebaya terhadap dirinya. Sesuatu yang bersifat pribadi seperti tampang, bentuk tubuh, pakaian atau perhiasan, dan sebagainya, sangat diminati karena erat berkaitan dengan keberhasilannya dalam pergaulan. Remaja menjadi sangat memperhatikan penampilan dan menghabiskan banyak uang dan waktu serta usaha yang sungguh-sungguh untuk membuat penampilannya menjadi lebih baik Ibrahim, 2002: 11. Remaja berusaha membentuk citra atau image tentang dirinya dan upaya ini terlihat dalam suatu gambaran tentang cara setiap remaja mempersepsikan dirinya, termasuk didalamnya cara remaja menampilkan diri secara fisik sehingga mendorong remaja melakukan berbagai upaya agar tampilan fisiknya sesuai dengan tuntutan komunitas sosial mereka. 37 Menurut Wahana, dkk 1995: 20 mengatakan bahwa perilaku konsumtif dikategorikan menjadi tinggi, sedang dan rendah. Keterlibatan pembeli yang tinggi adalah pembeli berhubungan erat dengan kepentingan dan image konsumen itu sendiri. Kategori tinggi terdapat proses complex decision making yaitu terjadi apabila keterlibatan pembeli pada pengambilan keputusan. Contoh ketika remaja membeli handphone dan sepatu. Kasus tersebut remaja membeli dengan melihat merek yang ada dalam barang tersebut. Selain itu secara berturut-turut konsumen membeli barang, seperti barang koleksi. Kategori sedang terdapat proses brand loyalty dimana ketika pilihan berulang konsumen belajar dari pengalaman masa lalu dan membeli merek yang memberikan kepuasan dengan sedikit atau tidak ada proses pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Contoh pembelian sepatu merek atau jam koleksi. Ketika proses tersebut menjadi kebutuhan bagi remaja tidak masalah, tetapi ketika menjadi keinginan maka menjadikan remaja untuk membeli. Sehingga remaja dapat berperilaku konsumtif. Kategori rendah terdapat proses interia yaitu tingkat kepentingan dengan barang adalah rendah dan tidak ada pengambilan keputusan seketika. Ketika membeli suatu barang benar-benar karena membutuhkan barang tersebut. Contoh membeli sepatu ketika memang sepatu tersebut dibutuhkan, karena sepatu yang terdahulu sudah rusak. Selain itu dalam kategori rendah konsumen sangat memikirkan keputusan yang akan dilakukannya. 38

C. Kajian Layanan Konseling Kelompok 1. Pengertian Layanan Konseling Kelompok

Beberapa ahli mengemukakan pendapat mengenai pengertian konseling kelompok.“ Layanan konseling kelompok merupakan layanan konseling yang diselenggarakan dalam suasana kelompok” Mugiarso, 2005: 69. Menurut Winkel 2005: 589 bahwa “konseling kelompok sebagai bentuk khusus dari layanan konseling, yaitu wawancara konseling antara konselor profesional dengan beberapa orang sekaligus yang tergabung dalam suatu kelompok kecil” sedangkan menurut Wibowo 2005: 19, “Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada individu-individu dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan pengatasan masalah dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya”. Menurut Prayitno 2001: 89 bahwa pengertian layanan konseling kelompok adalah: Layanan konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik klien memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok, masalah yang dibahas itu adalah masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. Konseling kelompok lebih menekankan pada pengembangan pribadi, yaitu membantu individu-individu dengan cara mendorong pencapaaian tujuan perkembangan dan memfokuskan pada kebutuhan dan kegiatan belajarnya. Kelompok juga dapat dipakai untuk belajar 39 mengekspresikan perasaan, menunjukkan perhatian terhadap orang lain dan berbagai pengalaman. Berdasarkan beberapa pengertian dari para ahli, dapat disimpulkan bahwa layanan konseling kelompok adalah wawancara konseling antara konselor dengan sejumlah anggota kelompok yang dilakukan dalam suasana kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok untuk membahas dan memecahkan masalah serta pengembangan pribadi.

2. Tujuan Konseling Kelompok