Fungsi dan Manfaat E-Learning

19 Siahaan 2003 dalam Poppy 2010: 83 manfaat e-learning dari dua sudut pandang yaitu dari sudut pendidik dan peserta didik yaitu : a. Dari sudut peserta didik Peserta didik dapat mengakses bahan-bahan pembelajaran setiap saat dan berulang- ulang. Peserta didik juga dapat berkomunikasi dengan pendidik setiap saat. Manakala fasilitas infranstruktur tidak hanya tersedia di daerah perkotaan akan tetapi juga daerah pedesaan. Maka manfaat e- learning akan memberikan manfaat kepada peserta didik yang: 1 belajar disekolah-sekolah kecil di daerah-daerah miskin untuk mengikuti mata pelajaran tertentu yang tidak dapat diberikan oleh sekolahnya. 2 mengikuti program pendidikan di rumah home schooling untuk mempelajari materi pembelajaran yang tidak dapat di ajarkan oleh orangtua, misalnya pembelajaran bahasa asing dan ketrampilan di bidang komputer. 3 merasa fobia dengan sekolah atau peserta didik yang dirawat dirumah sakit, yang putus sekolah tapi berminat melanjutkan pendidikan, dan peserta didik yang berada di berbagai daerah atau bahkan di luar negri. 4 tidak tertampung di sekolah konvensional untuk mendapatkan pendidikan. b. Dari sudut pendidik Dengan adanya kegiatan e-learning, pendidikinstruktur dapat memperoleh beberapa manfaat antara lain mereka dapat: 20 1 lebih mudah melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi tanggung jawab sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi; 2 mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna peningkatan wawasan karena waktu luang yang dimiliki relatif banyak; 3 mengontrol kegiatan belajar peserta didik, bahkan pendidikinstruktur juga dapat mengetahui kapan peserta didiknya belajar, topik apa saja yang dipelajari, berapa lama sesuatu topik dipelajari, serta berapa kali topik tertentu diulangi; 4 mengecek apakah peserta didik telah mengerjakan soal latihan setelah mempelajari topik tertentu; 5 memeriksa jawaban peserta didik dan memberitahukan hasilnya kepada peserta didik. Pemanfaatan internet di Indonesia pada tahap ‘baru mulai’. Sebenarnya pemanfatan internet untuk e-learning di Indonesia bisa ditingkatkan kalau fasilitas yang mendukungnya memadai, baik fasilitas yang berupa infrastruktur maupun fasilitas yang bersifat kebijakan. Hal ini bukan saja didukung oleh data seperti yang disajikan diatas, namun juga semakin banyaknya warung internet Internet Kiosk yang muncul diberbagai pelosok di Indonesia. Pengguna internet bukan saja dari kalangan pelajar dan mahasiswa, namun juga dari kalangan masyarakat yang lain. Hal ini bisa dipakai sebagai indikasi bahwa internet memang 21 diperlukan untuk membantu kelancaran pekerjaan atau tugas-tugas pengguna internet. Siahaan dalam Poppy 2010: 80 mengemukakan bahwa terdapat 3 fungsi e-learning dalam kegiatan pembelajaran didalam kelas classroom instruction, yaitu sebagai suplemen tambahan yang sifatnya pilihan opsional, pelengkap komplemen, atau pengganti substitusi. E-learning berfungsi sebagai suplemen tambahan yaitu peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfatkan materi e-learning atau tidak. E-learning berfungsi sebagai komplemen pelengkap yaitu materi diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima peserta didik didalam kelas. Manfaat e- learning yang ketiga yaitu substitusi pengganti, beberapa pendidikan di negara maju telah memberikan beberapa alternatif model kegiatan pembelajaran kepada peserta didiknya, dengan tujuan agar peserta didik dapat secara fleksibel mengelola kegiatan pembelajaran sesuai dengan waktu dan aktivitas sehari- hari.

4. Model pembelajaran E-learning

Ada tiga kemungkinan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasisi internet yaitu web course, web centric course, dan web enhanced course menurut Haughey dikutip dalam jurnal pendidikan penabur, 2005. a. Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan pendidikan, yang mana peserta didik dan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, 22 penugasan latihan, ujian dan kegiatan pembelajaran lainya disampaikan menggunakan internet. Dengan kata lain model ini menggunakan jarak jauh. b. Web centric course adalah penggunaan internet yang menggunakan memadukan antara belajar jarak jauh dan tatap muka, fungsinya saling melengkapi, dalam model ini pengajar dapat memberikan petunjuk pada siswa untuk mempelajari materi malalui web yang telah dibuatnya. Siswa juga diarahkan untuk mencari materi-materi lain dari situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka pendidik dan peserta didik lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui internet. c. Web enhanced course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan dikelas. Fungsi internet adalah untuk memberikan pengayaan dan komunikasi antara peserta didik dan pengajar, sesama peserta didik, anggota kelompok atau peserta didik dengan narasumber lain. Peran pengajar dalam hal ini dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi di internet, membimbing siswa mencari dan menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan pembelajaran, menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati. 23

B. Kebijakan E-Learning

1. Kebijakan tentang E-Learning

Kebijakan menurut N. Dunn, menyatakan bahwa kebijakan publik public policy adalah “pola ketergantungan yang kompleks dari pilihan- pilihan kolektif yang saling tergantung, termasuk keputusan-keputusan untuk bertindak yang dibuat oleh badan atau kantor pemerintah” N. Dunn, 2000: 132. James E. Anderson 1978: 33, memberikan rumusan kebijakan sebagai perilaku dari sejumlah aktor pejabat, kelompok, instansi pemerintah atau serangkaian aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu Sudiyono, 2007: 4. Pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kebijakan dalam hal yang melatarbelakangi sebuah program yang akan maupun sudah berjalan dalam hal ini dapat berlaku pada sebuah instansi, kelompok kerja, atau perseorangan. Menurut perserikatan bangsa- bangsa PBB, kebijakan adalah sebagai pedoman untuk bertindak. Pedoman tersebut bisa berwujud amat sederhana atau kompleks, bersifat umum ataupun khusus, luas ataupun sempit, kabur ataupun jelas, terperinci ataupun longgar, kualitatif ataupun kuantitatif, publik atau privat. Kebijakan dalam maknanya seperti ini mungkin berupa suatu deklarasi mengenai suatu dasar pedoman bertindak, suatu arah tindakan tertentu, suatu program mengenai aktifitas-aktifitas tertentu atau suatu rencana Arif Rohman, 2012: 86. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan adalah seluruh dari proses dan hasil dari perencanaan serta