25
Kebijakan tentang e-learning pada rencana strategis RENSTRA pendidikan dari Departemen Pendidikan Nasional DEPDIKNAS 2010-
2014 sebagai bagian peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing disebut sebagai berikut: ”Dengan mempertimbangkan pesatnya perkembangan
pemanfaatan ICT dalam berbagai sektor kehidupan, pemerintah akan terus mengembangkan pemanfaatan dalam ICT, untuk sistem informasi
persekolahan dan dan pembelajaran secara elektronik e-learning”. Sejak tahun 2009, langkah-langkah yang dilakukan oleh
pemerintah adalah a merancang sistem jaringan yang mencakup jaringan internet, yang menghubungkan sekolah-sekolah dengan pusat data dan
aplikasi, serta jaringan intranet sebagai sarana dan media komunikasi dan informasi intern sekolah, b merancang dan membuat aplikasi database,
yang menyimpan dan mengolah data dan informasi persekolahan, manajemen persekolahan dll, c merancang dan membuat aplikasi
pembelajaran berbasis portal, web, multimedia interaktif dll,
d pengoptimalan TV edukasi sebagai sarana penunjangan peningkatan mutu
pendidikan, e mengimplementasikan pemanfaatan TIK secara bertahap untuk memudahkan manajement pendidikan pada SMP dan sekaligus
untuk mendukung proses pembelajaran di seluruh wilayah indonesia” Djadja Sardjana, 2010, http:edukasi.kompasiana,com.
2. Dasar Hukum Penyelenggaraan E-Learning
Beberapa dasar hukum yang dapat dipakai sebagai dasar penyelenggaraan e- learning, adalah sebagai berikut:
26
a. Undang-Undang Dasar UUD 1945
b. Undang-Undang SISDIKNAS No.20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 Ayat
15, Pasal 31, dan Pasal 35 Ayat 1 c.
Aturan Hukum Dan Undang-Undang Lainya Yang Berlaku: 1 UU No.14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen
2 UU No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah 3 UU No.33 Tahun 2004 Tentang Pertimbangan Keuangan Pusat
Dan Daerah 4 Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan 5 Perpres PP No.7 Tahun 2005 Tentang Peraturan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah RPJM Nasional 200052009 6 Keputusan Mendiknas No.32 Tahun 2005 Tentang Rencana
Strategis Pendidikan Nasional 7 GBHN Pembangunan nasional BAB VII tentang pemnbangunan
pendidikan 8 Keppres No. 202006 Tentang Dewan TIK Nasional
9 Permendiknas No.382008
Tentang Pengelolaan
TIK di
Lingkungan Depdiknas 10 Keputusan Mentri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No.
69MENIIIV2004 Tentang Tata Cara Penetapan Standar
Kopetensi Nasional
27
d. Keputusan Sekertaris Jendral Departemen Pendidikan Nasional No.
3250A06 Tentang Pembentukan Tim Pengembangan Program SIM, ICT, dan TV Edukasi Depdiknas
e. Rencana Strategis TIK Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2010-
2014 Dasar legalitas penyelenggaraan e-learning di atas digunakan untuk
menguatkan kebijakan bahwa pemerintah sangat serius memperhatikan, melaksanakan serta mengembangkan e-learning Soekartawi, 2007: 59-74
C. Implementasi E-Learning
1. Implementasi Kebijakan E-Learning
Dalam suatu kebijakan pasti terdapat perumusan kebijakan terkait program-program ataupun kegiatan yang berkaitan dengan tindakan
pelaksanaan atau implementasinya. Bagaimana baiknya suatu kebijakan tanpa adanya implementasi maka tidak ada artinya. Para ahli menafsirkan
pengertian mengenai implementasi antara lain. Secara etimologis pengertian dari implementasi menurut kamus
webster yang dikutip oleh Solichin Abdul Wahab 2005: 64 adalah: “konsep implementasi berasal dari bahasa inggris yaitu to
implement. Dalam kamus besar
webster ,
to implement mengimplementasikan bararti to provide the means for carrying
out menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu dan to give practicaleffect to untuk menimbulkan dampakakibat terhadap
sesuatu”.
Jadi sesuatu yang di lakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan
peradilan dan kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah