Nilai Produk Analisis Nilai Ekonomi pada Lahan Model Pembayaran Jasa

78 nilai kayu bakar di wilayah Hutan Pendidikan Gunung Walat dengan pendekatan biaya pengadaan yaitu Rp. 1.903.450,90hatahun. Hal ini menunjukkan bahwa nilai kayu bakar di wilayah Hutan Pendidikan Gunung Walat memiliki tingkat konsumsi kayu bakar dan yang lebih tinggi dibandingkan di lahan model PJL di Desa Citaman.

6.3.3 Nilai Produk

Nilai produk adalah manfaat yang didapatkan dari hasil tanaman yang terdapat di lokasi model PJL meliputi nilai buah dan nilai daun dari sumberdaya tersebut. Lahan model pembayaran jasa lingkungan berupa kebun campuran yang terdiri dari berbagai tanaman buah dan pepohonan kayu dengan luas lahan sebesar 25 ha, dengan demikiaan produktivitas dari tanaman-tanaman yang dihasilkan sangat beragam. Lahan model PJL ini pada awalnya merupakan semak belukar pada sekitar tahun 1970, sehingga jenis-jenis tanaman yang terdapat di lokasi tersebut ditanam pada waktu yang relatif bersaman setelah adanya berbagai program pemerintah seperti gerakan rehabilitasi hutan dan lahan GERHAN serta program-program lainnya. Berdasarkan informasi tersebut, volume produktivitas untuk tanaman-tanaman yang serupa diasumsikan memiliki besaran yang sama. Nilai produk ditentukan berdasarkan pendekatan nilai pasar, yaitu dengan menghitung produktivitas rata-rata per tanaman dari produk buah-buahan dan dedaunan yang dihasilkan oleh masing-masing tanaman tersebut. Besaran produktivitas rata-rata per tanaman kemudian dikalikan dengan harga pasar yang berlaku di wilayah sekitar lokasi penelitian. Akhirnya, didapatkan nilai produksi per pohon untuk masing-masing produk yang kemudian kalikan dengan jumlah pohon yang terdapat di lokasi tersebut. 79 Berdasarkan hasil pengolahan data Lampiran 4 yaitu perkalian antara produktivitas rata-rata per tanaman, jumlah panen per tahun, jumlah pohon dan harga masing-masing produk, diperoleh nilai ekonomi produk adalah sebesar Rp. 58.785.091,33tahun atau Rp. 2.351.403,65hatahun dengan rician yang disajikan dalam Tabel 10. Tabel 10. Perhitungan Nilai Produk pada Lahan Model Pembayaran Jasa Lingkungan Jenis Produk Satuan Produktivitas rata2pohon Panen tahun Jumlah pohon Harga Rp Nilai ekonomi produksi Melinjo kg 0.56 3 4570 3.500,00 27.018.071,60 Daun Melinjo kg 0.15 6 4570 1.250,00 5.099.845,32 Kopi kg 0.19 1 3512 11.000,00 7.168.170,77 Durian butir 0.04 1 1238 4.000,00 222.099,67 Pete empong 0.06 1 293 45.000,00 763.342,11 Jengkol kg 1.32 1 372 1.500,00 735.330,51 Cengkeh kg 0.05 1 2658 32.500,00 4.047.951,15 Mangga butir 1.27 1 26 1.250,00 41.363,64 Nangka butir 0.71 1 272 1.250,00 242.212,39 Kapuk kg 1.53 1 26 500,00 19.943,18 Pisang tandan 0.07 6 7988 4.000,00 13.426.761,01 Total Rp. 58.785.091,30 Sumber : analisis data primer, 2009 Tabel di atas menjelaskan beragam produktivitas, jumlah panen per tahun serta harga produk masing-masing. Perbedaan satuan yang terdapat pada produk jenis durian, pete, mangga, nangka dan pisang karena pada saat pengambilan data masyarakat sulit mengukur produk-produk tersebut dalam satuan kilogram juga karena kebiasaan mereka dalam menjual produk tersebut dengan satuan yang tertulis seperti dalam tabel. Dengan demikian jenis satuan tersebut tidak diubah agar perhitungan yang dihasilkan sesuai dengan apa yang terjadi di lokasi penelitian. Adanya program pembayaran jasa lingkungan mengandung konsekuensi bahwa masyarakat penerima pembayaran jasa lingkungan berkewajiban untuk 80 tidak menebang pohon atau menjaga sejumlah pohon pada setiap lahan mereka sebanyak minimal 500 pohonhatahun selama periode kontrak yaitu 5 tahun. Menurut FKDC 2009 Jenis tanaman yang masuk dalam skema pembayaran jasa lingkungan adalah tanaman yang memiliki daya serap air yang tinggi. Data jenis pohon yang termasuk dalam skema model pembayaran jasa lingkungan disajikan pada Lampiran 1 dan 2. Berdasarkan kesepakatan kontrak tersebut, masyarakat penerima pembayaran jasa lingkungan memiliki keterbatasan akses terhadap pemanfaatan hasil kayu di lokasi model pembayaran jasa lingkungan selama periode kontrak tersebut. Dengan adanya keterbatasan akses pemanfaatan terhadap hasil kayu, maka hasil produksi dari tanaman-tanaman seperti buah- buahan dan dedaunan menjadi tumpuan untuk menghasilkn alternatif penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari karena mereka tidak memiliki mata pencaharian tetap lain selain bertani.

6.3.4 Nilai Padi Gogo