39 dan Sungai Cikempong di sebelah timur serta dengan Desa Pondok Kahuru dan
Sungai Cibarugbug di sebelah selatan Lampiran 8.
5.1.2 Iklim
Indonesia pada umumnya beriklim tropis, termasuk di kawasan DAS Cidanau, yang hanya memiiki 2 musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Akibat dari keadaan tersebut terjadi variasi keadaan suhu, kelembapan nisbi, keadaan air permukaan dan besarnya curah hujan.
Variasi keragaman suhu, keadaan air permukaan dan besaran curah hujan di DAS Cidanau termasuk tipe iklim B1 FKDC, 2007. Curah hujan rata-rata
berkisar antara 23 – 25.9
C. Wilayah ini mendapat curah hujan dua musim yaitu musim Timur antara bulan Nopember – Maret dan bulan Mei-Oktober, sedangkan
bulan-bulan kering terjadi antara bulan Agustus-September. Kelembaban nisbi DAS Cidanau antara 77,60 - 85,00 dimana kelembaban terendah terjadi pada
bulan Oktober, sedangkan kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Maret.
5.1.3 Topografi
Derajat kemiringan dan panjang lereng 2 sifat utama dari topografi yang dapat mempengaruhi erosi. Semakin curm dan semakin panjang lereng tersebut,
mka semakin besar keceparan run-off dan bahaya erosi. Secara umum keadaan topografi DAS Cidanau berbentuk seperti cawan terbuka, dimana bagian
tengahnya terhampar dataran yang dikelilingi oleh bukit-bukit curam di bagian timur dan utara, sedangkan untuk bagian barat dan selatan relatif datar. DAS
Cidanau terbentang pada ketinggian antara 100-500 mdpl dengan ketinggian lereng antara 40-100 . Data dari kelerengan di wilayah DAS Cidanau terbagi
menjadi 5 kelas kelerengan yang dapat dilihat pada Tabel 3.
40
5.1.4 Keanekaragaman Hayati
Wilayah DAS Cidanau memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi dan perlu untuk dileastarikan, terutama dengan adanya kawasan-kawasan
yang dilindungi seperti Cagar alam Rawa Danau. Keberadaan flora dan fauna alami berfungsi sebagai salah satu penyeimbang dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari keberadaan DAS tersebut, karena saling tergantung dan saling mempengaruhi.
Tingginya erosi, sedimentasi dan turunnya permukan air adalah indikator menurunnya flora alami, tumbuh suburnya gulma seperti eceng gondok, rumput
lameta, kayambang dan lainnya merupakan akibat percepatan proses penyuburan eutrofikasi. Sedangkan penggunaan pupuk organik merupakan penyebab dari
matinya fauna mikroskopis penetralisir air sungai, sehingga menyebabkan munculnya habitat baru yang dibarengi dengan biota baru FKDC, 2007. Adapun
keanekaragaman floraa di DAS Cidanau, antara lain : Gempol Antocephalus cadamba, Gagabusan Alstonia apiculata, Jajawai Ficus rutsa, Kadeper
Mangifera odorata, rengas Gluta rengas, babakoan Calotropis gigantean, eceng gondok Eichrnia crassipes, puspa Schima walichii, salam Eugenia
fastigiata dan melinjo Gnetum gnemon. Pada daerah hulu DAS Cidanau terdapat beberapa satwa liar yang beranekaragam, dari kelompok mamalia,
reptilia, aves dan pisces meliputi : Mamalia : Kera ekor panjang Macaca fascicularis, Babi Hutan Sus Vitatus,
Lutung Presbytes pirrus dan kucing hutan Felis bengalensis, dll.
41 Reptilia : Biawak Varanus salvator, kura-kura Tronik cortilangineus, buaya
Crocodylus porosus, ular sanca Pyton reticularis, kodok Bufo melanosticus, dll
Tabel 3. Kelas Kelerengan di Wllayah DAS Cidanau
Kelas Kelerengan
Kemiringan Lereng Luas Kemiringan lereng
1 Datar
0 – 8 39.36
2 Landai
8 – 15 15.16
3 Agak Curam
15 – 25 19.19
4 Curam
25 – 40 14.63
5 Sangat Curam
40
11.66
Sumber: RTL DAS Cidanau – Bappeda Kabupaten Serang dan BRLKT DAS Citarum-Ciliwung.
5.1.5 Hidrologi