6 wilayah model pembayaran jasa lingkungan. Salah satu cara yang dapat
digunakan untuk menentukan nilai kompensasi tersebut adalah dengan cara menghitung nilai ekonomi dari lahan yang dijadikan model pembayaran jasa
lingkungan tersebut. Informasi mengenai besarnya nilai ekonomi tersebut diharapkan akan bemanfaat sebagai acuan untuk meningkatkan besarnya nilai
pembayaran jasa lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan mencegah laju degradasi lingkungan di wilayah DAS Cidanau.
1.2 Perumusan Masalah
Daerah Aliran Sungai DAS Cidanau seperti diuraikan di atas telah mengalami degradasi akibat perambahan hutan dan konversi lahan di kawasan
DAS Cidanau oleh masayarakat untuk kepentingan budidaya, sehingga apabila tidak ditangani secara intensif, dikhawatirkan akan mengkibatkan gangguan pada
pasokan air untuk kebutuhan masyarakat hulu serta masyarakat hilir di wilayah DAS Cidanau dan sekitarnya. Para pihak yang terkait dengan DAS Cidanau
berinisiatif untuk melakukan pelestarian lingkungan sebagai upaya pencegahan terhadap dampak yang telah terjadi, salah satu upaya yang telah dilakukan adalah
melalui implementasi model hubungan hulu hilir dengan mekanisme pembayaran jasa lingkungan bagi perbaikan kawasan yang dianggap kritis di hulu DAS
Cidanau. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan yang dilakukan berupa pembayaran sejumlah uang oleh PT. KTI sebagai pemanfaat jasa lingkungan
kepada masyarakat hulu sebagai penyedia jasa lingkungan yang telah ditetapkan sebagai lokasi model pembayaran jasa lingkungan. PT. KTI sebagai buyer
membayar sebesar Rp. 175.000.000,00tahun pada 2005-2005 dan Rp. 200.000.000,00tahun
pada 2007-2009
atau etara
dengan Rp.
7 2.765.000,00hatahun pada dua tahun pertama dan Rp. 3.160.000,00hatahun
pada tiga tahun berikutnya, sementara penyedia jasa lingkungan sebagai seller hanya menerima Rp. 1.200.000,00 hatahun.
Permasalahan yang kemudian muncul adalah nilai dari pembayaran jasa lingkungn yang dilakukan dirasa masih terlalu rendah dan tidak sesuai dengan
konsekuensi yang harus diterima masyarakat model PJL atas kesediaannya untuk mengkonservasi lahan milik mereka selama 5 tahun waktu kontrak periode
pertama. Rendahnya nilai pembayaran jasa lingkungan tersebut disebabkan oleh belum tersedianya informasi mengenai nilai ekonomi dari lahan yang dijadikan
model pembayaran jasa lingkungan itu sendiri. Berdaasrkan permasalahan di atas, penelitian ini akan mencoba mengetahui,
mempelajari dan memahami permasalahan berikut ini: 1. Bagaimana skema model hubungan hulu-hilir dengan mekanisme pembayaran
jasa lingkungan yang telah diimplementasikan di DAS Cidanau? 2. Berapakah nilai ekonomi dari lahan model pembayaran jasa lingkungan di
Desa Citaman?
1.3 Tujuan Penelitian