64 lingkungan dalam penentuan peningkatan nilai pembayaran jasa lingkungan
melalui pendekatan nilai ekonomi dengan metode nilai pasar atau produktivitas. Dengan menghitung nilai ekonomi pada lahan yang dijadikan model pembayaran
jasa lingkungan tersebut diharapkan dapat menjadi tambahan informasi serta menjadai dasar pendekatan bagi penetuan peningkatan nilai pembayaran jasa
lingkungan selanjutnya. Pembahasan mengenai nilai ekonomi akan disajikan pada subbab Hasil dan Pembahasan selanjutnya.
6.2.3 Skema Mekanisme Pambayaran Jasa Lingkungan di DAS Cidanau
Proses pembangunan dan pengembangan model hubungan hulu – hilir dengan mekanisme pembayaran jasa lingkungan di DAS Cidanau, dimulai sejak
sosialisasi tentang Pembayaran Jasa Lingkungan environment services payment oleh GTZ – smcp pada pertengahan tahun 2002. Sosialisasi implementasi konsep
dalam model di DAS Cidanau juga dilakukan oleh lembaga – lembaga lain seperti; World Agroforesty Centre dengan program RUPES, BTL – BPPT dan
terakhir LP3ES – IIED yang kemudian mendukung implementasi konsep tersebut di lokasi model pembayaran jasa lingkungan di DAS Cidanau FKDC, 2007.
Dibutuhkan waktu sekitar tiga tahun untuk memulai implementasi pembayaran jasa lingkungan yang telah dirumuskan sejak tahun 2002. Implementasi
pembayaran jasa lingkungan di DAS Cidanau dimulai terhitung sejak tahun 2005. Model hubungan hulu hilir dengan mekanisme pembayaran jasa
lingkungan merupakan suatu bentuk instrumen ekonomi berupa pembayaran insentif yang bertujuan untuk mengendalikan dampak negatif lingkungan melalui
mekanisme pasar. Mekanisme pasar pasar tercermin pada proses transaksi tukar menukar jasa antara penyedia jasa dan pengguna jasa lingkungan dengan posisi
65 setara dan sukarela. Model hubungan hulu hilir dengan mekanisme pembayaran
jasa lingkungan di yang dikembangkan dan diimplementasikan di DAS Cidanau merupakan hasil kesepakatan antara FKDC dengan pihak penyedia maupun
pemanfaat jasa lingkungan. Menurut N.P Rahadian yang merupakan Sekjen FKDC, FKDC menawarkan dua opsi tipologi mekanisme pembayaran jasa
lingkungan kepada pihak penyedia maupun pemanfaat jasa lingkungan. Pertama, mekanisme pembayaran secara langsung indirect payment yaitu pembayaran
dilakukan secara langsung oleh pemanfaat jasa lingkungan buyer kepada penyedia jasa lingkungan seller, kedua, mekanisme pembayaran secara tidak
langsung indirect payment yaitu transaksi pembayaran yang diserahkan dan dikelola oleh pihak perantara Lembaga pemerintah, swasta atau masyarakat
yang telah disepakati oleh pihak pemanfaat buyer maupun penyedia jasa lingkungan seller.
Kesepakatan mengenai skema mekanisme pembayaran jasa lingkungan di DAS Cidanau adalah mekanisme pembayaran jasa lingkungan secara tidak
langsung indirect payment dengan FKDC sebagai pihak perantara intermediary. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan di DAS Cidanau
ditunjukkan pada Gambar 12.
66
Gambar 10. Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan Tidak Langsung di DAS Cidanau
Berdasarkan mekanisme pembayaran tidak langsung yang disepakati, skema transaksi pembayaran jasa lingkungan di DAS Cidanau berawal dari
transaksi pembelian berupa pembayaran sejumlah uang oleh PT KTI buyer sebesar Rp. 175.000.000,00 pada dua tahun pertama dan Rp. 200.000.000,00 pada
tiga tahun berikutnya kepada pihak perantara yaitu FKDC. Pembayaran tersebut dikelola sepenuhnya oleh FKDC sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam
Naskah Kesepahaman. Hasil pembayaran dari PT. KTI yang dikelola oleh FKDC selanjutnya dibayarkan kepada desa model pambayaran jasa lingkungan seller,
salah satunya adalah Kelompok Tani Karyamuda II di Desa Citaman.
6.2.3.1 Kelemahan Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan di DAS Cidanau
Hubungan hulu hilir dengan Mekanisme pembayaran jasa lingkungan di DAS Cidanau yang telah berjalan sejak tahun 2005 sesungguhnya belum dapat
dikatakan sempurna karena masih terdapat kelemahan-kelemahan dalam
Jasa Lingkungan Transaksi Pembelian
Transaksi Pembayaran
Pemanfaat Jasa Lingkungan buyer
PT. Krakatau Tirta
Industri Penyedia Jasa
Lingkungan seller Kelompok Tani
Karyamuda II
Forum Komunikasi DAS Cidanau
FKDC
67 mekanisme tersebut. Beberapa kelemahan yang terdapat dalam mekanisme
pembayaran jasa lingkungan antara lain: 1. Penetapan nilai pembayaran jasa lingkungan meskipun ditetapkan berdasarkan
kesepakatan bersama, tetapi belum didasarkan pada nilai ekonomi jasa lingkungan yang dihasilkan oleh lahan yang menjadi model pembayaran jasa
lingkungan. 2. Nilai pembayaran jasa lingkungan yang diterima penyedia jasa lingkungan
desa model masih terlalu rendah yaitu hanya Rp. 1.200.000,00hatahun. Nilai tersebut masih lebih kecil dari nilai pembayaran yang seharusnya
diterima penyedia jasa lingkungan dari yang dibayarkan oleh pemanfaat jasa lingkungan PT. Krakatau Tirta Industri yaitu Rp. 2.765.000,00 hingga Rp.
3.160.000,00hatahun. 3. Ketidaksesuaian nilai pembayaran yang dibayarkan pemanfaat jasa lingkungan
dengan yang diterima penyedia jasa lingkungan dapat menyebabkan ketidakpercayaan terhadap pihak lembaga pengelola FKDC.
6.2.3.2 Kekuatan Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan di DAS Cidanau
Model hubungan hulu hilir dengan mekanisme pembayaran jasa lingkungan di DAS Cidanau yang telah berlangsung sejak tahun 2005 hingga saat
ini masih tetap berjalan. Keberlanjutan tersebut menunjukkan adanya suatu kekuatan atau kelebihan dalam mekanisme pembayaran jasa lingkungan.
Beberapa kekuatan atau kelebihan dalam mekanisme pembayaran jasa lingkungan antara lain:
1. Hubungan hulu hilir dengan mekanisme pambayaran jasa lingkungan di DAS Cidanau dikelola oleh suatu lembaga pengelola yang memiliki kapabilitas,
68 pengalaman yang cukup serta tim kerja yang bertanggung jawab dan perhatian
yang tinggi terhadap kelestarian lingkungan. Lembaga pengelola yang diwakili oleh Forum Komunikasi DAS Cidanau FKDC merupakan lembaga
yang independen dan diwakili oleh berbagai pihak yang terlibat dalam pengelolan dan pemanfaatan DAS Cidanau, baik dari pihak pemerintah,
swasta maupun masyarakat. 2. Para pihak yang terlibat dalam implementasi pembayaran jasa lingkungan
terdefinisi dengan jelas, yaitu sebagai pemanfaat jasa lingkungan diwakili oleh PT. Krakatau Tirta Industri, penyedia jasa lingkungan oleh desa model
pembayaran jasa lingkungan, salah satunya Desa Citaman Kelompok tani Kartamuda II, dan lembaga pengelola jasa lingkungan diwakili FKDC.
Adanya pihak yang terdefinisi dengan jelas menyebabkan proses transaksi pembayaran jasa lingkungan dapat terlaksana dengan baik.
3. Hubungan hulu hilir dengan mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan suatu bentuk instrumen ekonomi berupa pembayaran insentif
incentive payment. Pembeian insentif dalam bentuk pembayaran uang sangat mudah diterima oleh masyarakat karena dapat menjadi alternatif pandapatan.
Instrumen ekonomi
berupa pembayaran
insentif bertujuan
untuk mengendalikan dampak negatif lingkungan melalui mekanisme pasar.
6.2.3.3 Ancaman dalam Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan di DAS Cidanau
Hubungan hulu hilir dengan mekanisme pembayaran jasa lingkungan di DAS Cidanau dapat terganggu bahkan terhenti keberlangsungan dan
kebarlanjutannya apabila para pihak terkait tidak waspada terhadap ancaman- ancaman yang muncul dari berbagai pihak. Beberapa ancaman yang dapat
69 menggangu keberlanjutan dan keberlangsungan mekanisme pembayaran jasa
lingkungan di DAS Cidanau antara lain: 1. Adanya kecenderungan atau tren penjualan kayu yang berasal dari lahan
masyarakat, Hal tersebut dipicu oleh tingginya permintaan terhadap kayu untuk bahan dasar berbagai kebutuhan industri, tingginya harga jual kayu, dan
desakan kebutuhan ekonomi masyarakat. 2. Masih adanya ketidakpastian hubungan sebab-akibat yang signifikan antara
penggunaan lahan terhadap jasa-jasa lingkungan yang dihasilkan sehingga pembayaran jasa lingkungan dari PT. Krakatau Tirta Industri sempat tertunda
bahkan dapat berdampak pada terganggunya keberlangsungan dan keberlanjutan mekanisme pembayaran jasa lingkungan.
3. Munculnya persaingan antara masyarakat penerima dengan masyarakat bukan bukan penerima pambayaran jasa lingkungan dimana masyarakat yang tidak
menerima pembayaran dapat menebang dan menjual kayunya sehingga dapat memperoleh penghasilan yang lebih besar dan pada saat yang dibutuhkan.
6.2.3.4 Peluang yang Muncul dari adanya Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan di DAS Cidanau
Konsep hubungan hulu hilir dengan mekanisme pembayaran jasa lingkungan di DAS Cidanau merupakan suatu perspektif baru dalam sistem
pengelolaan lingkungan yang lestari. Konsep tersebut diharapkan dapat memberikan peluang-peluang yang menguntungkan bagi para stakeholder di DAS
Cidanau baik secara ekonomi, sosial maupun ekologi pada masa yang akan datang. Peluang-peluang yang muncul dari adanya mekanisme pembayaran jasa
lingkungan tersebut diharapkan dapat menjaga keberlangsungan dan keberlanjutan implementasi pembayaran jasa lingkungan juga menjadi pelopor terbentuknya
70 konsep yang sama di wilayah lain. Beberapa peluang yang muncul dari adanya
mekanisme pembayaran jasa lingkungan di DAS Cidanau antara lain: 1. Perubahan paradigma dalam upaya pemanfaatan dan pengelolan hutan secara
lestari. Kelestarian hutan, khususnya di wilayah hulu DAS Cidanau akan sangat berpengaruh terhadap terjaminnya ketersediaan air di DAS Cidanau
bagi pemenuhan kabuuhan akan air bagi masyarakat sekitarnya. 2. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan dengan pemberian insentif berupa
uang dapat menjadi alternatif pendapatan bagi masyarakat dengan catatan nilai dalam transaksi pembayaran jasa lingkungan telah sesuai dengan yang
seharisnya diterima. 3. Terbentuknya pasar jasa lingkungan yang semakin luas, baik dari pihak
pemanfaat maupun penyeia jasa lingkungan. Hal tersebut dapat mendorong terbentuknya kesediaan membayar dari pemanfaat jasa lingkungan lain
disamping PT. Krakatau tirta Industri yang hingga saat ini masih menjadi partisipan utama dalam implementasi mekanisme pembayaran jasa lingkungan
di DAS Cidanau.
6.3 Analisis Nilai Ekonomi pada Lahan Model Pembayaran Jasa
Lingkungan
Nilai ekonomi yang dihitung merupakan nilai guna use value. Nilai guna use value dari lahan model pembayaran jasa lingkungan adalah penjumlahan
nilai guna langsung direct use value dan nilai guna tidak langsung indirect use value. Nilai guna langsung direct use value terdiri dari nilai kayu, nilai produk,
nilai kayu bakar dan nilai padi gogo, sedangkan nilai guna tidak langsung indirect use value yang terdiri dari nilai air bagi rumah tangga penerima
pembayaran jasa lingkungan. Nilai guna tersebut merupakan nilai yang dihasilkan