Penentuan Lag Optimal Pengujian Asumsi Time Series

Sumber: Hasil pengolahan Gambar 23 Respon makroekonomi domestik terhadap guncangan harga minyak dunia Respon suku bunga domestik sedikit berbeda dengan respon makroekonomi domestik lainnya. IRF suku bunga domestik pada beberapa periode terlihat signifikan terutama di triwulan pertama hingga triwulan ke-3 dimana suku bunga domestik meningkat hingga 0,6. Bank sentral menanggapi guncangan kenaikan harga minyak dunia dengan tight money policy sehingga meningkatkan suku bunga dalam rangka stabilisasi inflasi. Di jangka panjang, suku bunga domestik lebih tinggi 0,4 dibanding tingkat sebelum ada guncangan. Meski PDB merespon negatif atas kenaikan harga minyak dunia, namun respon tersebut tidak signifikan secara statistik. Berdasarkan hasil hubungan contemporaneous pada bab sebelumnya disampaikan bahwa ada dua kemungkinan atas tidak signifikannya efek contemporaneous harga minyak dunia terhadap PDB, dimana ketika harga minyak dunia meningkat tidak langsung direspon oleh PDB secara signifikan pada triwulan yang sama. Kemungkinan Respon PDB Respon kurs riil Respon suku bunga domestik Respon permintaan uang riil pertama adalah PDB memerlukan lag dalam merespon perubahan harga minyak dunia atau kemungkinan kedua yaitu memang perubahan harga minyak dunia tidak memiliki efek pada PDB. Hasil IRF pada sub bab ini memperjelas temuan tidak signifikannya hubungan contemporaneous antara harga minyak dunia terhadap PDB di sub bab sebelumnya. Dapat disimpulkan bahwa guncangan harga minyak dunia memang tidak berdampak signifikan terhadap PDB. Kondisi ini disebabkan karena pemerintah terus mengakomodasi kenaikan harga minyak dunia dengan menaikkan subsidi BBM. Hal ini dilakukan agar harga BBM domestik tidak ikut mengalami kenaikan atau setidaknya harga BBM domestik naik namun tidak sampai pada harga keekonomiannya, sehingga masih terjangkau oleh masyarakat domestik. Realita ini ditunjukkan oleh perkembangan subsidi BBM pada Gambar 24. Sumber: Kemenkeu, 2012, diolah Gambar 24 Perkembangan subsidi BBM dan defisit APBN Besaran subsidi BBM mengalami kenaikan yang sekaligus memperbesar defisit fiskal ketika harga minyak dunia meningkat tajam pada tahun 2008 dan 2011. Kenaikan harga minyak dunia pada tahun 2005, juga direspon pemerintah dengan kenaikan subsidi BBM. Ketika harga minyak dunia meningkat hingga mencapai rata-rata 60 USbarel pada tahun 2005 dari sekitar 40 USbarel pada tahun 2004, subsidi juga ikut meningkat menjadi 95,6 triliun rupiah dari sekitar 69 triliun di tahun 2004. Tambahan subsidi BBM untuk tahun 2005 dari tahun sebelumnya sekitar 26,58 triliun rupiah. -3 -2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 20 40 60 80 100 120 140 160 180 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 t hd P D B tr iliu n r u p ia h subsidi BBM defisit APBN sumbu kanan