Analisis Dinamika Respon Business Cycle Indonesia
Kurs riil yang terdepresiasi tajam menyebabkan biaya produksi barang- barang tersebut meningkat tajam. Jatuhnya kurs Rupiah menyebabkan lebih
banyak Rupiah yang digunakan untuk membeli barang impor yang harganya dalam US atau terjadi penurunan daya beli Rupiah atas barang asing.
Terdepresiasinya Rupiah menyebabkan harga barang menjadi sangat mahal. Padahal industrialisasi yang dikembangkan pemerintah pada era 1990-1996
adalah foot loose industry yang banyak menggunakan bahan baku impor dan sedikit kandungan lokal.
Kenaikan harga ini direspon masyarakat dengan meningkatkan permintaan uang lebih banyak untuk membiayai transaksi sehari-hari. Sehingga slope jumlah
uang beredar juga menjadi lebih curam dibanding sebelum krisis. Namun peningkatan permintaan uang tersebut tidak sebanding dengan lonjakan harga
yang terjadi sehingga terjadi penurunan drastis dalam permintaan uang riil seperti yang ditunjukkan pada Gambar 15.
Setelah krisis 1998 berlalu, permintaan uang riil cenderung fluktuatif di jangka pendek namun dengan trend yang meningkat. Seiring dengan terus
meningkatnya PDB maka kebutuhan uang untuk transaksi sehari-hari ikut meningkat. Selain itu inflasi lebih terkendali di era 2000-an sehingga permintaan
uang riil pada periode 2012:2 mengalami peningkatan lebih dari dua kali lipat bila dibandingkan dengan periode 2000:1.
Sumber: BI dan BPS 2012 diolah Gambar 15 Perkembangan permintaan uang riil
500 1,000
1,500 2,000
2,500 3,000
3,500
19 90:
1 19
91: 1
19 92:
1 19
93: 1
19 94:
1 19
95: 1
19 96:
1 19
97: 1
19 98:
1 19
99: 1
20 00:
1 20
01: 1
20 02:
1 20
03: 1
20 04:
1 20
05: 1
20 06:
1 20
07: 1
20 08:
1 20
09: 1
20 10:
1 20
11: 1
20 12:
1