7.2 Peran Guncangan Domestik terhadap Fluktuasi Makroekonomi Indonesia
Tabel 9 menunjukkan peran berbagai guncangan domestik terhadap variabilitas makroekonomi Indonesia. Berdasarkan analisis FEVD, fluktuasi PDB
di jangka pendek dominan disebabkan oleh guncangan output. Pada triwulan pertama 100 fluktuasi PDB dijelaskan oleh guncangannya sendiri. Perlahan
kontribusi peran guncangan output makin menurun dan dalam jangka panjang triwulan ke-30 perannya tinggal 36. Temuan ini sama dengan temuan Siregar
dan Ward 2000 dan Supriana 2004. Tabel 9 Peran guncangan domestik terhadap fluktuasi makroekonomi domestik
Variabel Triwulan
kedepan Guncangan Domestik
Output Kurs Riil
Money Demand
Kebijakan Moneter
Domestik
PDB 1
100 2
82 16
2 4
37 56
4 2
8 35
57 3
1 16
36 56
3 1
30 36
57 3
Kurs Riil 1
19 80
2 16
79 1
2 4
9 79
2 6
8 7
72 1
15 16
5 72
1 16
30 4
72 1
17 Permintaan
Uang Riil 1
1 8
71 20
2 8
8 51
33 4
14 9
34 38
8 17
15 34
29 16
15 13
36 30
30 14
9 38
31 Suku Bunga
Domestik 1
9 1
85 2
31 2
59 4
31 28
3 29
8 21
31 2
16 16
17 26
2 14
30 13
18 2
11
Sumber: Hasil pengolahan Selain guncangan output, ternyata guncangan kurs riil mendominasi
fluktuasi PDB mulai triwulan ke-3. Di jangka panjang triwulan ke-30 peran guncangan kurs riil terhadap fluktuasi PDB sekitar 57. Hasil ini sesuai dengan
temuan Siregar dan Ward 2000 dimana guncangan kurs riil mulai mendominasi pada triwulan ke-4 hingga di jangka panjang. Supriana 2004 juga menemukan
pentingnya peran guncangan kurs dalam menjelaskan fluktuasi PDB. Rapach 1998 menemukan bahwa guncangan penawaran berperan di seluruh horizon
waktu fluktuasi PDB sedangkan guncangan permintaan hanya pada fluktuasi jangka pendek.
Guncangan kebijakan moneter domestik maupun guncangan permintaan uang tidak mampu menjelaskan fluktuasi PDB baik di jangka pendek maupun di
jangka panjang. Berdasarkan hasil FEVD ada indikasi terjadi money neutrality baik di jangka pendek maupun jangka panjang dimana kebijakan moneter tidak
mampu memengaruhi output di kedua horizon waktu tersebut. Temuan ini sesuai dengan temuan Gali 1992 dan Rapach 1998 untuk kasus Amerika Serikat serta
Siregar dan Ward 2000 dan Supriana 2004 di Indonesia. Namun berbeda dengan temuan Cheng 2003 untuk PDB Malaysia dimana guncangan money
supply berperan sangat penting.
Guncangan kurs riil yang mendepresiasi kurs riil memiliki kontribusi dominan bagi fluktuasi kurs riil itu sendiri sekitar 80 pada triwulan pertama,
sedangkan 19 lainnya diterangkan oleh guncangan output. Pada triwulan ke-30, guncangan kurs riil masih penting menerangkan sekitar 72, mirip dengan hasil
FEVD Siregar dan Ward 2000 yang menghasilkan peran 68. Namun hasil
FEVD bahwa guncangan permintaan uang dan guncangan kebijakan moneter
domestik tidak mampu menjelaskan variabilitas kurs riil di semua horizon waktu ternyata berbeda dengan Supriana 2004. Supriana justru menemukan guncangan
permintaan uang penting bagi fluktuasi kurs riil. Variabilitas permintaan uang riil di jangka pendek banyak dijelaskan oleh
guncangannya sendiri yaitu sekitar 71, sedangkan 20 lainnya dijelaskan oleh guncangan kebijakan moneter domestik. Di jangka panjang, guncangan
permintaan uang berperan sekitar 38 dan guncangan kebijakan moneter domestik sekitar 31. Guncangan kebijakan moneter penting bagi fluktuasi
permintaan uang riil baik di jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu kebijakan moneter dapat diimplementasikan untuk stabilisasi permintaan uang
riil. Hasil penelitian Rapach 1998 sama dengan temuan penelitian ini dimana
yang berperan dalam menjelaskan fluktuasi permintaan uang riil adalah guncangan permintaan uang dan guncangan kebijakan moneter domestik.
Sedangkan penelitian Siregar dan Ward 2000 berbeda bahwa guncangan kebijakan moneter domestik tidak mampu berperan di seluruh horizon waktu
dalam fluktuasi permintaan uang riil. Baik guncangan output maupun guncangan kurs riil ternyata kurang mampu
berperan dalam menjelaskan variabilitas permintaan uang riil disemua horizon waktu. Temuan ini berbeda dengan hasil Siregar dan Ward 2000 yang
menemukan bahwa guncangan kurs riil mampu menjelaskan fluktuasi permintaan uang riil di jangka panjang. Sedangkan Gali 1992 menemukan bahwa guncangan
penawaran hanya berperan di triwulan pertama, guncangan money demand hanya berperan di jangka pendek, guncangan money supply di jangka panjang dan
guncangan IS mendominasi seluruh horizon waktu. Fluktuasi suku bunga domestik di triwulan pertama 85 diterangkan oleh
guncangan kebijakan moneter domestik. Mulai triwulan ke-2, guncangan output mampu berperan sekitar 31. Kedua guncangan tersebut ternyata hanya penting
bagi fluktuasi jangka pendek suku bunga domestik, dimana pada jangka panjang, peran guncangan kebijakan moneter domestik tinggal 11 dan guncangan output
hanya 13. Peran guncangan kurs riil mulai penting di triwulan ke-4 dimana sekitar
28 fluktuasi suku bunga domestik mampu dijelaskan oleh guncangan ini. Di jangka panjang, fluktuasi suku bunga domestik lebih banyak dijelaskan oleh
guncangan kurs riil. Temuan ini sama dengan hasil FEVD Siregar dan Ward 2000 yang menunjukkan bahwa guncangan kurs riil berperan penting mulai
triwulan ke-4 hingga jangka panjang. Gali 1992 menemukan bahwa hanya guncangan money supply yang bisa menjelaskan fluktuasi suku bunga domestik di
seluruh horizon waktu, sedangkan guncangan penawaran, permintaan uang dan IS tidak berperan. Rapach 1998 justru menemukan bahwa guncangan money
demand dan money supply tidak penting bagi fluktuasi suku bunga domestik,
tetapi yang penting peranannya adalah guncangan IS untuk fluktuasi seluruh horizon waktu suku bunga domestik dan guncangan penawaran untuk fluktuasi
suku bunga domestik di triwulan pertama.
Guncangan domestik memiliki peran sangat penting dalam fluktuasi makroekonomi domestik baik di jangka pendek maupun jangka panjang.
Guncangan dari sisi permintaan ditemukan sama pentingnya dengan guncangan dari sisi penawaran. Guncangan permintaan yang utama adalah guncangan kurs
riil yang ditemukan dapat menjelaskan seluruh fluktuasi makroekonomi domestik kecuali permintaan uang riil.
7.3 Implikasi Kebijakan
Penelitian ini menemukan bahwa guncangan penawaran berupa favorable shock
pada output dapat menjelaskan fluktuasi makroekonomi Indonesia dengan baik. Oleh karena itu, untuk menstimulasi perekonomian dapat dilakukan dengan
mengelola guncangan dari sisi penawaran utamanya guncangan output dengan baik. Guncangan output ini bisa berasal dari guncangan tenaga kerja, guncangan
kapital dan guncangan teknologi. Temuan bahwa guncangan kurs riil berperan sebagai sumber utama
fluktuasi makroekonomi domestik menjadi bukti empiris bahwa stabilisasi kurs riil menjadi sangat penting untuk dilakukan. Dampak guncangan ini bagi
perekonomian adalah terkontraksinya PDB secara permanen sehingga pengelolaan kurs riil yang tepat diperlukan dalam rangka menjaga stabilitas perekonomian.
Menurut Ickes 2004, kurs riil merepresentasikan relatif harga barang domestik dan harga barang asing sehingga memengaruhi daya saing barang
tradable . Apresiasi kurs riil berarti kenaikan harga asing atas satu bundel barang
relatif terhadap harga domestik. Atau bisa dikatakan bahwa nilai riil mata uang asing terdepresiasi sehingga menurunkan daya beli mata uang asing secara relatif.
Salah satu faktor yang dapat merubah kurs riil ini adalah perubahan demand baik yang berasal dari domestik maupun luar negeri terhadap barang domestik. Ketika
terjadi penurunan permintaan domestik untuk barang domestik, maka pada rasio harga awal terjadi ketidakseimbangan supply dan demand yaitu terjadi excess
supply . Hal ini memicu penurunan harga barang domestik sehingga rasio harga
asing terhadap harga domestik meningkat. Artinya terjadi depresiasi riil yaitu penurunan daya beli Rupiah terhadap barang asing.
Berdasarkan uraian diatas maka faktor-faktor yang memengaruhi perubahan demand
domestik terhadap barang domestik dapat memengaruhi kurs riil.
Permintaan domestik antara lain berasal dari konsumsi, investasi dan pengeluaran pemerintah. Perubahan pengeluaran pemerintah baik untuk konsumsi maupun
investasi dapat menjadi sumber fluktuasi daya saing atau fluktuasi kurs riil. Penurunan pengeluaran pemerintah akan menurunkan agregat demand.
Dengan asumsi agregat supply tetap maka penurunan agregat demand ini akan menurunkan harga domestik relatif terhadap harga asing. Hal ini menyebabkan
rasio harga asing terhadap harga domestik meningkat sehingga terjadi depresiasi riil. Artinya daya beli Rupiah relatif turun terhadap barang asing.
Siregar 2001 menyatakan kurs riil sebagai relatif harga barang tradable dan non-tradable. Apresiasi kurs riil bisa diinterpretasikan sebagai kenaikan harga
barang non-tradable relatif terhadap harga barang tradable. Monacelli dan Perotti 2010 mengemukakan bahwa pengeluaran pemerintah adalah lebih intensif pada
sektor non-tradable. Sehingga ketika terjadi kenaikan belanja pemerintah maka akan meningkatkan harga output di sektor non-tradable relatif terhadap harga
output sektor tradable dan memicu apresiasi kurs riil. Dari sisi produksi, output sektor pemerintah termasuk dalam sektor non-tradable yaitu pada sub sektor Jasa
Pemerintahan Umum dalam PDB sektoral meliputi jasa administrasi pemerintah dan pertahanan keamanan. Kenaikan atau penurunan output pemerintah dapat
memengaruhi relatif harga barang non-tradable dan tradable sehingga dapat memengaruhi kurs riil.
Berdasarkan uraian diatas bahwa ekspansi atau kontraksi output dan belanja pemerintah dapat merubah daya saing barang domestik atau merubah kurs riil,
maka kebijakan fiskal dapat diimplementasikan untuk stabilisasi fluktuasi daya saing barang domestik terhadap asing atau yang disebut sebagai kurs riil. Ravn et
al. 2007, Caporale et al. 2008, Monacelli dan Perotti 2010 serta Chatterjee dan Mursagulov 2011 juga menemukan pentingnya pengeluaran pemerintah atas
fluktuasi kurs riil. Selain kebijakan fiskal, konsumsi rumahtangga juga penting dalam fluktuasi
kurs riil. Oleh karena itu, faktor-faktor yang memengaruhi perubahan konsumsi rumahtangga juga dapat memengaruhi kurs riil, termasuk kebijakan fiskal berupa
kenaikan atau penurunan pajak. Keputusan rumahtangga untuk lebih banyak membelanjakan pendapatannya atau ditabung serta pilihan barang untuk