2,000 4,000
6,000 8,000
10,000 12,000
14,000 16,000
18,000 20,000
19 90:
1 19
91: 1
19 92:
1 19
93: 1
19 94:
1 19
95: 1
19 96:
1 19
97: 1
19 98:
1 19
99: 1
20 00:
1 20
01: 1
20 02:
1 20
03: 1
20 04:
1 20
05: 1
20 06:
1 20
07: 1
20 08:
1 20
09: 1
20 10:
1 20
11: 1
20 12:
1 kurs nominal
kurs riil
perekonomian mampu tumbuh positif sebesar 2,74. Jika dilihat secara triwulanan, pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek ini menunjukkan pola
yang sama mulai tahun 2001 dimana pada tiga triwulan pertama pertumbuhannya positif kemudian negatif pada triwulan keempat.
Gambar 11 menunjukkan perkembangan PDB jika dilihat dalam jangka pendek yaitu dalam periode triwulanan. Dalam jangka panjang, PDB cenderung
meningkat secara riil meski dalam jangka pendek terlihat fluktuasi naik dan turun. Dapat diamati bahwa fluktuasi pertumbuhan secara triwulanan sebelum periode
krisis 1998 ternyata sangat tajam, terjadi dalam range yang besar yaitu plus minus 10. Setelah periode krisis 1998, fluktuasi pertumbuhan cenderung lebih stabil
berkisar antara plus minus 4. Meski guncangan eksternal makin sering terjadi pada era 2000an dan
berpotensi memperburuk perekonomian domestik, ternyata fluktuasi perekonomian Indonesia dalam periode triwulanan terlihat lebih stabil. Hal ini
mengindikasikan bahwa fundamental makroekonomi Indonesia sudah lebih kuat sehingga berbagai guncangan yang terjadi tidak sampai menyebabkan
perekonomian terkontraksi.
4.2 Kurs Riil
Sebelum krisis moneter tahun 1998 terjadi, Indonesia menganut rezim fixed exchange rate
dimana kurs Rupiah terhadap US dijaga fixed oleh pemerintah.
Sumber: BI, BPS, US Bereau of Labor Statistics 2012 diolah Gambar 12 Perkembangan kurs nominal RpUS dan kurs riil
Pada periode 1990:1 hingga periode 1997:2, kurs nominal Rupiah Indonesia terhadap Dollar Amerika Serikat terlihat stabil pada kisaran 1.823 RpUS - 2.450
RpUS. Gambar 12 menunjukkan perkembangan kurs nominal dan kurs riil.
Sebelum tahun 2000, kurs nominal masih dibawah kurs riil namun setelah tahun 2000 terlihat kurs nominal melampaui kurs riil.
Krisis mata uang yang terjadi di Thailand ternyata meluas menjadi krisis finansial Asia. Indonesia merupakan salah satu negara Asia yang terkena
dampaknya. Kurs Rupiah terhadap US yang stabil dengan rata-rata sekitar Rp 2.126,93US selama periode 1990:1 hingga 1997:2 langsung melemah bahkan
mencapai Rp 14.900US pada 1998:2, Rupiah terdepresiasi tajam secara nominal.
Sejak terjadinya krisis Rupiah ini, pemerintah tidak lagi mampu menjaga Rupiah fixed sehingga terjadi perubahan rezim kurs dari fixed exchange rate
menjadi floating exchange rate dengan band tertentu. Sejak Indonesia menganut rezim kurs mengambang, kurs menjadi fluktuatif menyesuaikan berbagai
perubahan kondisi perekonomian. Gambar 13 menunjukkan persentase perubahan kurs riil. Kurs riil
menunjukkan daya saing barang domestik. Ketika krisis moneter 1998 menerpa Indonesia dan mendepresiasikan kurs nominal, maka daya saing barang domestik
meningkat tajam hingga hampir mencapai 60. Namun kenaikan daya saing akibat terdepresiasinya kurs nominal ternyata tidak meningkatkan PDB dari jalur
ekspor. Justru PDB terkontraksi dalam dan perekonomian Indonesia mengalami resesi. Depresiasi riil ini menurunkan daya beli Rupiah relatif terhadap daya beli
asing. Kenaikan ekspor akibat kenaikan daya saing produk domestik ini di offset oleh tingginya biaya impor bahan baku dan barang modal yang dibutuhkan sektor
produksi khususnya industri pengolahan. Akibatnya harga bahan input meningkat dan memicu kenaikan harga output. Dengan segera kenaikan daya saing tersebut
langsung diikuti oleh penurunan tajam yang hampir mencapai minus 40 pada 1998:3. Setelah krisis moneter terjadi, kurs riil berfluktuasi naik dan turun
mengindikasikan kenaikan dan penurunan daya saing produk domestik.