guncangan fiskal dan moneter tidak mampu menjelaskan variabilitas PDB dan kurs Indonesia.
2.4.2 Studi Fluktuasi Harga Minyak Dunia
Nordhaus 2007 menyatakan bahwa kenaikan harga minyak dunia setelah tahun 2000 direspon berbeda oleh perekonomian dibanding respon pada tahun
1970-an. Invasi Amerika Serikat ke Irak pada tahun 2002 dipercaya mampu menurunkan supply minyak dunia sehingga memicu kenaikan harga minyak
dunia. Namun kenaikan harga minyak dunia tersebut ternyata tidak banyak mengkontraksi perekonomian dimana PDB tetap mampu tumbuh positif dan
inflasi moderat. Pada era 1970-an, guncangan harga minyak dunia disebabkan oleh konflik di Timur Tengah seperti perang Arab Israel tahun 1973, revolusi Iran
di tahun 1978, invasi Irak ke Kuwait tahun 1990. Guncangan-guncangan tersebut mampu memicu resesi perekonomian global, berbeda dengan respon
makroekonomi pada era 2000-an. Hamilton 2009 meneliti kesamaan dan perbedaan guncangan harga
minyak pada tahun 2007-2008 dibandingkan dengan guncangan harga minyak era 1970-an dengan melihat penyebab dan dampaknya bagi perekonomian.
Guncangan harga minyak era 1970-an lebih banyak dikontribusi oleh gangguan fisik seperti penurunan supply, sedangkan kenaikan harga minyak di tahun 2007-
2008 lebih karena kenaikan permintaan padahal produksi tetap. Dampak bagi perekonomian atas guncangan harga minyak pada era 1970-an ternyata buruk
yaitu inflasi yang tinggi dan PDB terkontraksi dalam. Namun bagi perekonomian saat ini, guncangan harga minyak pada tahun 2007-2008 lalu tidak menyebabkan
resesi perekonomian, dimana inflasi moderat dan pertumbuhan ekonomi tetap positif.
Blanchard dan Gali 2010 berusaha mengungkap alasan mengapa guncangan harga minyak dunia berbeda efeknya bagi perekonomian pada era
1970-an dan 2000-an. Pada era 1970-an, kenaikan harga minyak dunia menyebabkan stagflasi dan tingginya angka pengangguran, sedangkan pada era
2000-an, gucangan harga minyak dunia tidak banyak menjelaskan fluktuasi perekonomian dimana inflasi dan pertumbuhan ekonomi tetap terjaga
kestabilannya. Mereka membagi periode penelitian menjadi dua periode waktu
yaitu sebelum tahun 1984 dan setelah tahun 1984. Metode SVAR digunakan untuk mengidentifikasi guncangan harga minyak.
Analisis IRF sebelum periode 1984 pada penelitian Blanchard dan Gali menunjukkan bahwa dampak guncangan harga minyak dunia adalah
terkontraksinya PDB yang mencapai minus 75 dibanding level sebelum guncangan setelah triwulan ke-11, begitu juga dengan respon tertinggi inflasi yang
mencapai 75 melebihi tingkat sebelum ada guncangan. IRF pada periode setelah 1984 menunjukkan bahwa dampak bagi PDB masih negatif namun jauh lebih
kecil dibanding respon sebelum 1984. PDB terkontraksi 25 dan stabil setelah triwulan ke-7 setelah guncangan, sedangkan inflasi hanya meningkat 25. Hal ini
disebabkan oleh penurunan kekakuan upah riil sepanjang waktu, meningkatnya kredibilitas otoritas moneter dalam menjaga inflasi serta turunnya kontribusi
minyak dalam PDB. Purwanti 2011 melakukan studi mengenai dampak guncangan harga
minyak dunia terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi di negara-negara ASEAN+3. Metode analisis yang digunakan adalah First Difference-Generalized
Method of Moments FD-GMM. Temuannya yaitu kenaikan laju perubahan
harga minyak dunia secara signifikan menyebabkan inflasi karena umumnya negara-negara ASEAN+3 tidak melakukan subsidi harga bahan bakar. Selain itu,
ternyata kenaikan laju perubahan harga minyak juga signifikan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
2.5 Kerangka Pemikiran
Untuk mencapai visi Indonesia di tahun 2025, dimana Indonesia diharapkan menjadi kekuatan ekonomi 12 besar dunia, maka diperlukan stabilitas dalam
perekonomian. Namun berbagai peristiwa baik eksternal maupun domestik dapat mengganggu kestabilan perekonomian
sehingga dapat
mempertinggi pengangguran dan kemiskinan.
Peristiwa ekternal yang dicakup adalah fluktuasi harga minyak dunia serta fluktuasi suku bunga Amerika Serikat, sedangkan peristiwa domestik adalah
kebijakan moneter yang dilakukan bank sentral, guncangan kurs riil, guncangan permintaan uang serta favorable shock dalam penawaran. Ketika terjadi
guncangan yang memperburuk perekonomian maka kebijakan yang tepat
diperlukan untuk membawa perekonomian keluar dari resesi serta mampu meredam fluktuasi yang berlebihan dalam perekonomian.
Gambar 5 Kerangka pemikiran penelitian Namun perilaku harga adalah berbeda menurut horizon waktu. Harga dan
upah nominal di jangka pendek adalah kaku sedangkan di jangka panjang fleksibel, sehingga kebijakan ekonomi bisa memiliki dampak yang berbeda
menurut horizon waktu ini. Oleh karena itu dilakukan penelitian business cycle yang mempertimbangkan kekakuan harga di jangka pendek. Model business cycle
Untuk mencapai Visi Indonesia 2025 diperlukan stabilitas perekonomian
Kondisi eksternal: Krisis moneter 1998,
krisis keuangan global, kenaikan
harga minyak dunia Kondisi internal:
Intervensi pemerintah melalui kebijakan
ekonomi
Guncangan domestik: -
Penawaran: output -
Permintaan: kurs riil, permintaan uang
dan kebijakan moneter domestik
Guncangan eksternal: -
Penawaran: harga minyak dunia
- Permintaan: suku
bunga Amerika Serikat
Masalah: Berbagai peristiwa eksternal dan domestik dapat
mengganggu stabilitas perekonomian nasional.
Perlu diketahui sumber guncangan utama bagi fluktuasi makroekonomi Indonesia
Kajian Business Cycle New Keynesian
Kerangka kerja New Keynesian
harga kaku di jangka pendek
Implikasi Kebijakan