Selain itu ada fenomena kenaikan harga minyak dunia pada tahun 2000-an lebih disebabkan ulah spekulasi, bukan faktor penawaran dan permintaan.
Berbagai faktor ini yang cenderung mengurangi dampak guncangan harga minyak dunia terhadap makroekonomi Indonesia setelah tahun 2000-an meski Indonesia
sudah menjadi negara net importir minyak.
6.1.2 Guncangan Permintaan Guncangan Suku Bunga Amerika Serikat
Ketika ada guncangan 1 standar deviasi pada suku bunga AS T-bill maka suku bunga AS langsung meningkat sekitar 0,3 pada periode impact. Respon ini
terus meningkat hingga stabil pada level jangka panjangnya setelah triwulan ke-8 yang 0,8 lebih tinggi dibanding level sebelum guncangan Gambar 28.
Sumber: Hasil pengolahan Gambar 28 Respon suku bunga AS terhadap guncangan dirinya sendiri
Guncangan eksternal ini belum direspon oleh PDB pada periode impact. Respon PDB selanjunya atas guncangan suku bunga AS juga tidak signifikan,
begitu pula respon kurs riil dan permintaan uang riil yang tidak signifikan. Satu- satunya variabel domestik yang merespon guncangan suku bunga AS dengan
signifikan adalah suku bunga domestik. Meningkatnya suku bunga AS ternyata mampu meningkatkan suku bunga domestik secara permanen. Sesuai dengan teori
UIP , maka ketika ekspektasi inflasi sama dengan nol, maka ekspektasi depresiasi
kurs juga sama dengan nol. Oleh karena itu suku bunga domestik sama dengan suku bunga AS. Respon terbesar suku bunga domestik terjadi pada triwulan ke-6
setelah guncangan yang hampir mencapai 1,4. Selanjutnya keseimbangan
jangka panjang suku bunga domestik dicapai setelah triwulan ke-16 atau 4 tahun setelah guncangan dengan level yang lebih tinggi 1,2 dibanding level sebelum
guncangan. Respon tersebut ditunjukkan oleh Gambar 29.
Sumber: Hasil pengolahan Gambar 29 Respon makroekonomi domestik terhadap guncangan suku bunga AS
Respon yang ditunjukkan oleh makroekonomi domestik seperti PDB, kurs riil dan permintaan uang riil dalam penelitian ini sama dengan temuan Siregar dan
Ward 2000 yaitu tidak signifikan.
6.2 Peran Guncangan Eksternal terhadap Fluktuasi Makroekonomi Indonesia
Forecast Error Variance Decomposition FEVD digunakan untuk
menganalisa peran setiap guncangan dalam menjelaskan fluktuasi setiap variabel dalam model. Pada Tabel 7 ditunjukkan bahwa variabilitas harga minyak dunia
ditentukan oleh guncangannya sendiri dalam jangka pendek. Pada triwulan pertama, 100 fluktuasi harga minyak dunia dijelaskan oleh guncangannya
sendiri dan pada triwulan kedua menjelaskan sekitar 99. Peran guncangan harga
Respon PDB Respon kurs riil
Respon permintaan uang riil Respon suku bunga domestik
minyak dunia terhadap dirinya sendiri perlahan makin menurun, namun dalam jangka panjang triwulan ke-30 perannya tetap dominan sekitar 86.
Selain itu juga ditemukan bahwa guncangan makroekonomi domestik yaitu guncangan output, guncangan kurs riil, guncangan permintaan uang serta
guncangan kebijakan moneter domestik ternyata tidak ada yang mampu menjelaskan variabilitas harga minyak dunia baik di jangka pendek dan jangka
panjang. Tabel 7 Peran guncangan domestik terhadap fluktuasi variabel eksternal
Variabel Triwulan
kedepan Guncangan
Harga Minyak
Dunia Suku
Bunga AS
Output Kurs Riil Money
Demand Kebijakan
Moneter Domestik
Harga Minyak
Dunia 1
100 2
99 4
91 1
1 5
1 8
90 1
1 4
1 3
16 86
1 3
5 1
3 30
86 2
3 5
1 3
Suku Bunga AS
1 7
93 2
8 88
1 2
1 4
6 88
2 3
1 8
6 80
1 5
4 3
16 6
67 4
15 5
3 30
6 66
4 16
5 3
Sumber: Hasil pengolahan Fluktuasi suku bunga AS banyak disumbang dari guncangannya sendiri di
seluruh horizon waktu. Di jangka pertama 93 fluktuasi suku bunga AS mampu dijelaskan oleh guncangannya sendiri dan di jangka panjang perannya sekitar
66. Guncangan makroekonomi domestik juga tidak mampu berperan dalam
fluktuasi suku bunga AS. Temuan ini sesuai dengan penelitian sebelumnya seperti Siregar dan Ward 2000 dan Supriana 2004 dimana variabel ekonomi makro
domestik tidak mampu menjelaskan variabilitas indikator eksternal seperti suku bunga AS.
Temuan penelitian ini, bahwa makroekonomi domestik tidak mampu menjelaskan variabilitas variabel eksternal seperti harga minyak dunia dan suku
bunga AS, sesuai dengan teori small open economy. Indonesia merupakan negara kecil terbuka yang tidak mampu memengaruhi perekonomian dunia. Meski posisi
Indonesia saat ini menjadi salah satu anggota G-20 pada urutan ke-17, namun kebijakan makroekonomi nasional masih belum mampu memengaruhi
perekonomian dunia. Tabel 8 Peran guncangan eksternal terhadap fluktuasi makroekonomi domestik
Variabel Triwulan
kedepan Guncangan Eksternal
Harga Minyak Dunia Suku Bunga AS
PDB 1
2 4
1 8
1 3
16 1
4 30
4
Kurs Riil 1
1 2
4 1
3 8
2 4
16 2
4 30
2 4
Permintaan Uang Riil
1 2
4 3
2 8
3 2
16 2
5 30
2 6
Suku Bunga Domestik
1 5
2 2
5 4
4 6
8 3
26 16
4 37
30 5
51
Sumber: Hasil pengolahan Guncangan eksternal yaitu guncangan harga minyak dunia tidak penting
dalam menjelaskan fluktuasi PDB di semua horizon waktu. Hal ini mendukung temuan IRF dan hubungan contemporaneous antara harga minyak dunia terhadap
PDB di bab sebelumnya. Temuan penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Nordhaus 2007, Blanchard dan Gali 2010 dan Purwanti 2011 bahwa
guncangan harga minyak pada era 2000an tidak menyebabkan resesi dalam perekonomian. Selain itu, guncangan harga minyak dunia juga tidak berperan
penting dalam fluktuasi makroekonomi domestik seperti kurs riil, permintaan uang riil dan suku bunga domestik di seluruh horizon waktu.
Guncangan eksternal berupa guncangan suku bunga AS juga ditemukan tidak berperan penting dalam fluktuasi PDB. Temuan ini sama dengan temuan
Siregar dan Ward 2000 dan Supriana 2004. Bagi makroekonomi domestik lainnya seperti kurs riil dan permintaan uang riil, ternyata guncangan suku bunga
AS juga tidak berperan banyak. Peran guncangan suku bunga AS hanya penting bagi fluktuasi suku bunga domestik.
6.3 Implikasi Kebijakan
Temuan penelitian mengenai hubungan harga minyak dunia dan PDB berdasarkan pengujian hubungan contemporaneous, IRF dan FEVD masing-
masing adalah tidak signifikannya efek contemporaneous harga minyak dunia terhadap PDB, respon PDB atas guncangan harga minyak dunia tidak signifikan
serta guncangan harga minyak dunia tidak mampu menjelaskan fluktuasi PDB dan indikator makroekonomi Indonesia lainnya. Temuan tersebut saling mendukung
satu sama lain, memperkuat bukti empiris bahwa guncangan harga minyak dunia tidak memengaruhi fluktuasi makroekonomi Indonesia. Berbagai hal yang
menjadi penyebab tidak signifikannya hubungan tersebut telah diulas pada sub bab sebelumnya. Diantaranya terkait dengan masih disubsidinya harga BBM
domestik. Selama ini pemerintah merespon kenaikan harga minyak dunia dengan menaikkan subsidi harga BBM domestik.
Temuan tersebut tidak menjadi dasar bagi penelitian ini untuk kemudian merekomendasikan bahwa pemerintah terus mensubsidi harga BBM domestik atas
kenaikan harga minyak dunia dalam rangka menjaga kestabilan perekonomian domestik. Karena meski dampaknya tidak signifikan secara statistik, namun arah
respon PDB terhadap guncangan harga minyak dunia adalah negatif. Oleh karena itu pelaksanaan subsidi harga BBM domestik yang memperbesar defisit anggaran
harus dilakukan secara hati-hati. Bila subsidi BBM terus meningkat maka dapat menyebabkan rasio defisit APBN terhadap PDB melebihi batas aman 3.
Dampak guncangan harga minyak dunia bagi perekonomian Indonesia yang awalnya negatif dan tidak signifikan berpotensi untuk berubah menjadi negatif
dan signifikan dikemudian hari. Berdasarkan uraian diatas, subsidi harga BBM domestik sebaiknya mulai
dikurangi. Hal ini bisa dicapai dengan dua cara yaitu pertama melalui pembatasan BBM bersubsidi dan kedua melalui peningkatan harga BBM domestik secara
bertahap hingga sesuai dengan harga keekonomiannya.
Cara pertama yaitu mengatur pembatasan BBM bersubsidi. Hal ini sudah dilakukan pemerintah sejak lama dan diatur dalam Instruksi Presiden. Namun
sampai saat ini belum efektif. Kuota volume BBM bersubsidi selalu tidak dapat dipenuhi. Oleh karena itu disarankan agar aturan pembatasan BBM bersubsidi
dibuat dalam bentuk undang-undang. Adanya undang-undang berarti memuat sanksi tegas bagi pelanggar orangsektor produksi yang tidak berhak menerima
BBM bersubsidi namun mengkonsumsinya sehingga menimbulkan efek jera bagi pelanggar. Dengan cara ini kebijakan aturan pembatasan BBM dapat efektif
dilaksanakan dan tercapai volume BBM bersubsidi sesuai dengan kuota yang telah ditetapkan.
Cara kedua yaitu menaikkan harga BBM secara bertahap hingga sesuai dengan harga keekonomiannya. Selain mengeliminir tindakan spekulasi akibat
disparitas harga BBM subsidi dan BBM industri, cara ini juga tidak membebani APBN. Dana yang tadinya untuk subsidi BBM dapat dialokasikan ke sektor
produktif seperti pembangunan infrastruktur jalan, infrastruktur energi alternatif seperti gas, infrastruktur sarana transportasi massal seperti Mass Rapid
Transportation MRT yang diharapkan dapat mengurangi penggunaaan BBM
bagi kendaraan pribadi, subsidi pendidikan dan kesehatan, kompensasi bagi masyarakat tidak mampu serta pengembangan sumber energi alternatif.
Berdasarkan hasil penelitian Wangke 2012, penurunan subsidi BBM dan realokasi anggaran dari penghematan subsidi BBM ke sektor produktif ternyata
mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menurunkan jumlah penduduk miskin.
Temuan penelitian Nordhaus 2007 bahwa reaksi dan perilaku rumahtangga, pelaku bisnis dan pekerja atas guncangan harga minyak ikut
menentukan signifikan atau tidaknya guncangan harga minyak dunia bagi perekonomian domestik. Oleh karena itu, dalam menyikapi guncangan harga
minyak dunia, pemerintah sebaiknya lebih mengkhawatirkan ekspektasi dan reaksi pelaku ekonomi seperti konsumen, pelaku bisnis dan pekerja. Otoritas
moneter diharapkan tetap sensitif dalam menjaga stabilitas inflasi akibat kenaikan harga minyak dunia serta fokus pada core inflation dibanding total inflasi.
Hasil penelitian ini mengenai kurang pentingnya guncangan harga minyak dunia dan guncangan suku bunga AS bagi perekonomian Indonesia menunjukkan
bahwa fundamental makroekonomi Indonesia cukup kuat. Sehingga meski berbagai guncangan eksternal semakin sering terjadi pada era 2000an,
perekonomian Indonesia tetap mampu bertahan dan tidak sampai terjadi resesi. Namun guncangan suku bunga AS perlu diwaspadai karena mampu memengaruhi
fluktuasi suku bunga domestik. Kebijakan moneter domestik dapat berperan menjadi stabilisator jika terjadi fluktuasi suku bunga domestik yang berlebihan.
Halaman ini sengaja dikosongkan
VII. DAMPAK GUNCANGAN DOMESTIK TERHADAP MAKROEKONOMI INDONESIA
7.1 Dinamika Respon Business Cycle Indonesia terhadap Guncangan
Domestik 7.1.1 Guncangan Penawaran Output
Guncangan penawaran dalam penelitian ini diidentifikasi sebagai guncangan output. Favorable shock sebesar satu standar deviasi terhadap output
menyebabkan PDB langsung meningkat 1,3 pada periode impact. Selanjutnya PDB berfluktuasi menuju keseimbangan jangka panjangnya dengan level baru
yang 1 lebih tinggi dibanding level sebelum ada guncangan Gambar 30.
Sumber: Hasil pengolahan Gambar 30 Respon makroekonomi domestik terhadap guncangan output
Peningkatan PDB tersebut menyebabkan kenaikan transaksi sehari-hari sehingga permintaan uang riil juga meningkat. Meningkatnya PDB secara
Respon PDB Respon kurs riil
Respon permintaan uang riil Respon suku bunga domestik
permanen mengakibatkan peningkatan permintaan uang riil secara permanen juga. Di jangka panjang, permintaan uang riil lebih tinggi 0,8 dibanding level
sebelum ada guncangan. Pada periode impact, kurs riil terapresiasi 4 dibanding kondisi sebelum
ada guncangan. Respon kurs signifikan hanya pada triwulan kedua hingga keempat setelah guncangan. Selanjutnya kurs riil kembali ke level sebelum ada
guncangan sehingga dampak guncangan output bagi kurs riil hanya sementara. Otoritas moneter mengakomodasi kenaikan permintaan uang riil dengan
ekspansi moneter yaitu dengan meningkatkan money supply sehingga suku bunga domestik menjadi lebih rendah dari tingkat sebelum ada guncangan. Pada triwulan
ke-2, suku bunga domestik lebih rendah 1,4. Seiring dengan menghilangnya respon kurs riil, respon suku bunga domestik setelah triwulan ke-4 juga
menghilang dimana suku bunga domestik cenderung kembali ke tingkat sebelum ada guncangan. Dampak guncangan output juga hanya sementara bagi suku bunga
domestik.
7.1.2 Guncangan Permintaan 7.1.2.1 Guncangan Kurs Riil
Gambar 31 menunjukkan respon makroekonomi domestik atas guncangan kurs riil yang menyebabkan kurs riil terdepresiasi. Guncangan ini mengakibatkan
kurs riil langsung terdepresiasi 8 pada periode impact. Respon terbesar kurs riil terjadi pada triwulan ke-2 setelah guncangan yaitu terdepresiasi hingga 9.
Selanjutnya kurs riil merespon dengan makin menguat sehingga setelah triwulan ke-14, depresiasinya tinggal 5 dibanding level sebelum guncangan. Respon kurs
riil adalah permanen. Terdepresiasinya kurs riil belum direspon oleh otoritas moneter pada
periode impact. Setidaknya dibutuhkan lag 1 triwulan bagi otoritas moneter untuk menstabilkan dengan melakukan kebijakan moneter kontraksi yaitu menurunkan
money supply sehingga suku bunga domestik meningkat agar kurs riil menguat.
Pada triwulan ke-3, suku bunga domestik lebih tinggi 1,9 dalam rangka merespon depresiasi kurs riil yang meningkat pada triwulan ke-2. Setelah kurs riil
mulai menguat, suku bunga domestik menurun untuk kembali ke keseimbangan jangka panjangnya yang dicapai setelah triwulan ke-4.
Guncangan 1 standar deviasi pada kurs riil juga belum direspon oleh PDB pada periode impact. Dibutuhkan lag 1 triwulan dimana PDB mengalami
kontraksi 0,7 akibat terdepresiasinya kurs riil. Pada triwulan ke-3 PDB mencapai level terendah yaitu terkontraksi sekitar 2. Guncangan 1 standar
deviasi pada kurs riil menyebabkan PDB terkontraksi 1,3 di jangka panjang.
Sumber: Hasil pengolahan Gambar 31 Respon makroekonomi domestik terhadap guncangan kurs riil
Seiring dengan tingginya suku bunga domestik, maka terjadi penurunan permintaan uang riil. Ketika suku bunga domestik mencapai respon tertinggi pada
triwulan ke-3, hal ini menjadi opportunity cost terbesar untuk memegang aset dalam bentuk uang. Kondisi ini direspon dengan penurunan permintaan uang riil
terbesar pada triwulan ke-4 yang mencapai minus 1,9. Seiring dengan menghilangnya respon suku bunga domestik mulai triwulan ke-6, respon
permintaan uang riil juga menghilang. Menurunnya suku bunga domestik kembali ke level sebelum ada guncangan diikuti oleh meningkatnya respon permintaan
Respon PDB Respon kurs riil
Respon permintaan uang riil Respon suku bunga domestik