Konsep Desentralisasi Fiskal TINJAUAN PUSTAKA

yang ada berupa pengelolaan sarana dan prasarana, keuangan, dan kebijakan- kebijakan yang sesuai dengan tujuan pembangunan daerah Irdhania, 2009. Pengambilan keputusan diserahkan kepada daerah yang bertujuan menyejahterakan masyarakat berdasarkan anggaran yang sudah ditetapkan. Pada garis besarnya konsep desentralisasi dapat dibedakan menjadi tiga bagian besar, yaitu : desentralisasi politik, desentralisasi administrasi, dan desentralisasi fiskal. Ketiganya saling berkaitan erat satu sama lain, dan semestinya dilaksanakan bersama-sama agar berbagai tujuan otonomi daerah seperti peningkatan kualitas pelayanan publik tidak terbengkalai Elmi, 2002.

2.2 Konsep Desentralisasi Fiskal

Desentralisasi fiskal didefinisikan sebagai pelimpahan kewenangan di bidang penerimaan yang sebelumnya tersentralisasi baik secara administrasi dan pemanfaatannya diatur dan dilakukan oleh pemerintah pusat. Dengan pelimpahan sebagian kewenangan terhadap sumber-sumber penerimaan negara kepada pemerintah daerah, diharapkan daerah dapat melakukan tugas, pelayanan publik dan meningkatkan investasi yang produktif di daerahnya Elmi, 2002. Penetapan desentralisasi fiskal yang diberlakukan ini dikarenakan pemerintah pusat menganggap bahwa pemerintah daerah mempunyai keunggulan lebih dalam mengelola keuangan daerahnya dengan memperhatikan potensi- potensi yang ada di daerahnya. Pemerintah daerah dapat mengetahui secara langsung kebutuhan yang sesuai dengan masyarakatnya. Transfer dana yang dilakukan oleh pemerintah pusat mendorong kegiatan ekonomi yang lebih cepat sehingga meningkatkan kestabilan kondisi ekonomi daerah. Desentralisasi fiskal memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut : 1 mengurangi peran dan tanggung jawab diantara pemerintah pada semua tingkat; 2 memperhitungkan bantuan atau transfer antar pemerintah; 3 memperkuat sistem penerimaan daerahlokal dan merumuskan jasa-jasa lokal; 4 memprivatisasi Badan Usaha Milik Daerah BUMD; serta 5 menyediakan suatu jaringan pengaman bagi fungsi redistribusi. Oleh karena itu keberhasilan dari desentralisasi fiskal juga dapat dinilai dari sejauh mana fungsi-fungsi diatas tersebut telah dilaksanakan Irdhania, 2009. Tujuan umum program desentralisasi fiskal Indonesia adalah untuk membantu : 1 meningkatkan alokasi nasional dan efisiensi operasional pemerintah daerah; 2 memenuhi aspirasi daerah, memperbaiki struktur fiskal secara keseluruhan, dan memobilisasi pendapatan daerah dan kemudian nasional; 3 meningkatkan akuntabilitas, meningkatkan transparansi, dan mengembangkan partisipasi konstituen dalam pengambilan keputusan di tingkat daerah; 4 mengurangi kesenjangan fiskal antar pemerintah daerah, memastikan pelaksanaan pelayanan dasar masyarakat di seluruh Indonesia, dan mempromosikan sasaran- sasaran efisiensi pemerintah; 5 memperbaiki kesejahteraan sosial rakyat Indonesia Abimanyu, 2009. Alasan yang mendasari pemikiran bahwa pengelolaan keuangan negara secara terdesentralisasi lebih baik dibanding dengan pengelolaan secara sentralistik adalah karena akan terjadi efisiensi dalam pengalokasian sumber daya. Desentralisasi membuat pemerintah lebih responsif terhadap aspirasi dan preferensi kebutuhan masyarakat dibanding dengan pemerintah terpusat Lin and Liu, 2000; Kerk and Garry, 1997; Rao, 2000; Smoke, 2001; Ebel and Yilmz, 2002; Rindayati, 2009. Hipotesis serupa juga disampaikan oleh Tiebout, yang dikenal dengan Tiebout Hypotesis yaitu untuk barang publik yang memungkinkan perbedaan permintaan antar daerah maka efisiensi alokasi sumber daya akan lebih baik jika produksi barang tersebut dilakukan secara terdesentralistik Stiglitz, 2000; Rindayati, 2009. Inti dari kebijakan desentralisasi fiskal adalah adanya pola transfer dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Sistem ini sangat penting karena pengeluaran pemerintah daerah sebagian besar yaitu dua pertiganya berasal dari dana transfer pemerintah pusat. Dana transfer dari pemerintah pusat diperoleh berdasarkan kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal daerah. Terdapat tiga jenis transfer antar pemerintah yang dinyatakan dalam Undang-Undang No 25 tahun 1999, yaitu: 1 Bagi Hasil; 2 Dana Alokasi Umum; dan 3 Dana Alokasi Khusus Departemen Dalam Negeri, 2002 b; Rindayati, 2009. Pola penyaluran bantuan pemerintah pusat berbentuk block grant, sehingga perencanaan program, implementasi dan monitoring serta evaluasi dilakukan pada pemeritah daerah. Bentuk block grant dalam kerangka desentralisasi fiskal berupa Dana Alokasi Umum DAU Simanjuntak, 2001; Ritonga, 2002; Mawardi dan Sumarto, 2003; Rindayati, 2009. UU No 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah bahwa kebutuhan DAU oleh suatu daerah provinsi, kabupaten, dan kota ditentukan dengan menggunakan pendekatan konsep Fiscal Gap, dimana kebutuhan DAU suatu daerah ditentukan atas kebutuhan daerah fiscal needs dengan potensi daerah fiscal capacity. Dengan pengertian lain, DAU digunakan untuk menutup celah yang terjadi karena kebutuhan daerah melebihi dari potensi penerimaan daerah yang ada Hasugian, 2006. Selain DAU, pemerintah daerah juga mendapatkan DAK yang fungsinya juga hampir sesuai dengan DAU. Dana Alokasi Khusus adalah alokasi dari APBN kepada provinsi, kabupaten atau kota tertentu yang digunakan dalam kegiatan khusus yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Komposisi DAK lebih kecil dibandingkan dengan DAU. DAK dimaksudkan untuk membiayai kebutuhan - kebutuhan khusus seperti prioritas nasional, kejadian-kejadian bahaya lainnya yang tidak dapat dibayai dengan menggunakan DAU Departemen Dalam Negeri, 2002 b Rindayati, 2009. Kaitan desentralisasi fiskal dengan ketahanan pangan terjadi melalui dua jalur yaitu 1 desentralisasi – partisipasi pemberdayaan tata kelola – ketahanan pangan, dan 2 desentralisasi – pelayanan publik investasi yang lebih memihak kaum miskin petani – ketahanan pangan Rao, 2000; Braun and Grote, 2002; Vazques and McNab, 2001; Wasylenko, 1987; Rindayati, 2009. Jalur pertama, menunjukkan bahwa desentralisasi memungkinkan civil society berpartisipasi aktif dalam proses kebijakan dengan meningkatkan transparansi dan predictability dari pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan oleh masyarakat akan berpengaruh terhadap proses pembangunan sehingga akan berdampak pada peningkatan perekonomian dan peningkatan ketahanan pangan. Jalur kedua, desentralisasi akan membuat pemerintah dengan rakyat lebih dekat sehingga pemerintah daerah lebih tahu kebutuhan masyarakatnya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya pelayanan publik yang lebih baik yang berdampak pada peningkatan perekonomian daerah dan peningkatan kinerja ketahanan pangan Rindayati, 2009.

2.3 Konsep Kinerja Fiskal