2. Memperbaiki alokasi sumber daya produktif melalui pergeseran
pengambilan keputusan publik ke tingkat pemerintah yang lebih rendah yang memiliki informasi yang lebih lengkap. Thesaurianto, 2007.
Kemandirian fiskal daerah menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam meningkatkan pendapatan asli daerah PAD seperti pajak daerah, retribusi
dan lain-lain. Karena itu otonomi daerah dan pembangunan daerah bisa diwujudkan hanya apabila disertai kemandirian fiskal yang efektif. Ini berarti
bahwa pemerintah daerah secara finansial harus bersifat independen terhadap pemerintah pusat dengan jalan sebanyak mungkin menggali sumber-sumber PAD
seperti pajak, retribusi dan sebagainya. Untuk mengukur derajat kemandirian fiskal daerah derajat otonomi fiskal daerah yaitu menggunakan rasio antara PAD
dengan total penerimaan APBD pada tahun yang sama, tidak termasuk transfer dari pemerintah pusat Radianto, 1997; Thesaurianto, 2007
Keadaan fiskal daerah yang terdiri atas penerimaan dan pengeluaran daerah akan memengaruhi kinerja perekonomian daerah berupa PDRB, penyerapan
tenaga kerja serta produksi, dan ketahanan pangan. Kinerja perekonomian akan memengaruhi ketahanan pangan. Kondisi ketahanan pangan akan memengaruhi
kinerja fiskal karena kapasitas fiskal daerah akan dipengaruhi oleh kondisi masyarakatnya. Keadaan masyarakat dengan daya beli rendah akan menghasilkan
pendapatan pajak daerah yang rendah pula sehingga akan menghasilkan kinerja fiskal yang rendah Situmorang, 2009.
2.4 Kebijakan Fiskal Untuk Pembangunan Ekonomi
Kebijakan Fiskal diberlakukan pemerintah sebagai sarana fasilitasi dalam penstabilan anggaran keuangan. Kebijakan fiskal berperan dalam memacu laju
pertumbuhan daerah sebagai dasar pembangunan nasional. Dalam Jhingan 2000 menyebutkan kebijakan fiskal sebagai sarana menggalakkan pembangunan
ekonomi bermaksud mencapai tujuan berikut : 1 untuk meningkatkan laju investasi; 2 untuk mendorong investasi optimal secara sosial; 3 meningkatkan
kesempatan kerja; 4 untuk meningkatkan stabilitas ekonomi ditengah ketidakstabilan internasional; 5 untuk menanggulangi inflasi; dan 6 untuk
meningkatkan dan mendistribusikan pendapatan nasional Rindayati, 2009. Dalam hal ini kebijakan fiskal merujuk kepada ukuran-ukuran fiskal yang
komplek seperti pajak, subsidi dan pengeluaran pemerintah untuk mempengaruhi kegiatan ekonomi. Dengan mengontrol antara 15 sampai 50 persen dari GDP,
pemerintah merupakan kekuatan utama dalam menggerakkan perekonomian dibanyak negara berkembang. Jadi berdasarkan volume, kebijakan fiskal
berpengaruh secara substansial pada semua lingkaran ekonomi. Kebijakan fiskal memengaruhi kegiatan perekonomian melalui : 1 alokasi dari sumber anggaran
terhadap berbagai kegiatan yang merupakan pengeluaran publik, 2 bentuk- bentuk pembiayaan dalam pengeluaran pemerintah dan 3 keseimbangan antara
pendapatan dan pengeluaran pemerintah Todaro, 2000; Musgrave and Peggy, 1989; Jhingan, 2000; Rindayati, 2009.
Tantangan dalam penerapan desentralisasi fiskal tidak hanya dalam penentuan strategi pembiayaan yang tepat tetapi juga kepada masalah
pengendalian defisit anggaran. Defisit anggaran merupakan penyebab utama ketidakseimbangan makroekonomi, dan mengurangi defisit anggaran merupakan
komponen utama pada kebanyakan program penyesuaian. Secara prinsip pengurangan defisit anggaran dapat dilakukan melalui dua hal : 1 dapat
dikurangi melalui pengeluaran anggaran, dan 2 peningkatan pendapatan pemerintah. Walaupun kedua pendekatan tersebut digunakan secara bersamaan,
penekanan diberikan kepada pendekatan pertama karena alasan sebagai berikut : 1.
Pengurangan pengeluaran anggaran lebih mudah, lebih substansial dan lebih cepat pengurangannya dibandingkan meningkatkan pajak serta peningkatan
pajak pendapatan sering memerlukan perubahan dalam sistem pajak dan aturan mengenai pajak yang memakan waktu.
2. Tujuan utama dari program penyesuaian secara struktural adalah dalam arti
luas mengurangi aturan negara dalam perekonomian dan menyiapkan insentif untuk meningkatkan produksi serta peningkatan pajak untuk
mengelola tingkat pengeluaran yang ada akan bertentangan dengan tujuan dari program penyesuaian struktural Jhingan, 2000; Todaro, 2000.
Dampak dari pengurangan defisit anggaran dan pengaruhnya terhadap ketahanan pangan dapat dikaji lebih lanjut melalui : 1 pengurangan tenaga kerja
di sektor publik dan upah, 2 pengurangan investasi publik, 3 pengurangan subsidi dan 4 pengurangan pemotongan pelayanan publik. Kebijakan fiskal
dengan pengurangan pengeluaran publik akan mempengaruhi ekonomi pangan dan ketahanan pangan melalui pengaruh pada harga dan volume dari penawaran
dan permintaan tenaga kerja, kredit, komoditi yang dipasarkan dan menyebabkan perubahan dalam infrastruktur sosial dan ekonomi. Penekanan khusus pada
pendapatan rumah tangga, permintaan pangan dan produksi pangan. Arah dan intensitas dari pengaruh tersebut tergantung pada pendekatan terhadap
pengeluaran untuk publik, kondisi sosial dan ekonomi suatu negara, kerangka
waktu dan pada suksesnya program penyesuaian yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi FAO, 1997 ; Rindayati, 2009.
2.5 Konsep Ketahanan dan Indikator Ketahanan Pangan