Ikhtisar STRUKTUR NAFKAH DAN KERAGAMAN PENDAPATAN

tinggi pula kinerja membatik dan motivasi membatik yang berpengaruh pada alokasi kerja responden dalam sehari.

5.4 Ikhtisar

Industri batik di Kota Pekalongan membawa perubahan bagi kehidupan ekonomi rumahtangga pekerja batik tulis, baik yang bekerja pada industri kecil maupun industri besar. Hal ini dapat dilihat dari struktur nafkah rumahtangga pekerja batik tulis yang terdiri dari: besarnya pendapatan yang diperoleh dalam membatik, ragam sumber pendapatan rumahtangga, pola nafkah ganda pekerja batik, persepsi kontribusi pendapatan rumahtangga, pengaruh keterampilan dalam membatik, persepsi kesempatan kerja, struktur pengeluaran rumahtangga dan alokasi waktu yang digunakan pekerja batik tulis. Data pada tabel 7 merangkum kondisi ekonomi pada struktur nafkah yang diterima oleh rumahtangga pekerja batik tulis selama kurun waktu lima tahun 2006-2011. Tabel 7. Struktur Nafkah Rumahtangga Pekerja Batik Tulis pada Industri Kecil dan Industri Besar Kota Pekalongan, Tahun 2011 No. Kondisi Ekonomi Industri Kecil Industri Besar 1. Tingkat pendapatan rumahtangga Sedang Tinggi 2. Persepsi Pendapatan membatik Sama saja belum bisa memenuhi kebutuhan Sama saja bisa memenuhi kebutuhan 3. Pola nafkah ganda rumahtangga Besar Besar 4. Upah harian membatik Kecil Sedang 5. Kontribusi pendapatan membatik Besar Besar 6. Persepsi kesempatan kerja di luar industri batik Kecil Kecil 7. Pengaruh keterampilan terhadap jam lembur Kecil Besar 8. Struktur pengeluaran rumahtangga Sedang Sedang 9. Kemampuan saving rumahtangga Sedang Sedang 10. Alokasi waktu kerja responden Besar Besar 11. Produktivitas kerja Kecil Besar Berdasarkan tabel 7 di atas, terlihat bahwa struktur pendapatan rumahtangga pekerja batik pada industri kecil berada pada kategori sedang, karena rata-rata rumahtangga pekerja batik tulis selama satu tahun terakhir memperoleh pendapatan antara Rp 10.612.686,00 sampai Rp 18.299.770,00. Sedangkan rata- rata pendapatan rumahtangga pekerja batik tulis pada industri besar adalah lebih dari Rp 18.299.770,00 atau berada pada kategori tinggi. Berdasarkan hipotesis penelitian membuktikan bahwa menolak H 1 , yang artinya tidak terdapat berbedaan struktur nafkah rumahtangga pekerja batik tulis pada industri kecil maupun industri besar. Rumahtangga pekerja batik tulis pada kedua tipe industri tersebut yang memiliki peran penting dalam nafkah rumahtangga adalah suami kontribusi besar. Walaupun upah membatik dikatakan kecil sehingga peran suami dan anak terlibat dalam aktivitas nafkah. Rata-rata tingkat upah yang diperoleh responden adalah sebesar Rp 15.000,00 pada industri kecil dan sebesar Rp 19.000,00 pada indsutri besar. Persepsi pendapatan membatik dibandingkan lima tahun yang lalu pada industri kecil dan industri besar tidak berbeda nyata antara keduanya. Responden yang bekerja pada industri kecil menyatakan, pada saat ini belum bisa memenuhi kebutuhan keluarga dengan pendapatan yang sedikit, dikarenakan kebutuhan untuk rumahtangga sekarang serba mahal. Sedangkan pada industri besar sama saja, tetapi sudah dapat mencukupi kebutuhan rumahtangganya. Pendapatan suami jauh lebih besar dari pendapatan isteri pekerja batik. Hanya terdapat empat responden saja dari total 70 responden yang memiliki pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan rumahtangga. Hal ini dikarenakan, membatik merupakan pekerjaan utama bagi para pekerja batik dan minimnya tingkat keterampilan yang dimiliki, sehingga kesempatan kerja di luar industri batik dikatakan kecil. Aktivitas lembur yang dilakukan pekerja batik berbeda nyata pada industri besar dibandingkan industri kecil. Hal ini dikarenakan pada industri besar banyak mendapatkan pesanan sehingga pekerjanya dituntut untuk bekerja lembur. Dari pekerjaan lembur tersebut, para pekerja batik mendapatkan upah dari lembur untuk menambah pendapatan mereka. Akan tetapi, alokasi waktu yang dibutuhkan menjadi lebih banyak. Tidak terdapat perbedaan alokasi waktu kerja pekerja batik pada industri kecil maupun industri besar, dimana alokasi waktu untukkegiatan produktif dan reproduktif yang dilakukan sama. Selain itu, struktur pengeluaran rumahtangga pekerja batik juga tidak terdapat perbedaan antara pekerja di industri kecil maupun industri besar, pengeluaran kebutuhan yang paling besar adalah pada kebutuhan primer. Terdapat tingkat saving rumahtangga, akan tetapi pendapatan tersebut digunakan untuk pengeluaran-pengeluaran yang tidak terduga dan responden mencoba menutup-nutupi kebutuhan mereka.

BAB VI KUALITAS KEHIDUPAN SOSIAL PEKERJA BATIK TULIS

Dalam kehidupan masyarakat Kota Pekalongan tidak terlepas dari sistem ekonomi maupun sosial. Selain itu, masyarakat Kota Pekalongan masih kental menganut sistem kulturalnya sebagai pekerja batik yang sudah mentradisi dari nenek moyang. Kota Pekalongan berkembang pesat menjadi pusat batik atau sentral Batik Indonesia yang kini sudah memiliki branding “World City Of Batik”. Dengan kata lain, suatu perkembangan kota harus mengarah pada penyesuaian lingkungan fisik ruang kota dengan perkembangan sosial dan kegiatan usaha masyarakat kota. Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari peran pekerja batik, khususnya batik tulis yang dikenal langka dan mahal. Walaupun mayoritas pekerja batik tulis berasal dari pedesaan yang memiliki keterbatasan pengetahuan dan keterampilan, pekerja batik memberikan kontribusi besar dalam meningkatkan status sosial Kota Pekalongan. Walaupun ditengah-tengah krisis ekonomi pekerja batik tulis mampu Adapun pengaruh kehidupan sosial pekerja batik tulis adalah pada kepuasan bekerja pada sektor industri batik, diantaranya: tingkat kepuasan kerja upahgaji, jaminan sosial dan jaminan kesehatan, fasilitas kerja, prestasi kerja, aturansanksi dan lain-lain, tingkat stres kerja, kondisi tempat tinggal, status kepemilikan peralatan dan mobilitas sosial pekerja batik tulis. 6.1 Kepuasan Kerja Pekerja Batik Tulis 6.1.1 Kepuasan Pekerja Batik Terhadap Upah Kepuasan atau ketidakpuasan responden pada industri kecil maupun industri besar tergantung pada hasil yang didapat dengan apa yang diharapkan. Sebaliknya, apabila yang didapat responden lebih rendah daripada yang diharapkan akan menyebabkan responden tidak puas. Berikut ini data mengenai persentase tingkat kepuasan responden terhadap upahgaji yang diberikan ditunjukkan pada Gambar 25 di bawah ini.