Industri Batik Di Kota Pekalongan

Sektor industri di Kota Pekalongan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu industri besar, industri sedang dan industri kecil. Pembagian tersebut berdasarkan pada banyaknya jumlah tenaga kerja. Industri besar memiliki jumlah tenaga kerja minimal 100 orang, industri sedang memiliki jumlah tenaga kerja 20- 99 orang, sedangkan industri kecil memiliki jumlah tenaga kerja 5-19 orang. Industri kecil masih dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu formal dan informal. Yang disebut sebagai industri kecil formal adalah industri kecil yang mempunyai izin berdirinya usaha dari Depperindagkop, sedangkan industri kecil non formal adalah industri kecil yang tidak mendaftarkan usahanya ke kantor Depperindagkop, sehingga tidak mempunyai izin berdirinya usaha BPS, 2009.

4.2 Industri Batik Di Kota Pekalongan

Sebagaimana telah diketahui, Pekalongan dikenal sebagai “Kota Batik” mempunyai potensi besar dalam kegiatan perbatikan dan telah berkembang begitu pesat baik dalam skala kecil maupun besar. Hasil produksi batik Pekalongan juga menjadi salah satu penopang perekonomian Kota Pekalongan. Corak dan warna yang khas dari produk Batik Pekalongan telah menjadikan kerajinan Batik Pekalongan semakin dikenal. Industri dibidang batik ini telah mampu mengeksport ke berbagai negara antara lain Australia, Amerika, Timur Tengah, Jepang, Cina, korea dan Singapura. Bagi pecinta batik, Pekalongan merupakan tempat yang tepat untuk mencari batik dan aksesorisnya, karena Pekalongan adalah tempat pasar batik, butik batik serta grosir batik, baik batik asli batik tulis maupun batik cap, batik printing, batik painting maupun sablon dengan harga yang bervariasi. Industri ini memberikan sumbangan yang besar terhadap kemajuan perekonomian di Pekalongan dengan mayoritas dari home industry. Kota Pekalongan memiliki 634 industri batik dengan daya serap sebayak 9944 tenaga kerja dari total 276.158 penduduk. Tabel 2. Klasifikasi Industri Batik dan Jumlah Tenaga Kerja di Kota Pekalongan Jenis Industri Jumlah Unit Usaha Jumlah Tenaga Kerja orang Industri Besar 9 1246 Industri MenengahSedang 244 5136 Industri Kecil 381 3562 Jumlah 634 9944 Sumber: Disperindagkop Kota Pekalongan, 2009 Data pada Tabel 2 di atas, menunjukkan bahwa jumlah industri besar di Pekalongan adalah sebanyak sembilan unit usaha dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 1246 orang dan industri menengah terdapat sebanyak 244 unit usaha dengan menyerap tenaga kerja 5136 orang, sedangkan pada industri kecil unit usaha terdapat sebanyak 381 dengan 3562 tenaga kerja. Dari sisi penyerapan tenaga kerja, sebagian besar penduduk Kota Pekalongan bekerja di sektor industri, khususnya pada industri batik. Angka ini menunjukkan bahwa industri kecil di Kota Pekalongan jauh lebih banyak daripada industri besar dan menengah. Hal ini dikarenakan pengrajin batik di Kota Pekalongan mendominasi untuk membuka usaha batik skala kecil dengan modal yang kecil dibanding pada industri besar dan menengah. Mayoritas batik di Pekalongan dikerjakan pada home industry 1 baik skala kecil, menegah maupun besar. Hal ini dikarenakan home industry bersifat kebersamaan, sehingga para pekerja batik dapat berkumpul bersama-sama dalam pekerjaan membatik. Batik Pekalongan merupakan warisan budaya nenek moyang yang mentradisi dari dulu sampai sekarang secara turun-temurun. Para pekerja batik Kota Pekalongan mayoritas adalah penduduk asli Pekalongan. Pekerja batik Pekalongan memiliki keterampilan membatik secara turun-temurun dari keluarganya. Di Pekalongan terdapat banyak industri batik yang memperkerjakan buruh batik di setiap perusahaannya, dengan memiliki keahlian di bidang masing- masing. Jenis-jenis batik di Pekalongan, seperti: batik tulis, batik cap, batik 1 Industri batik yang dikerjakan di rumah-rumah penduduk yang biasanya dikerjakan pada sistem borongan sistem babar. sablonprinting dan batik kombinasi. Sedangkan bahan baku pembuatan batik antara lain: mory, malam, gondorukem, minyak tanah dll. Pada tahun 2010, harga bahan baku pembuatan batik mengalami kenaikan yang cukup tinggi, sehingga menyebabkan masalah besar bagi pengusaha batik baik batik skala kecil, menengah maupun besar. Dengan harga bahan baku yang cukup mahal, membuat industri batik skala kecil mengalami kerugian yang mengakibatkan berhentinya produksi. Meningkatnya bahan baku pembuatan batik disebabkan karena faktor alam musim hujan. Akibat menurunnya produksi batik di Pekalongan, menyebabkan produksi perhutani juga ikut menurun. Menghadapi permasalahan mengenai kenaikan harga bahan baku, pihak pemerintah memberikan jalan keluar untuk mengatasi permasalahan tersebut. Upaya yang dilakukan oleh pihak Walikota Pekalongan adalah dengan cara mempertemukan pihak pengusaha batik dengan pihak perhutani dengan menyepakati harga bahan baku sesuai dengan harga yang dipasarkan perhutani yaitu Rp 31.000kg sesuai harga pasar dunia. Meningkatnya harga bahan baku batik menyebabkan keuntungan yang diperoleh para pengusaha batik Pekalongan mengalami penurunan. Para pengusaha batik masih belum dapat menaikkan harga jual batik dikarenakan mereka lebih mementingkan kebutuhan pokok untuk sehari-hari dibandingkan kebutuhan untuk pakaian. Adanya industri batik memunculkan organisasi seperti, Ikatan Para Pengusaha Batik Ikatan Pengusaha Menengah-Besar, IWAPI Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia. Bagi industri kecil diwakili oleh Paguyuban Pengusaha Batik. Paguyuban ini terdiri dari pengusaha-pengusaha batik di Kota Pekalongan, seperti: Paguyuban Kampung Batik Kauman, Kampung Wisata Batik Pesindon, Kampung Batik Pasir sari. Selain itu, Pemkot mulai menggalakkan aksi bersih “Produksi Bersih Anti Limbah” dan telah memberikan bantuan fasilitas Instalasi pengolah air limbah IPAL kepada pelaku industri. Akan tetapi, belum menjangkau untuk mengatasi pencemaran limbah. Oleh karena itu, Pemkot telah meminta kepada para pelaku industri untuk ikut peduli terhadap masalah kebersihan lingkungan. Dengan diberikannya fasilitas IPAL Instalasi Pengolahan Limbah yang dilakukan di beberapa tempat di wilayah Pekalongan, seperti: Kauman, Jenggot dll. Pada tahun 2010, Dinas Peindustrian Pusat memberdayakan pekerja dan pengusahanya dengan membagikan 450 tabung gas ke masing-masing industri batik Pekalongan. Dalam mengahadapi kompetitor batik dari daerah lain, seperti: batik Solo dan batik Yogyakarta, batik Pekalongan mampu bertahan dan eksis dengan “Branding” yang sudah lama dikenal oleh seluruh masyarakat di Indonesia. Pemerintah melakukan kebijakan dengan cara mempromosikan batik secara intensif. Promosi ini dilakukan dengan mengadakan Pekan Batik Nusantara dan Pekan Batik Internasional.

4.3 Sejarah Batik Kota Pekalongan