4.6 Karakteristik Pekerja Batik
Mayoritas pekerja batik tulis terdapat di Kecamatan Pekalongan Barat dan Pekalongan Timur yang menjadi sentral pekerja pada industri batik di Kota
Pekalogan. Responden penelitian adalah warga lokal warga asli dan pendatang sekitar Kota Pekalongan. Pada industri batik skala kecil, pekerja batiknya berasal
dari penduduk asli Pekalongan, sedangkan pada industri besar berasal dari penduduk asli Pekalongan dan sebagian berasal dari Kota Batang. Penduduk asli
Pekalongan sebagian besar berasal dari Gamer, Sokorejo, Clumprit, Degayu, Sapuro, Krapyak, Landungsari, Medono, Setono, Tanjung, Peringlangu, Kuripan,
Jenggot, Kauman dan Kota Batang yang berasal dari Denasri, Muneng dan Warungasem. Pekerja batik tulis dikerjakan oleh kaum perempuan yang sudah
menjadi tradisi turun-temurun. Hal ini dikarenakan batik tulis identik dengan menggambar di atas kain mori yang memerlukan kesabaran, ketelitian dan
ketepatan dalam membatik. Sehingga kaum perempuan lah yang melekat sebagai pekerja batik tulis.
Agama yang dianut oleh seluruh responden dalam penelitian ini adalah beragama islam. Responden yang bekerja pada industri batik Kota Pekalongan
merupakan asli orang Jawa. Hal ini dikarenakan mayoritas penduduk Kota Pekalongan adalah masyarakat asli Jawa Tengah dan semenjak lahir responden
penelitian sudah menetap di Kota Pekalongan dan sekitarnya. Pada Gambar 5 ditunjukkan rata-rata umur responden pada industri batik.
Keterangan: n
pekerja batik industri kecil
: 35 n
pekerja batik industri besar
: 35
Gambar 4. Rata-Rata Umur Responden pada Industri Kecil dan Industri Besar
44 36
10 20
30 40
50
Industri Kecil Industri Besar
Um ur
Respo nd
en T
a hu
n
Industri Kecil Industri Besar
Berdasarkan Gambar 5 di atas, menunjukkan bahwa rata-rata umur responden penelitian pada dua tipe industri batik berbeda antara industri kecil dan
industri besar. Pada industri kecil rata-rata umur responden adalah 44 tahun, sedangkan pada industri besar adalah 36 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pada
industri kecil sebagian besar pekerjanya sudah lama bekerja pada industri batik tulis. Sementara pada tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini
dikategorikan menjadi lima, yaitu kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Tetapi pada kenyataannya, tingkat pendidikan responden hanya
mencapai tiga kategori saja. Pada Gambar 6 ditunjukkan persentase tingkat pendidikan responden yang diambil dari 70 responden pada industri kecil dan
industri besar.
Keterangan: n
pekerja batik industri kecil
: 35 n
pekerja batik industri besar
: 35
Gambar 5. Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan pada Industri Kecil dan Industri Besar
Berdasarkan Gambar 6 di atas, dapat dilihat bahwa pada industri kecil sebagain besar terdapat responden yang berpendidikan sangat rendah yaitu tidak
sekolah yang artinya responden tidak pernah mengenyam bangku sekolah, yaitu sebesar 60.00 dan sebaliknya pada industri besar yang tidak sekolah sebesar
34,29. Kemudian pada industri kecil yang berpendidikan sampai Sekolah Dasar SD, yaitu sebesar 34,39 dan 60,00 pada industri besar. Di samping itu,
60,00 34,29
34,29 60,00
5,71 5,71
20 40
60 80
100
Industri Kecil Industri Besar
P er
sent a
se Respo
nd en
Tamat SMP sederajat Tamat SD
Tidak sekolahtidak tamat SD
hanya terdapat beberapa responden yang berpendidikan sampai Sekolah Menengah Pertama SMP yaitu sebesar 5,71 pada kedua industri tersebut. Data
ini menunjukkan bahwa hanya terdapat dua responden saja yang berpendidikan sampai tingkat SMP. Data dapat disimpulkan bahwa responden pada industri kecil
sebagian besar berpendidikan sangat rendah atau tidak sekolah, dan sebaliknya pada industri besar sebagian besar respondennya berpendidikan rendah yaitu
tamat SD, baik industri kecil maupun industri besar sama-sama tidak berpendidikan tinggi. Hal ini dikarenakan keterampilan dalam membatik tidak
memerlukan pendidikan yang tinggi. Keterampilan membatik bagi mereka sudah menjadi turun-temurun. Bagi beberapa responden yang berpendidikan SMP
dikarenakan mereka tidak memiliki pilihan lain selain bekerja di industri batik karena keterbatasan keterampilan. Selain itu, faktor rumahtangga sangat
menentukan anggota lain juga bekerja di industri batik. Tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap besarnya upah yang diterima responden. Pada Gambar 7
ditunjukkan status pernikahan responden pada industri batik kecil dan industri batik besar.
Keterangan: n
pekerja batik industri kecil
: 35 n
pekerja batik industri besar
: 35
Gambar 6. Persentase Responden Menurut Status Pernikahan pada Industri Kecil dan Industri Besar
Berdasarkan data Gambar 7 di atas, dapat dilihat bahwa pekerja batik tulis yang bekerja di industri kecil dan industri besar berstatus sudah menikah atau
71,43
11,43 17,14
57,14
22,86 20,00
20 40
60 80
100
Menikah Belum menikah
Janda
P er
sent a
se Respo
nd en
Industri Kecil Industri Besar
berkeluarga, yaitu sebesar 71,43 pada industri kecil dan 57,14 pada industri besar. Sementara itu, status responden yang belum menikah adalah sebesar
11,43 pada industri kecil dan 22,86 pada industri besar. Sisanya adalah responden yang berstatus jandasebagai kepala keluarga. Faktor sosial ekonomi
rumahtangga merupakan penyebab utama yang mempengaruhi kaum perempuan yang sudah menikah untuk bekerja. Status pernikahan merupakan salah satu faktor
yang menentukan seorang perempuan untuk bekerja atau tidak disamping faktor lainnya yang ada di luar rumahtangga. Mayoritas pekerja batik tulis pada industri
kecil dan industri besar tidak terdapat perbedaan status pernikahannya, baik yang sudah menikah ataupun yang belum menikah anak sama-sama memiliki
kesempatan untuk bekerja pada sektor industri batik. Akan tetapi, persentase terbesar pekerja batik yang bekerja di industri batik adalah berstatus sudah
menikah. Dengan demikian, semua pekerja batik yang bekerja pada suatu industri
batik tidak mengenal status rumahtangga baik usia muda belum menikah yang masih menjadi tanggungan orang tua maupun yang sudah menikah, sehingga
status pernikahan rumahtangga tidak menjadi penghambat kaum perempuan untuk bekerja di sektor industri batik tulis. Pada Gambar 8 ditunjukkan status
rumahtangga pada industri kecil dan industri besar.
Keterangan: n
pekerja batik industri kecil
: 35 n
pekerja batik industri besar
: 35
Gambar 7. Persentase Responden Menurut Status Rumahtangga pada Industri Kecil dan Industri Besar
17,14 14,29
68,57
20,00 20,00
60,00
20 40
60 80
100
Janda KK Anak
Isteri
P e
r se
nt a
se R
e spo
nde n
Industri Kecil Industri Besar
Berdasarkan data Gambar 8 di atas, menunjukkan bahwa pada industri kecil maupun industri besar lebih banyak yang mendominasi adalah responden
yang berstatus sebagai “isteri”, yaitu sebesar 68,57 pada industri kecil dan 60,00 pada industri besar. Sementara itu, sebesar 14,39 berstatus “anak” pada
industri kecil dan 20,00 pada industri besar. Sedangkan 17,14 dan 20,00 berstatus sebagai KK Kepala Keluarga. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa status sebagai isteri mendominasi atau lebih banyak yang bekerja pada industri batik di Kota Pekalongan. Hal ini
dikarenakan “isteri” yang berperan sebagai ibu rumahtangga lebih banyak memilih untuk bekerja sebagai pekerja
batik tulis, baik pada industri kecil maupun industri besar. Seorang ibu mencari nafkah untuk keluarganya dengan menggantungkan hidupnya dari hasil
bekerjanya dalam membatik. Pekerjaan membatik dijadikan sebagai pekerjaan utama responden. Sementara itu jumlah anggota keluarga responden ditunjukkan
pada Gambar 9 di bawah ini.
Keterangan: n
pekerja batik industri kecil
: 35 n
pekerja batik industri besar
: 35
Gambar 8. Rata-Rata Jumlah Anggota Rumahtangga Responden pada Industri Kecil dan Industri Besar
Berdasarkan data Gambar 9 di atas, menunjukkan bahwa rata-rata jumlah anggota rumahtangga pada industri kecil adalah sebanyak lima anggota.
Sedangkan pada industri kecil sebanyak empat anggota. Anggota rumahtangga ini
5 4
1 2
3 4
5
Industri Kecil Industri Besar
Ra ta
-Ra ta
An g
g o
ta
p er
o ra
n g
dkhususkan bagi keluarga yang masih tinggal serumah dan masih memiliki peranan dalam pendapatan dan pengeluaran rumahtangga, baik ibu, bapak dan
anak kakak-adik. Dari dulu sampai sekarang pekerja batik mampu bertahan hidup dengan
pekerjaannya walaupun dengan upah yang sangat kecil. Bagi mereka, pekerjaan mem
batik merupakan suatu “berkah”. Hal ini dikarenakan adanya kesempatan kerja di sektor industri batik Kota Pekalongan menjadikan responden memiliki
pekerjaan sesuai dengan keterampilan yang dimiliki, sehingga pekerja batik memperoleh
pendapatan yang
cukup untuk
memenuhi kebutuhan
rumahtangganya. Dalam membatik, waktu yang digunakan sangatlah lama dan panjang. Jadwal jam kerja membatik dimulai dari pukul 08.00 WIB-16.00 WIB
dan jam istirahat hanya satu jam saja yaitu pukul 12.00 WIB-13.00 WIB. Jam istirahat mereka pergunakan untuk sholat, makan dan istirahat. Sebagian besar
pekerja batik tulis pada industri kecil mengalokasikan waktu jam istirahatnya dipergunakan untuk pulang ke rumah, dikarenakan jarak rumah dengan tempat
kerja cukup dekat. Sedangkan pada pekerja batik tulis di industri besar, penggunaan jam istirahat dilakukan disekitar pabriktempat produksi saja
dikarenakan jarak pabrik dengan rumah cukup jauh. Selain itu, terdapat beberapa responden yang memiliki pekerjaan
sampingan di luar pekerjaan membatik. Pada industri kecil hanya ada satu responden yang memiliki pekerjaan sampingan, yaitu pengrajin taplak meja
bordir. Sementara itu, pada industri besar terdapat tiga responden yang memiliki pekerjaan sampingan, yaitu: pengrajin taplak meja bordir, pedagang sarapan dan
buruh tani pada saat panen. Pekerjaan sampingan ini dapat menambah pendapatan para pekerja batik, karena upah membatik dirasakan belum
mencukupi untuk kebutuhan mereka dan adanya alokasi waktu untuk bekerja di luar pekerjaan membatik. Pada Gambar 10 ditunjukkan rata-rata lama bekerja
tahun responden pada industri batik.
Keterangan: n
pekerja batik industri kecil
: 35 n
pekerja batik industri besar
: 35
Gambar 9. Rata-Rata Lama Bekerja Tahun Responden pada Industri Kecil dan Industri Besar
Berdasarkan data Gambar 10 di atas, menunjukkan bahwa rata-rata pekerja batik yang bekerja pada industri kecil lebih lama bekerja dibanding
industri besar. Pada responden yang bekerja pada industri kecil adalah selama empat tahun. Sedangkan pada responden yang bekerja di industri besar sudah
bekerja selama delapan tahun. Jadi, responden yang bekerja pada industri besar lebih lama bekerja dibandingkan responden yang bekerja pada industri kecil.
Kepuasan bekerja menjadi faktor lama bekerja di industri tersebut. Selain itu, adanya aturan-aturan tertentu dan hubungan yang baik antara pekerja dengan
pengusaha dapat menjadi faktor responden untuk tetap bekerja pada industri besar. Sehingga pekerja batik loyal terhadap pekerjaannya. Lama bekerja juga dapat
dilihat dari faktor umur responden. Semakin tua umur responden, semakin lama pula responden yang bekerja pada industri tersebut. Selain itu, responden
memiliki keterampilan kerja yang lebih baik dan kualitas membatik yang baik.
4.7 Ikhtisar