Analisis Struktur Nafkah Dan Penghidupan Rumahtangga Pekerja Batik Tulis Tradisional (Studi Sosio-Ekonomi Dua Tipe Industri Batik di Kota Pekalongan Provinsi Jawa Tengah)

(1)

(Studi Sosio-Ekonomi Dua Tipe Industri Batik di Kota

Pekalongan Provinsi Jawa Tengah)

Rani Yuliandani

I34070030

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

ABSTRACT

Batik industry is making batik textile industry and is done by writing without the aid of modern machinery that uses a retractable “canting batik” on factory, pattern, color and unique texture. Nearly 80% of people's livelihood in Pekalongan have industrial sectors, namely industrial batik. From the beginning until now rely on the livelihoods of people in Pekalongan batik. Presence in the city of Pekalongan batik industry affects workers social batik life. What about their social life or work in small businesses and large enterprises to be able to survive in the Batik industry. The purpose of this study summarized in three questions. First, know the different structure of the domestic life of traditional batik workers in small industries and large industries on site. Second, know the difference in the quality of social life of traditional batik workers in small industries and large industries on site. This research was conducted in Pekalongan, Central Java in March 2011. The primary data obtained through questionnaires to respondents and in-depth interview to the informant, while the secondary data obtained from the relevant governmental institutions. Respondents were selected using random sampling techniques to select 60 respondents from the two industry types, namely Small and Large. Second batik industry, which consists of four small and four large industry, with a total of eight in the entire industry Pekalongan batik. Region chosen as the location of the batik industry Medono, Pesindon Batik Tourism Village, Kampung Batik Kauman, Noyontaan and Setono. Data were analyzed with Chi-Square test statistic with alpha value of 10%. The result is processed, then analyzed with frequency is presented in table and cross table. The results showed the economic conditions of domestic workers in two types of batik industry, both small and large industries. Seen on the structure of household income earned, changes in the level of income in the year 2006-2011 batik, the perception of the contribution of household income, changes in employment opportunities outside the batik industry sector in the year 2006-2011, the effect-making skills, to increase the hours of overtime work of batik, structure of expenditure/household consumption and labor time allocation batik. It can be concluded that the workers of the traditional batik home industries, small and large industries will survive (survival) in the economic sector because batik used as I support a "last resort" the workers batik. The role of the husband contributed much in household livelihood support. According to the results of field research in the social life of the workers in both types of industry batik changed his social life. Especially in the large industrial workers batik a greater level of satisfaction with the work in the batik industry.


(3)

RINGKASAN

RANI YULIANDANI. Analisis Struktur Nafkah dan Penghidupan Rumahtangga Pekerja Batik Tulis Tradisioanl (Studi Sosio-Ekonomi Dua Tipe Industri Batik di Kota Pekalongan Provinsi Jawa Tengah). Dibawah Bimbingan ARYA HADI DHARMAWAN.

Industri batik tulis merupakan industri tekstil yang membuat batik tulis dan dikerjakan dengan tulisan tanpa bantuan mesin modern yaitu menggunakan canting yang digambar di atas kain batik dengan memiliki motif, corak, warna dan tekstur yang unik. Hampir 80 % masyarakat Pekalongan memiliki mata pencaharian di sektor industri, yaitu industri batik. Dari dulu sampai sekarang masyarakat Pekalongan menggantungkan hidupnya pada sumber nafkah dari membatik. Stuktur nafkah dan besarnya pendapatan pekerja batik berasal dari sektor industri batik. Selain itu, peran suami juga berkontribusi besar dalam memperoleh sumber nafkah rumah tangga.

Kehadiran industri batik di Kota Pekalongan mempengaruhi kehidupan sosial pekerja batik tulis, yaitu kehidupan sosial pekerja batik baik yang bekerja pada industri kecil maupun industri besar agar tetap mampu bertahan hidup dalam pekerjaannya di sektor industri batik, sehingga berdampak pada perubahan-perubahan kepada tatanan kehidupan sosial dan ekonomi rumah tangga pekerja batik tulis baik yang bekerja pada industri kecil maupun industri besar. Dengan demikian, dampak yang diterima bagi setiap rumah tangga pekerja batik tulis juga berbeda.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, tujuan dari penelitian ini terangkum dalam tiga pernyataan. Pertama, mengetahui adanya perbedaan struktur nafkah rumahtangga pekerja batik tulis tradisional pada industri kecil dan industri besar di lokasi penelitian. Kedua, mengetahui perbedaan kualitas kehidupan sosial pekerja batik tulis tradisional pada industri kecil dan industri besar di lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di Kota Pekalongan, Jawa Tengah pada bulan Maret 2011. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada responden dan wawancara mendalam kepada informan, sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait. Responden penelitian dipilih dengan menggunakan teknik random sampling dengan memilih


(4)

60 responden dari dua tipe industri yang berbeda yaitu Industri Kecil dan Industri Besar. Kedua industri batik ini, terdiri dari empat industri kecil dan empat industri besar, dengan total delapan industri batik di seluruh Kota Pekalongan. Daerah yang dipilih sebagai lokasi industri batik adalah Medono, Kampung Wisata Batik Pesindon, Kampung Batik Kauman, Noyontaan dan Setono. Data hasil penelitian dianalisis dengan manggunakan uji statistik Chi-Square dengan nilai alpha 10%. Hasil olahan tersebut, kemudian dianalisis dengan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabel silang.

Hasil penelitian menunjukkan kondisi ekonomi rumahtangga pekerja batik tulis pada dua tipe industri batik, baik industri kecil maupun industri besar. Dilihat pada struktur pendapatan yang diperoleh rumahtangga, perubahan tingkat pendapatan membatik pada tahun 2006-2011, persepsi kontribusi pendapatan rumah tangga, perubahan kesempatan kerja di luar sektor industri batik pada tahun 2006-2011, pengaruh keterampilan membatik terhadap penambahan jam lembur pekerja batik, struktur pengeluaran/konsumsi rumahtangga dan alokasi waktu pekerja batik tulis. Hal ini dapat disimpulkan bahwa rumahtangga pekerja batik tulis tradisional pada industri kecil maupun industri besar mampu bertahan hidup

(survival) secara ekonomi dikarenakan sektor batik dijadikan sebagai “last resort” sumber nafkah pekerja batik. Peran suami berkontribusi besar dalam menghidupi nafkah rumahtangga.

Selain kondisi ekonomi, kehidupan sosial pekerja batik tulis juga dapat dilihat dari aspek kepuasan kerja membatik, stres kerja pada pekerjaan membatik, kondisi tempat tinggal dan peluang peningkatan status sosial (mobilitas sosial) pekerja batik tulis. Sesuai hasil penelitian dilapangan membuktikan bahwa pekerja batik tulis pada industri kecil maupun industri besar mengalami perubahan kehidupan sosialnya. Khusunya pada pekerja batik industri besar yang lebih tinggi tingkat kepuasannya bekerja di industri batik.


(5)

ANALISIS STRUKTUR NAFKAH DAN PENGHIDUPAN

RUMAHTANGGA PEKERJA BATIK TULIS TRADISIONAL

(Studi Sosio-Ekonomi Dua Tipe Industri Batik di Kota

Pekalongan Provinsi Jawa Tengah)

Rani Yuliandani

I34070030

SKRIPSI

Sebagai Prasyarat untuk Mendapatkan Gelar

Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Fakultas Ekologi Manusia

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(6)

LEMBAR PENGESAHAN

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh: Nama Mahasiswa : Rani Yuliandani

NRP : I34070030

Judul : Analisis Struktur Nafkah dan Penghidupan Rumahtangga Pekerja Batik Tulis Tradisioanl (Studi Sosio-Ekonomi Dua Tipe Industri Batik di Kota Pekalongan Provinsi Jawa Tengah)

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan KPM 499 pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M. Sc, Agr. NIP. 19630914 199003 1 002

Mengetahui, Ketua Departemen

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS. NIP. 19550630 198103 1 003


(7)

LEMBAR PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“ANALISIS STRUKTUR NAFKAH DAN PENGHIDUPAN

RUMAHTANGGA PEKERJA BATIK TULIS TRADISIONAL: Studi Sosio-Ekonomi Dua Tipe Industri Batik Di Kota Pekalongan Provinsi Jawa Tengah)” INI BENAR-BENAR HASIL KARYA YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA MEMPERTANGGUNGJAWABKAN PERNYATAAN INI.


(8)

RIWAYAT HIDUP

Rani Yuliandani atau biasa dipanggil Rani (Penulis), lahir di Kota Batang, tepatnya pada tanggal 12 Juli 1989. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara, pasangan Bapak Priyono, S.Pd. S.E (alm) dan Ibu Sri Estati.

Penulis menempuh pendidikan dari mulai Taman Kanak-Kanak di TK Bhayangkari Batang pada tahun 1994-1995, lalu belajar di Sekolah Dasar Negeri 06 Batang pada tahun 1995-2001, SMP Negeri 1 Batang tahun 2001-2004 dan SMA Negeri 1 Batang tahun 2004-2007. Pada tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Penulis telah memilih Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat yang berada dibawah Fakultas Ekologi Manusia sebagai angkatan ketiga (angkatan 44).

Selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis mengikuti beberapa organisasi. Berawal pada Tingkat Persiapan Bersama (TPB) penulis telah menjadi anggota Omda IMAPEKA, lalu tahun 2008-2009 penulis telah diterima sebagai anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM FEMA) dengan menjabat sebagai Divisi Pengembangan Olahraga dan Seni (PBOS). Lalu penulis juga aktif di kegiatan kepanitian-kepanitian di IPB, yaitu sebagai Divisi Konsumsi Familiarity Nite 2008, divisi Publikasi dan Dokumentasi Indonesian Ecology Expo 2008 (INDEX’2008), Divisi Konsumsi 2nd E’SPEND 2009, Divisi Humdan Masa Perkenalan Fakultas Ekologi Manusia 2009, Ketua Panitia Duta FEMA 2009, Peserta Pelatihan Fisik Dasar Keolahragaan IPB 2009.

Selama di IPB, penulis pernah meraih prestasi dalam bidang olahraga, yaitu Juara I Lomba Maraton TPB Cup 2008, Juara I Lomba Lari 400 m Puteri dalam Kejuaraan Atletik Mahasiswa IPB 2009, Lomba Lari 3 Km dan 1500 m pada PORKAB Kab.Bogor 2009 (Ciampea), Juara 5 Lomba Lari Tingkat Nasional CIBINONG 10 K pada kategori Pelajar/Mahasiswa Puteri 2010, Juara 10 Lomba Lari Tingkat Nasional BOSTON 10 K (Bogor Siliwangi Marathon) pada kategori Umum Putri 2011, Juara Aerobik Beregu Purwosi Kab. Bogor Tahun 2011.


(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Adapun skripsi yang penulis beri “Analisis Struktur Nafkah dan Kualitas Kehidupan Sosial RumahTangga Pekerja Batik Tulis Tradisional (Studi Sosio-Ekonomi Dua Tipe Industri Batik di Kota Pekalongan Provinsi Jawa Tengah)” merupakan hasil penelitian yang dilakukan untuk mengetahui bentuk struktur nafkah rumatangga pekerja batik tulis dan kualitas kehidupan sosial pekerja batik tulis. Skripsi ini menjelaskan perbandingan pada kedua tipe industri batik yaitu dilihat pada aspek ekonomi dan sosial rumahtangga

pekerja batik tulis di Kota Pekalongan, Jawa Tengah. Adapun penulisan skripsi ini

dimaksudkan sebagai syarat kelulusan di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini dilakukan tidak semata-mata hanya untuk memperoleh gelar sarjana, melainkan juga untuk memperoleh pengetahuan terkait penulis. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca dan dapat dijadikan sebagai acuan penelitian selanjutnya.

Bogor, Juni 2011


(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan atas karunia dan rahmat dari Allah SWT, yang telah memberikan kelancaran bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa mendapat bantuan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M. Sc, Agr. Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan semangat, dukungan, bimbingan, arahan, dan sarannya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik;

2. Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS dan Dr. Ir. Sarwititi S. Agung, MS. Selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan sarannya dalam penulisan skripsi ini;

3. Kedua orang tua penulis Bapak Priyono, S.Pd, S.E (alm) dan Ibu Sri Estati yang selalu memberikan dukungan, doa, semangat yang terus-menerus dan kasih sayang yang tak terhingga dari dulu sampai sekarang kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik;

4. Keluarga besar penulis Niken Mietasari, Satriyo Agung Nugroho, Lek Gun, Lek Anik, Lek Een, Om Hit, Embah Putri dan Bude Emi yang selalu memberikan, semangat, dukungan dan doa kepada penulis;

5. Keluarga besar Bapak Purwono yang telah memberikan doa dan dukunganya baik materil maupun non materil nya kepada penulis selama di IPB sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik;

6. Vecky Dwi Kuswandora atas bantuan, semangat, dukungan dan kasih sayang selama ini kepada penulis sehingga dapat termotivasi dalam penyelesaian skripsi ini dengan baik;

7. Bapak dan Ibu Pengusaha batik CV. Tobal, Larissa, Fenno, Arinna, Ganesha, Wiro Sembodo, Laa Raiba dan Mufti dan Kepala Museum Batik di Kota


(11)

Pekalongan yang telah memberikan berbagai informasi, perizinan, pengalaman dan arahan kepada penulis selama penelitian di industri Batik Kota Pekalongan;

8. Kepala Museum Batik, Pekerja-pekerja batik tulis, staf-staf industri batik Bapak Zafir, Mas Eko, Mas Dicky, Mas Askur, Mbak Riesla, Bapak Farizi dan semuanya yang telah memberikan informasi, pengarahan dan semangat kepada penulis selama penelitian di industri batik Kota Pekalongan;

9. Teman-teman SKPM 44 dan sahabat-sahabat Ume, Asih, Tita, Dian, Aris, Eka, Akira, Isma, Bagus dan yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas dukungan, motivasi dan suasana perkuliahan yang menyenangkan saat bersama-sama menempuh pembelajaran di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat;

10. Ali Sulton, Rr. Utami Annastasia, Rizki Afianti, Diah Irma Ayuningtyas, Anggi Akhirta Muray dan Siti Halimatussadiah sebagai teman satu bimbingan skripsi yang selalu bekerjasama dengan baik, dan selalu memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini..

11. Keluarga besar Andini Fitnes Centre (AFC) yang telah memberikan semangat, dukungan, motivasi, canda dan tawa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu dalam membantu menyelesaikan penelitian penelitian ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Bogor, Juni 2011


(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 4

1.3Tujuan Penelitian ... 6

1.4Kegunaan Penelitian... 6

BAB II PENDEKATAN TEORITIS ... 8

2.1 Tinjauan Pustaka ... 8

2.1.1 Pengertian Batik ... 8

2.1.2 Proses Teknik Membatik ... 9

2.1.3 Pengertian Industri ... 10

2.1.4 Pengertian Industri Kecil dan Industri Besar ... 11

2.1.5 Penggolongan Industri ... 12

2.1.6 Strategi Nafkah: Strategi Ekonomi dan Strategi Sosial ... 13

2.1.7 Strategi Bertahan Hidup Masyarakat ... 16

2.1.8 Dinamika Kehidupan Sosial-Ekonomi ... 17

2.2 Kerangka Konseptual ... 19

2.3 Kerangka Pemikiran ... 20

2.4 Hipotesis Penelitian ... 23

2.5 Definisi Konseptual ... 24

2.5 Definisi Operasional... 26

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN ... 31

3.1 Metode Penelitian... 31

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 31


(13)

3.4 Kerangka Sampling ... 32

3.5 Pemilihan Responden ... 34

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.7Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 35

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 36

4.1 Gambaran Umum Kota Pekalongan ... 36

4.1.1 Keadaan Geografis, Administrasi dan Wilayah Kota Pekalongan ... 36

4.1.2 Kondisi Infrastruktur Kota Pekalongan ... 36

4.1.3 Kondisi Sosial dan Ekonomi Penduduk Kota Pekalongan ... 37

4.2 Industri Batik di Kota Pekalongan ... 39

4.3 Sejarah Batik Kota Pekalongan ... 42

4.4 Pekerja Batik Tulis Kota Pekalongan ... 44

4.5 Profil Industri Batik Kota Pekalongan ... 47

4.6 Karakteristik Responden ... 50

4.7 Ikhtisar ... 56

BAB V STRUKTUR NAFKAH DAN KERAGAMAN PENDAPATAN RUMAHTANGGA PEKERJA BATIK TULIS ... 61

5.1 Tingkat Pendapatan Rumahtangga ... 61

5.1.1 Persepsi Tingkat Pendapatan Membatik ... 67

5.1.2 Persepsi Kontribusi Pendapatan Rumahtangga ... 72

5.1.3 Persepsi Kesempatan Kerja ... 75

5.2 Struktur Pengeluaran Rumahtangga ... 80

5.2.1 Tingkat Pengeluaran Rumahtangga ... 80

5.2.2 Tingkat Kemampuan Saving Rumahtangga ... 84

5.3 Alokasi Waktu Pekerja Batik Tulis ... 85

5.4 Ikhtisar ... 90

BAB VI KUALITAS KEHIDUPAN SOSIAL PEKERJA BATIK TULIS ... 93

6.1 Kepuasan Kerja Pekerja Batik Tulis ... 93


(14)

6.1.2 Kepuasan Pekerja Batik Tulis Terhadap Jaminan Sosial dan Kesehatan ... 95

6.1.3 Tingkat Kepuasan Pekerja Batik Tulis Terhadap Fasilitas Kerja ... 98

6.2 Tingkat Stres Pekerja Batik Dalam Membatik... 103

6.3 Kondisi Tempat Tinggal Rumahtangga ... 104

6.3.1 Kondisi Fisik Tempat Tinggal Rumahtangga ... 104

6.3.2 Status Kepemilikan Peralatan Rumahtangga ... 107

6.4 Tingkat Mobilitas Sosial ... 110

6.5 Ikhtisar ... 114

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 117

7.1 Kesimpulan ... 117

7.2 Saran ... 118

DAFTAR PUSTAKA ... 119


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Rata-rata Anggota Rumahtangga di Kota Pekalongan 2009 ... 38 Tabel 2 Klasifikasi Industri Batik di Pekalongan dan Jumlah Tenaga Kerja ... 40 Tabel 3 Karakteristik Umum Pekerja Batik Tulis pada Industri Kecil dan

Industri Besar, Kota Pekalongan ... 58 Tabel 4 Kontribusi Pendapatan Rumahtangga Pekerja Batik Menurut Status

Rumahtangga pada Industri Kecil dan Industri Besar, Kota Pekalongan (Rp/Tahun) ... 62 Tabel 5 Rata-Rata Tingkat Pengeluaran Rumahtangga Pekerja Batik Tulis

pada Industri Kecil dan Industri Besar ... 81 Tabel 6 Rata-Rata Tingkat Kemampuan Saving Rumahtangga Pekerja Batik

pada Industri Kecil dan Industri Besar ... 84 Tabel 7 Struktur Nafkah Rumahtangga Pekerja Batik Tulis pada Industri

Kecil dan Industri Besar Kota Pekalongan Tahun 2011 ... 90 Tabel 8 Kualitas Kehidupan Sosial Pekerja Batik Tulis Tradisional pada


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Konseptual Analisis Struktur Nafkah dan Penghidupan RumahTangga Pekerja Batik Tulis Tradisional ... 19 Gambar 2 Kerangka Pemikiran Analisis Struktur Nafkah dan Penghidupan

RumahTangga Rumah Batik Tulis Tradisional ... 22 Gambar 3 Prosedur Sampling dalam Pengambilan Sampel ... 33 Gambar 4 Rata-Rata Umur Responden pada Industri Kecil dan Industri Besar ... 50 Gambar 5 Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan pada Industri

Kecil dan Industri Besar ... 51 Gambar 6 Persentase Responden Menurut Status Pernikahan Responden

pada Industri Kecil dan Industri Besar Kota Pekalongan ... 52 Gambar 7 Persentase Responden Menurut Status Rumahtangga pada

Industri Kecil dan Industri Besar ... 53 Gambar 8 Rata-rata Jumlah Anggota Rumahtangga Responden pada Industri

Kecil dan Industri Besar ... 54 Gambar 9 Rata-Rata Lama Bekerja (Tahun) Responden pada Industri Kecil

dan Industri Besar ... 56 Gambar 10 Persentase Struktur Kontribusi Pendapatan Rumahtangga

Responden pada Industri Kecil dan Industri Besar ... 62 Gambar 11 Persentase Ragam Pekerjaan Pasangan Responden pada Industri

Kecil Secara Sektoral ... 65 Gambar 12 Persentase Ragam Pekerjaan Pasangan Responden pada Industri

Besar Secara Sektoral ... 66 Gambar 13 Persentase Responden Menurut Persepsi Terhadap Pendapatan

Harian Batik Tulis Tradisional ... 67 Gambar 14 Rata-Rata Tingkat Upah Harian Responden pada Industri Kecil

dan Industri Besar ... 68 Gambar 15 Persentase Responden Menurut Tingkat Pendapatan Membatik


(17)

Gambar 16 Persentase Responden Menurut Kontribusi Terhadap Pendapatan RumahTangga ... 73 Gambar 17 Persentase Responden Menurut Kesempatan Kerja di Luar Sektor

Industri Batik Tahun 2006 dan 2011 ... 76 Gambar 18 Persentase Responden Menurut Alasan Pilihan Bekerja pada Industri

Kecil dan Industri Besar ... 77 Gambar 19 Persentase Responden Menurut Pengaruh Keterampilan Terhadap

Jam Lembur pada Industri Kecil dan Industri Besar ... 79 Gambar 20 Persentase Responden Menurut Tingkat Pengeluaran

Rumahtangga pada Industri Kecil dan Industri Besar ... 82 Gambar 21 Rata-Rata Alokasi Waktu Kerja Responden pada Industri Kecil

(Jam/Hari) ... 87 Gambar 22 Rata-Rata Alokasi Waktu Kerja Responden pada Industri Besar

(Jam/Hari) ... 87 Gambar 23 Rata-Rata Tingkat Produktivitas Responden pada Industri Kecil

dan Industri Besar ... 89 Gambar 24 Persentase Responden Menurut Tingkat Kepuasan Terhadap Upah

pada Industri Kecil dan Industri Besar ... 94 Gambar 25 Persentase Responden Menurut Tingkat Kepuasan Terhadap

Jaminan Sosial dan Kesehatan pada Industri Kecil dan Industri Besar ... 96 Gambar 26 Persentase Responden Menurut Tingkat Kepuasan Terhadap

Fasilitas Kerja pada Industri Kecil dan Industri Besar ... 99 Gambar 27 Persentase Responden Menurut Kondisi Fisik Tempat Tinggal

RumahTangga Tahun 2006 dan 2011 ... 105 Gambar 28 Persentase Responden Menurut Status Kepemilikan Peralatan

Rumahtangga Kategori Non Luxurious pada Industri Kecil dan Industri Besar ... 108 Gambar 29 Persentase Responden Menurut Status Kepemilikan Peralatan

Rumahtangga Kategori Luxurious pada Industri Kecil dan Industri Besar ... 109


(18)

Gambar 30 Persentase Responden Menurut Peluang Status Sosial pada Industri Kecil dan Industri Besar ... 111


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Negara Indonesia sedang dalam proses menuju era industrialisasi, suatu era yang dipandang sangat penting dalam sejarah kebudayaan bangsa karena pada era inilah diharapkan Indonesia dapat mengejar ketertinggalannya dari negara lain sehingga dapat hidup sederajat dengan negara-negara maju yang lain. Era industrialisasi dipandang sebagai era strategis untuk memacu bangsa dalam mencapai cita-cita kemerdekaan sebagai negara kesejahteraan. Namun tetap ada kesadaran bahwa jalan menuju cita-cita itu tidaklah mulus. Hasil riset terdahulu telah menunjukkan bahwa terdapat berbagai hal yang patut diperhatikan dalam menyiapkan diri dalam menyambut era industri itu, baik menyangkut kualitas penduduk, pendidikan, kesejahteraan dan sebagainya. Hal-hal tersebut sangat berpengaruh dalam upaya mencapai keberhasilan bangsa dalam melangkahkan kaki menuju era industri.

Pembangunan di Indonesia saat ini berkembang dengan pesat membawa dampak bagi perekonomian masyarakat secara nyata. Salah satu bentuk kegiatan pembangunan itu adalah pembangunan di sektor industri. Masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk dengan keanekaraman kebudayaan dan suku bangsa, namun dengan latar belakang kesuburan alamnya, menyebabkan mata-pencaharian utama yang berlaku umum di seluruh wilayah Indonesia adalah pertanian. Oleh karena itu, kehidupan masyarakat Indonesia pada umunya dikategorikan sebagai agraris. Dengan pembangunan berorientasi industri, besar kemungkinan pendekatan pengembangan akan mengubah daerah menjadi kawasan industri. Masyarakat yang dahulunya tidak mengenal industri sebagai lapangan pekerjaan, kini tumbuh menjadi masyarakat yang kehidupannya tergantung dari industri atau masyarakat yang dipengaruhi oleh dinamika sektor industri di daerahnya. Kehadiran industri ke dalam suatu masyarakat akan menimbulkan dampak dan perubahan-perubahan pada tatanan kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat tersebut.


(20)

Menurut Prasetyo (2008), salah satu sektor yang akhir-akhir ini mendapat perhatian cukup besar dalam pengembangannya adalah sektor industri. Hal ini disebabkan karena sektor industri pada umumnya tumbuh lebih cepat daripada sektor-sektor lainnya. Industri mempunyai peranan yang strategis dalam membangun perekonomian pedesaan yaitu dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Pengembangan industri harus ditopang dengan penerapan teknologi modern, bukan hanya menghasilkan barang-barang kebutuhan hidup secara massal dan beranekaragam melainkan juga telah merangsang perkembangan masyarakat agraris ke arah masyarakat industri. Perubahan tersebut dapat dilihat diantaranya dengan menurunnya hasil di bidang pertanian. Dari beberapa pengaruh tersebut maka muncul pemikiran/ide untuk menciptakan usaha-usaha yang bergerak di bidang non-pertanian seperti industri-industri kecil atau home industry sampai dengan penciptaan industri-industri berskala besar.

Sejarah telah mencatat bahwa industrialisasi di Indonesia pada akhirnya menggeser aktivitas ekonomi masyarakat, yang semula bertumpu kepada sektor pertanian untuk kemudian bersandar kepada sektor industri. Sektor industri pada umumnya tumbuh jauh lebih pesat dari pada sektor pertanian. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa peranan sektor industri dalam perekonomian suatu negara lambat laun akan semakin penting. Pembangunan industri ditunjukan untuk memperoleh struktur ekonomi yang seimbang antara sektor industri, pertanian, jasa, dan industri sebagai penggerak utama pertambahan ekonomi dan perluasan lapangan kerja. Pengaruh ekonomi tidak hanya akan terjadi di perkotaan tetapi juga akan berpengaruh di pedesaan (Susanto, 1980).

Salah satu sektor industri yang sangat berkembang di Indonesia adalah Industri Batik Kota Pekalongan. Batik merupakan karya seni dan budaya warisan leluhur bangsa Indonesia yang dikagumi dunia. Pada awalnya batik mengalami proses industrialisasi dan menjadi komoditas perdagangan yang penting di Indosnesia. Batik telah menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara terkemuka penghasil kain tradisional yang halus di dunia. Salah satu daerah yang dijuluki sebagai Kampoeng Batik Indonesia adalah Pekalongan. Hal tersebut dengan adanya empat ikon sebagai tempat mempromosikan batik antara lain Museum Batik di Jalan Jetayu, Pasar Grosir Sentono, Kampoeng Batik Kauman yang telah


(21)

memperkuat pencitraan Pekalongan identik dengan batik dan Kampoeng Wisata Batik Pesindon yang menjadi pusat produksi batik di Pekalongan.

Perkembangan industri pedesaan merupakan bagian dari transformasi sosial-ekonomi dibidang pertanian. Transformasi ini ditunjukkan dengan bergesernya peluang kerja masyarakat dari sektor pertanin beralih ke sektor industri. Konteks yang terkait dengan transformasi pedesaan adalah bahwa sebagian besar pekerja yang berada pada sektor pertanian berpindah ke sektor industri perkotaan (industri non-pedesaan) baik pada industri skala kecil di perkotaan maupun industri skala besar di perkotaan biasanya mereka datang dari angkatan kerja di pedesaan. Oleh karena itu, maka masa depan perkembangan industri yang berada di pedesaan atau

di perkotaan berpengaruh besar dengan kaitan “pedesaan” dimana supply tenaga kerja yang pada umumnya pekerja di daerah tersebut kurang berpendidikan atau memiliki keterampilan yang terbatas memiliki kesempatan kerja yang cukup besar. Ketika industri-industri tradisional yang mempekerjakan pekerja dengan keterampilan yang terbatas dipastikan memiliki kaitan erat dengan situasi ketenagakerjaan di pedesaan. Disitulah sebenarnya relevansi dari industri batik Kota Pekalongan dengan studi sosio-ekonomi pedesaan di dalam wacana pembangunan di Indonesia. Dimana, tenaga kerja berasal dari pedesaan dengan memiliki keterampilan terbatas bekerja di sektor industri yang berada di perkotaan, sehingga terjadi transformasi tenaga kerja dari desa ke kota.

Pekerja pada industri batik skala kecil maupun skala besar adalah kaum perempuan yang sudah identik dengan pekerja batik. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan dalam membatik sebagai mata-pencaharian mereka, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan

eksklusif perempuan sampai dikenalnya “Batik Tulis”. Batik tulis ini dikerjakan

oleh kaum perempuan yang secara turun-temurun memiliki ketrampilan dalam membatik (Trimargawati, 2008). Adanya industri batik di Kota Pekalongan sebagai salah satu strategi bertahan hidup rumahtangga pekerja batik tulis pada industri kecil maupun industri besar yang dijadikannya sebagai sumber nafkah rumahtangga. Industri batik sebagai salah satu sektor penting dalam pertumbuhan ekonomi dapat membawa dampak bagi kehidupan sosial dan ekonomi pekerja batik tulis khsusunya yang berada di pedesaan. Selain itu, adanya industri batik


(22)

mendorong masyarakat desa untuk bekerja pada industri batik yang berada di perkotaan.

1.2 Perumusan Masalah

Pada kenyataannya, dalam realitas perkembangan ekonomi terbentuk tiga jenis industri, yaitu: industri besar, industri menengah dan industri kecil yang dapat berperan dalam menyumbangkan perekonomian di suatu daerah. Demikian halnya pada masyarakat pedesaan yang bekerja pada industri batik di Kota Pekalongan sangat bergantung adanya industri tersebut yang sudah turun-temurun atau mentradisi. Adanya industri batik di Kota Pekalongan yang dapat dilihat sebagai tulang punggung perekonomian masyarakat karena kegiatannya menyentuh langsung pada pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. Dalam hal ini, adanya industri kecil di pedesaan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kondisi perekonomian pekerja batik tulis di pedesaan khususnya sebagai sumber nafkah rumahtangga.

Selain itu, industri besar yang berada di perkotaan juga berperan penting dalam menopang perekonomian pekerja batik tulis di yang berasal dari pedesaan. Masyarakat pedesaan pada awalnya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian, sekarang mulai beralih menggantungkan pekerjaan pada sektor industri yang dapat memberikan perubahan pada tingkat ekonomi rumahtangganya. Sektor pertanian lambat laun bukan menjadi sektor andalan bagi masyarakat Pekalongan, khususnya kaum perempuan. Kaum perempuan lebih memilih bekerja pada industri batik baik skala kecil maupun skala besar. Keterbatasan keterampilan dan pendidikan, menjadikan kaum perempuan di Kota Pekalongan lebih memilih untuk menjadi pekerja batik tulis pada industri batik. Sedangkan, pekerjaan di sektor pertanian lebih dibebankan oleh kepala rumahtangga (suami) pekerja batik tulis tersebut. Selain itu, masyarakat pedesaan tidak hanya bekerja pada sektor industri kecil yang berada di sekitar daerahnya saja. Akan tetapi, para pengusaha batik pada industri besar juga memberdayakan masyarakat sekitar untuk dapat bekerja pada industri tersebut. Dengan kata lain, tingkat upah yang diberikan tidak sama dengan masyarakat yang bekerja di industri kecil. Dari pekerjaan di sektor industri batik memungkinkan pekerja batik memperoleh kesempatan kerja di luar


(23)

industri batik, yaitu dengan adanya pekerjaan sampingan yang dijadikan “strategi

nafkah ganda” pekerja batik tulis. Pekerjaan sampingan tersebut dapat meningkatkan pendapatan perekonomian rumahtangga pekerja batik tulis.

Warga masyarakat kota Pekalongan bekerja pada sektor industri batik menjadikannya sebagai sumber penghasilan utama masyarakat Pekalongan. Pekerjaan membatik sebagai pekerjaan turun-temurun dijadikan sebagai strategi nafkah bagi pekerja batik. Sektor industri batik yang lebih unggul dibanding sektor-sektor lainnya menyebabkan masyarakat Kota Pekalongan sangat menggantungkan hidupnya pada industri batik tersebut. Setiap skala ekonomi baik pada industri kecil maupun industri besar dapat menentukan tingkat kesejahteraan ekonomi para pengusaha dan pekerjanya. Dengan demikian menghadirkan dinamika sosial-ekonomi masyarakat, dimana gerak masyarakat menimbulkan perubahan dalam tata hidup masyarakat yang bersangkutan.

Apakah strategi nafkah rumahtangga pekerja batik tulis pada industri kecil dan industri besar mampu memberikan kepastian untuk bertahan hidup pada rumahtangganya dalam menghadapi perubahan dan pengembangan sosial-ekonomi yang terjadi dan menopang persosial-ekonomian rumahtangga serta kualitas kehidupan sosial rumahtangga. Adanya industri batik dijadikan pilihan utama para pekerja batik tulis yang berasal dari daerah pedesaan dibandingkan sektor-sektor lainnya yang ada di Kota Pekalongan. Hal ini menjadi permasalahan yang perlu mendapat perhatian besar karena untuk melihat tingkat kepuasan terhadap pelayanan dan perlindungan sosial pekerja batik, status sosial, kondisi fisik tempat tinggal dan struktur nafkah rumahtangga pekerja batik tulis pada industri kecil dan industri besar, dapat dilihat dari perubahan sisi kehidupan sosial dan ekonomi. Fokus penelitian ini adalah hanya membandingkan dari aspek sosial dan ekonomi pada rumahtangga pekerja batik tulis di industri kecil dan industri besar. Industri menengah tidak termasuk dalam kajian penelitian ini. Hal ini dikarenakan dalam membandingkan diprioritaskan pada tingkat skala kecil dan tingkat skala besar saja. Terkait hal tersebut maka perumusan masalah penelitian ini terangkum dalam dua pertanyaan, yaitu:

1. Apakah terdapat perbedaan struktur nafkah rumahtangga pekerja batik tulis tradisional pada industri kecil dan industri besar?


(24)

2. Bagaimana perbedaan kualitas kehidupan sosial pekerja batik tulis tradisional pada industri kecil dan industri besar?

1.2Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menjelaskan adanya perbedaan struktur nafkah rumahtangga pekerja batik tulis tradisional pada industri kecil dan industri besar di lokasi penelitian. 2. Menjelaskan perbedaan kualitas kehidupan sosial pekerja batik tulis

tradisional pada industri kecil dan industri besar di lokasi penelitian.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat untuk mahasiswa selaku pengamat dan akademisi, masyarakat ,pengusaha dan pemerintah. Adapun manfaat yang dapat diperoleh yaitu:

1. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi proses pembelajaran dalam mengetahui bentuk struktur nafkah rumahtangga pekerja batik tulis dan permasalahan yang terjadi pada penghidupan pekerja batik pada industri kecil dan industri besar.

2. Bagi Civitas Akademika

Penelitian ini memberikan tambahan khazanah pengetahuan kepada mahasiswa mengenai struktur rumahtangga nafkah pekerja batik tulis dan penghidupan pekerja batik. Sehingga membuka realitas pikiran bagi mahasiswa dalam menanggapi permasalahan ini dan diharapkan tulisan ini menjadi referensi dalam melakukan penelitian-penelitian selanjutnya. 3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini membantu masyarakat khususnya masyarakat Kota Pekalongan dan sekitarnya untuk mengetahui struktur nafkah dan kualitas kehidupan sosial rumahtangga pekerja batik pada industri kecil dan industri besar. Sehingga masyarakat membantu dalam menyikapi dinamika sosial-ekonomi.


(25)

4. Bagi Pemerintah dan Pengusaha

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan pemberian izin lokasi usaha industri batik dan program pemberdayaan pekerja batik sehingga dapat memberikan perubahan kehidupan sosial-ekonomi masyarakat yang bekerja, sehinga mempengaruhi pada peningkatan pendapatan yang dapat menjadi strategi bertahan hidup pekerja batik tulis tersebut. Selain itu, pengusaha batik lebih memperhatikan kepentingan dan kebutuhan para pekerja batik.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Batik

Batik adalah bahan kain tekstil dengan pewarnaan menurut corak khas Indonesia dengan menggunakan lilin batik sebagai zat perintang warna. Seni batik merupakan merupakan kreasi yang mempunyai arti tersendiri, yang dihubungkan dengan tradisi, kepercayaan dan sumber-sumber kehidupan yang berkembang dalam masyarakat Indonesia. Sejarah perjalanan batik yang cukup panjang, kini menjadikan batik tidak hanya sebagai bahan pakaian saja, tetapi telah menjadi kebutuhan rumahtangga sehari hari dan sumber ekonomi serta kehidupan sebagian masyarakat Indonesia. Dewasa ini batik telah dijadikan salah satu pakaian nasional Indonesia. Bahkan batik telah menjadi ciri khas identitas bangsa Indonesia. Awalnya batik hanya dibuat dan dipakai oleh raja-raja dan keluarganya di lingkungan keraton. Beberapa diantaranya dijadikan pakaian upacara yang penuh dengan kesakralannya. Dalam perkembangan batik, teknik membuat batik keluar dari lingkungan keraton dan mulai dibuat dan dikembangkan oleh masyarakat sekitar keraton secara terbatas sesuai dengan kebutuhannya. Lama kelamaan batik tidak hanya dibuat oleh masyarakat sekitar keraton untuk kebutuhan sendiri tetapi telah menyebar dan dijadikan mata dagangan yang bermuara pada peningkatan kegiatan dan ekonomi keluarga (Asa, 2005).

Berdasarkan konsensus nasional yang diselenggarakan pada tanggal 12 Maret 1996 batik digolongkan menjadi lima besar, diantaraya adalah :

a) Batik Tulis adalah batik yang diperoleh dengan cara menggunakan canting tulis sebagai alat pembantu untuk melekatkan lilin batik ada kain.

b) Batik Cap adalah batik yang diperoleh dengan menggunakan canting cap sebagai alat pembantu untuk melekatkan lilin pada kain

c) Batik Kombinasi adalah batik yang diperoleh dengan cara menggunakan canting tulais dan cap sebagai alat pembantu melekatkan lilin pada kain.

d) Batik Moderen adalah batik yang diperoleh dengan pelekatan lilil batik pada kain, tidak menggunakan canting tulis atau cap. Tetapi menggunakan kwas


(27)

atau alat lain disesuaikan dengan kebutuhannya. Batik moderen juga sering atau umum disebut batik lukis.

e) Batik Bordir atau prada adalah batik, batik batik tulis, cap atau kombinasi yang sebagian dari motifnya (gambarnya) diberi warna-warna tertentu sesuai dengan selera, dengan cara dibordir atau dan diberi warna emas atau perak (prada) dengan menggunakan canting tulis atau kuwas.

2.1.2 Proses Teknik Membatik Membatik

Menurut Susanto (1980), proses pembuatan batik adalah proses pekerjaan dari permulaan membatik sampai menjadi kain batik. Proses membatik menjadi kain batik dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu proses persiapan dan proses membuat batik. Sebelum pekerjaan membuat batik yang sebenarnya, maka sebagai pendahuluan atau persiapan, kain putih yang akan dibatik dikerjakan sebagai berikut:

1. Persiapan Kain untuk di Batik a. Memotong kain mori

b. Mencuci kain mori c. Mengkanji kain mori d. Mengemplong kain mori 2. Proses Membatik

Proses pekerjaan dalam membuat batik terdiri dari tiga macam pekerjaan utama yaitu pelekatan malam pada kain untuk membuat motif batik yang dikehendaki, diantaranya adalah:

1. Pelekatan malam batik dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan ditulis dengan canting tulis dan dicapkan dengan cap atau dilukiskan dengan kuwas. 2. Pewarnaan batik yaitu pekerjaan pewarnaan ini dapat berupa mencelup, dapat

secara coletan atau lukisan.

3. Menghilangkan malam yaitu menghilangkan malam batik yang telah melekat pada permukaan kain. Menghilangkan malam batik ini berupa penghilangan sebagian pada tempat tempat tertentu dengan cara dikerok atau menghilangkan malam batik secara keseluruhan dengan cara rebus.


(28)

3. Peralatan dan Bahan Membatik

Peralatan membatik terdiri dari enam pokok peralatan yang penting antara lain:

1. Canting Tulis

Canting tulis adalah sebuah alat dengan berbagai ukuran yang dipergunakan sebagai alat pembantu untuk melekatkan lilin (malam) batik pada kain dalam proses pembuatan batik tulis.

2. Canting Cap

Canting Cap adalah alat yang terbuat dari tembaga yang dipakai sebagai alat pembantu untuk melekatkan lilin batik pada kain dalam proses pembuatan batik cap.

3. Lilin Batik (malam)

Bahan ini adalah perintang warna masuk dalam kain saat proses pembatikan. 4. Motif atau Desain

Motif pada umumnya berupa gambar atau bentuk batik yang akan dibuat 5. Zat Warna (Pewarna)

Pewarna yang digunakan adalah berasal dari alam (indigo) setelah di kenal zat warna sintetis batik mulai menggunakannya

6. Kain

Batik hanya mengenal bahan kain dari katun dalam perkembanganya di pakai juga media yang berupa kain sutra dan rayon.

2.1.3 Pengertian Industri

Berbicara soal industri biasanya timbul suatu gambaran tentang pabrik-pabrik besar dan perusahaan yang mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi dengan menggunakan mesin-mesin yang dijalankan oleh para tenaga ahli/professional. Industri yang dimaksud di sini adalah industri dalam arti sempit. Dalam pengertian yang luas maka industri adalah kumpulan perusahaan-perusahaan sejenis yang memproduksi barang serupa walaupun hasilnya berbeda-beda. Pengertian menurut Sandy (1985), industri adalah usaha untuk memproduksi barang jadi dari bahan baku atau bahan mentah melalui proses


(29)

penggarapan dalam jumlah besar sehingga barang tersebut dapat diperoleh dengan harga satuan yang serendah mungkin tetapi dengan mutu setinggi mungkin.

Industri merupakan aktivitas manusia untuk mengelola sumber daya-sumber daya (resources) baik Sumber Daya Manusia (SDM), maupun Sumber Daya Alam (SDA) di bidang produksi dan jasa. Di bidang produksi pengelolaan itu berupa bahan mentah dan atau penyiapannya menjadi bahan setengah jadi dan atau bahan setengah jadi menjadi bahan jadi. Sedangkan di bidang jasa merupakan segala aktivitas yang terkait dengan pengelolaan sumber daya itu baik langsung maupun melalui perantara. Aktivitas pengelolaan tersebut dimaksudkan untuk dipertukarkan (exchanged), memperoleh nilai tambah (added value), dan untuk meningkatkan keberlanjutan (sustainable) dari aktivitas itu.

Pembangunan industri disesuaikan dengan perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Industri adalah semua perubahan atau semua usaha yang melakukan kegiatan mengubah bahan mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi yang kurang nilainya menjadi barang jadi yang lebih tinggi nilainya. Industri juga dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk memproduksi barang jadi, bahan baku atau barang mentah melalui proses penggarapan dalam jumlah besar sehingga barang tersebut dapat diperoleh dengan harga serendah mungkin tetapi dengan mutu setinggi mungkin (Sandy, 1985).

2.1.4 Pengertian Industri Kecil dan Industri Besar

Industri kecil adalah usaha produktif di luar usaha pertanian, baik itu merupakan mata utama maupun sampingan (Tambunan, 1993). Pengertian lain menyebutkan, bahwa industri kecil merupakan industri yang bergerak dengan sejumlah tenaga kerja dan modal kecil, menggunakan teknologi sederhana tetapi jumlah keseluruhan tenaga kerja berasal dari keluarga sendiri dan lingkungan sekitarnya. Antar pekerjanya memiliki hubungan kekeluargaan atau kekerabatan sehingga bersifat gotong-royong dan dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari atau meningkatkan pendapatan ekonomi pekerja. Misalnya, industri sepatu atau industri tas.

Menurut Peraturan Menteri Perindustrian R1 Nomor: 41/M-IND/RER/6/2008 setiap perusahaan industri sebagaimana dimaksudkan wajib memiliki Tanda Daftar Industri (TDI), yang diberlalukan sama dengan UII yang


(30)

diberikan kepada Perusahaan Industri yang telah memenuhi persyaratan, yaitu memiliki IMB, memiliki Izin Lokasi, Izin Undang-Undang Gangguan dan memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL), telah selesai membangun pabrik dan saranan produksi. Setiap melakukan usaha industri di Daerah harus mendapatkan izim dari Walikota.

Sedangkan industri besar merupakan industri dalam skala besar yang jumlah pekerjanya lebih besar daripada industri kecil dengan menggunakan teknologi canggih atau modern, dengan modal besar, tenaga kerja dalam jumlah banyak dan terampil berasal dari luar sentra industri, pemasarannya berskala nasional atau internasional.

2.1.5 Penggolongan Industri

(i) Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dapat dibagi diantaranya:

a. Industri Rumahtangga

Industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumahtangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri kerajinan, industri tempe/tahu, dan industri makanan ringan.

b. Industri Kecil

Industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar lima sampai 19 orang. Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relatif kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri batubata, dan industri pengolahan rotan.

c. Industri Sedang

Industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang. Ciri Industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja


(31)

memiliki keterampilan tertentu dan pemimpin perusahaan memiliki kemampuan manajerial tertentu. Misalnya: industri konveksi, industri bordir dan industri keramik.

d. Industri Besar

Industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemampuan dan kelayakan (fit and proper test). Misalnya: industri tekstil, industri mobil, industri besi baja, dan industri pesawat terbang (Siahaan, 1996).

(ii). Berdasarkan lokasi, industri dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Industri Perkotaan

Industri yang terletak dalam jarak yang dekat dengan daerah metropolitan atau kota yang besar. Adanya kepadatan penduduk yang cukup tinggi di kota metropolitan atau kota besar dapat dimanfaatkan sebagai sumber tenaga kerja bagi industri tersebut.

b. Industri Semi perkotaan

Kawasan industri yang terletak di ibukota kabupaten (diantaranya daerah perkotaan dan kecamatan).

c. Industri Pedesaan

Kawasan industri yang terletak di ibukota kecamatan yang penduduknya cukup besar.

(iii). Menurut Badan Pusat Statistik (2009) industri diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Industri kerajinan rumahtangga yang mempunyai 1-4 karyawan. 2. Industri kecil rumahtangga yang mempunyai 5-19 karyawan. 3. Industri sedang rumahtangga yang mempunyai 20-99 karyawan. 4. Industri besar rumahtangga yang mempunyai lebih dari 100 karyawan.

2.1.6 Strategi Nafkah dan Sistem Penghidupan

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, nafkah diartikan sebagai cara hidup, definisi ini biasanya disejajarkan dengan konsep livelihood (mata-pencaharian)


(32)

akan tetapi konsep livelihood mencakup pemahaman yang lebih luas bukan hanya sekedar bagaimana memperoleh pemasukan. Secara sederhana livelihood

didefinisikan sebagai “cara dimana orang memenuhi kebutukan mereka atau peningkatan hidup”. Dalam pandangan yang sangat sederhana livelihood terlihat

sebagai “aliran pendapatan” berupa uang atau sumberdaya yang dapat digunakan

oleh seseorang untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Dharmawan dalam Tulak (2009) memberikan penjelasan bahwa livelihood memiliki pengertian yang lebih luas daripada sekedar means of living yang bermakna secara sempit sebagai mata-pencaharian semata-mata. Dalam sosiologi nafkah, pengertian strategi nafkah lebih mengarah pada pengertian livelihood strategy (strategi penghidupan) daripada means of living strategy (strategi bertahan hidup). Pengertian livelihood strategy yang disamakan pengertiannya menjadi strategi nafkah (dalam bahasa Indonesia), sesungguhnya dimaknai lebih

besar sekedar “aktivitas mencari nafkah” belaka. Sebagai strategi membangun

sistem penghidupan, maka strategi nafkah bisa didekati melalui berbagai cara atau manipulasi aksi individual maupun kolektif. Strategi nafkah bisa berarti cara bertahan hidup ataupun memperbaiki status kehidupan. Dalam hal ini strategi penghidupan (livelihood strategies) pedesaan adalah strategi penghidupan dan nafkah yang dibangun dan selalu menunjuk pada peran sektor pertanian. Dalam posisi sistem nafkah yang demikian, basis nafkah rumahtangga industri adalah segala aktivitas ekonomi yang terkait dengannya. Karakteristik sistem nafkah penghidupan dan nafkah yang dicirikan oleh bekerjanya dua sektor ekonomi, juga sangat ditentukan oleh sistem sosial budaya setempat. Strategi nafkah dilakukan berdasarkan sumber-sumber nafkah yang dimiliki individu atau rumahtangga dan faktor-faktor di luar rumahtangga yang menentukan kemampuan rumahtangga dan menentukan strategi nafkah. Dengan demikian, strategi nafkah mempresentasikan serangkaian pilihan pengguanaan sumberdaya nafkah dan aktivitas nafkah yang dialukan rumahtangga untuk mencapai tujuan kesejahteraan sosial dan ekonomi rumahtangga. (Dharmawan, et.al 2007).

Pemikiran Sajogyo dan para muridnya sangat jelas mengarah kepada upaya mengungkap akar persoalan tata-kehidupan serta kerentanan-kerentanan yang menyertai sistem penghidupan (livelihood vulnerability) penduduk di pedesaan.


(33)

Meski tidak secara eksplisit menggunakan istilah livelihood, namun perhatian Sajogyo (mahzab Bogor) pada persoalan kemiskinan yang kemudian menjelma ke

dalam beberapa persoalan “derivet” nya seperti diversifikasi sumber nafkah (income sources diversification), pekerjaan nafkah wanita dan pembagian kerja dalam rumahtangga, ataupun lapangan kerja/usaha dan kesempatan kerja pedesaan, cukup untuk memperkuat klaim bahwa ia memang concern dengan masalah sistem penghidupan pedesaan.

Sosiologi yang berkonsentrasi pada analisis “sistem penghidupan dan

nafkah pedesaan” adalah bidang kajian yang muncul suatu keniscayaan

bekerjanya dinamika sosial-ekonomi, ekologi dan politik yang mempengaruhi derajat eksistensi individu, rumahtangga, dan keolompok yang membina kehidupan suatu kawasan. Respon atas dinamika sosial-ekonomi dan politil dalam sistem penghidupan dan nafkah pedesaan direpresentasikan oleh pola-pola yang dibentuk, strategi yang dibangun, serta manuver-manuver dari aktivitas nafkah yang ditunjukkan disetiap aras, dalam menggali sumber-sumber penghidupan (nafkah). Strategi nafkah dalam kehidupan sehari-hari direpresentasikan oleh keterlibatan individu dalam pada proses perjuangan untuk mendapatkan suatu jenis mata-pencaharian atau bentuk kegiatan produktif demi mempertahankan ataupun meningkatkan derajat kehidupan dalam merespon dinamika sosial-ekonomi, ekologi dan politik yang mengenai mereka. (Dharmawan, 2007).

Menurut Mardianingsih (2003) menunjukkan bahwa masyarakat yang memilili keunggulan dalam pencapaian tingkat ekonomi, biasanya memiliki kelenturan dalam strategi bertahan hidup (livelihood strategy). Hal ini menunjukkan bahwa mereka yang memiliki kelenturan dalam struktur nafkah (livelihood structure) akan menunjukkan tingkat stabilitas ekonomi rumahtangga yang lebih baik. Dengan menerapkan berbagai strategi nafkah (livelihood diversity) bertumpu pada sumberdaya yang dimiliki setiap rumahtangga dapat meningkatkan derajat kesejahteraannya (Tulak, et.al 2009). Strategi nafkah dalam hal ini dibatasi sebagai keseluruhan cara atau kegiatan ekonomi yang diambil rumahtangga sekedar untuk bertahan hidup (survival) dan/atau (dalam kondisi memungkinkan) untuk membuat status kehidupan menjadi lebih baik melalui pemanfaatan berbagai sumberdaya yang dimiliki.


(34)

2.1.7 Strategi Bertahan Hidup Masyarakat

Pembangunan industri telah mengakibatkan terjadinya berbagai perubahan, terutama pada struktur ekonomi dan sosial masyarakat. Perubahan yang terjadi terutama berkaitan erat dengan pola perubahan pekerjaan, pola hubungan dan struktur kesempatan kerja, yang akhirnya bermuara pada struktur pendapatan masyarakat di daerahnya. Lahan pertanian yang terus menyempit karena tingginya kebutuhan akan lahan merupakan dampak pesatnya arus industrialisasi, kebutuhan prasarana, pemukiman. Meski demikian, sektor pertanian tidak terlalu banyak menyerap tenaga kerja wanita. Kondisi tersebut wanita lebih memiliki kesempatan untuk bekerja pada sektor industri.

Pada dasarnya manusia mempunyai naluri kreatif dalam upaya mempertahankan hidupnya. Di tengah-tengah berbagai tekanan dan ancaman terhadap keberadaannya, biasanya cara dan strategi manusia agar tetap bisa survive kemudian muncul dengan sendirinya. Meningkatnya pembangunan desa yang diiringi dengan masuknya teknologi dan modal memicu perubahan sosial-ekonomi masyarakat desa, yang semula lebih kental sistem tradisional berubah menjadi modern. Perubahan ini bagi sebagian besar masyarakat desa tidaklah mudah, terutama bagi masyarakat kecil yang berpenghasilan rendah dan mempunyai keterampilan sangat terbatas di luar sektor pekerjaan yang selama ini mereka geluti. Dengan asumsi ini, seiiring dengan tekanan ekonomi pada wilayah pedesaan, bersamaan dengan hadirnya industrialisasi pada wilayah-wilayah tersebut, masyarakat desa harus mempunyai strategi nafkah (livelihood strategy) untuk tetap bisa mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Menurut Becker (1965), tingkat partisipasi anggota rumahtangga dipengaruhi oleh perbedaan kelamin. Kaum wanita berperan ganda yaitu peran domestik (domestic role) dan peran publik (public role). Secara biologis kaum wanita melakukan peran domestik yaitu mengurus rumahtangga dan melakukan fungsi reproduksi. Disamping itu wanita juga berperan dalam fungsi produksi yaitu bekerja di sektor pasar tenaga kerja. Dengan investasi yang sama dan human capital, wanita memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage) lebih besar dari laki-laki dalam pekerjaan rumahtangga, maka wanita akan mengalokasikan waktu untuk pekerjaan rumahtangga, sedangkan laki-laki untuk


(35)

pekerjaan mencari nafkah. Salah satu upaya untuk tetap dapat bertahan hidup (survival) dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari adalah dengan adanya industri kecil di pedesaan yang mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi wanita dan mengurangi pengangguran.

Faktor ekonomi juga menjadi salah satu faktor yang cukup penting yang dapat menjadikan seorang wanita mencari pekerjaan di luar rumah yaitu pada industri kecil sebagai penambah penghasilan rumahtangga. Dari keadaan ini muncullah apa yang dinamakan peran ganda wanita, disatu sisi kesempatan yang ada yakni bekerja di luar rumah tetapi disisi lain mereka tidak boleh meninggalkan perannya di rumah. Untuk wanita yang tinggal di pinggiran kota (desa urban) atau kota besar umumnya tidak menjadi problem, meskipun kondisinya berbeda, tetapi untuk mereka yang tinggal di daerah pelosok desa (desa rural) tampaknya ini adalah pilihan yang sulit. Oleh sebab itu, adanya industri kecil yang berada di pedesaan dianggap paling cocok. Karakteristik yang melekat di dalamnya (jenis pekerjaan) memungkinkan mereka dapat melakukan kedua peran di atas, meskipun dengan resiko tidak dapat bekerja secara optimal.

2.1.8 Dinamika Kehidupan Sosial-Ekonomi

Menurut Faridah (2007), industrialisasi akan mendorong pada perubahan sosial. Adanya industri dapat memberikan dampak positif pada sektor non-pertanian di deerahnya. Kehadiran industri ini berpengaruh besar bagi kehidupan sosial-ekonomi masyarakat, yaitu dengan tersedianya lapangan pekerjaan baru mengurangi jumlah pengangguran, meningkatkan pendapatan masyarakat yang tentunya akan meningkatkan pula kesejahteraan masyarakat, menanggulangi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh pembuangan limbah pabrik di kota-kota besar, mengurangi arus urbanisasi, melahirkan para pengusaha-pengusaha baru, meningkatkan pendidikan, dan melahirkan jiwa-jiwa yang disiplin yang mempunyai prinsip efektif dan efisien dalam segala kehidupannya (Faridah, 2007). Berkembangnya industri di pedesaan memberikan pengaruh yang sangat nyata yaitu munculnya golongan baru dalam masyarakat yaitu golongan pengusaha dan golongan buruh/pekerja.


(36)

Menurut Soesilowati (1988), masuknya industri membawa perubahan sosial pada masyarakat, yaitu masyarakat memiliki pandangan dunia yang baru. Dengan berbaurnya penduduk setempat dengan pendatang yang sudah ada membawa gaya hidup yang lain, maka sangat memungkinkan masyarakat mempunyai pandangan dunia yang berubah. Perubahan ini terjadi, terutama karena a). Dengan berdirinya pabrik banyak tanah pertanian yang terpakai, b). Dengan adanya industri mengundang orang-orang untuk datang, yang kemudian lebih banyak membuka lapangan pekerjaan dalam bidang jasa. Diikuti pula dengan pembangunan rumah-rumah penduduk di sekitar industri sehingga membuat suasana ramai. Dengan bertambah ramainya akibat dari kehadiran industri, menjadi daya tarik bagi penduduk pendatang untuk bertempat tinggal menetap, maka semakin berkembang pula perkampungan baru. Banyak pendatang dari luar yang bekerja sebagai buruh industri maupun mencoba mengadu hidup di daerah. Sebagian besar penduduk desa yang tadinya bekerja sebagai buruh tani, sekarang banyak yang diterima menjadi buruh pabrik.

Menurut Setyaningsih (2006), masuknya industri ke suatu daerah mengakibatkan berubahnya pola perilaku masyarakat. Perubahan perilaku masyarakat dalam hubungannya dengan pola kegiatan ekonomis. Masyarakat cenderung berperilaku seperti masyarakat pada negara-negara maju khususnya dalam hal konsumeritas. Masyarakat lebih konsumtif dalam hal pemenuhan kebutuhan. Di samping itu juga berubahnya mentalitas masyarakat yang lebih cenderung ke arah individualistis, sehingga nilai tolong-menolong, gotong-royong dan kerukunan atau kekeluargaan antar penduduk masyarakat mulai luntur. Pada dasarnya industri lebih mengenalkan pada masyarakat pedesaan tentang arti pentingnya disiplin dalam berbagai bidang kehidupan. Kehidupan yang materialistik yang mengukur segala sesuatunya dengan uang dan lebih cenderung individualistik. Selain itu, tercampurnya kebudayaan asli dengan kebudayaan modern. Hal ini disebabkan karena masuknya para pendatang dari luar desa yang bekerja tetap pada sektor industri.


(37)

2.2 Kerangka Konseptual

Gambar 2 di bawah ini menjelaskan adanya Industrialisasi yang berada di suatu daerah menyebabkan berkembangnya pembangunan perekonomian di daerah pedesaan maupun perkotaan. Salah satu bentuk kegiatan itu adalah pembangunan di sektor industri, baik industri kecil maupun industri besar. Kehadiran industri di Pekalongan dijadikan sebagai strategi bertahan hidup bagi pekerja batik tulis. Adanya industri di Pekalongan dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang berada di sekitar pinggiran Kota Pekalongan (desa urban) untuk bekerja di sektor industri batik yang berada di Perkotaan, khusunya industri besar. di Kota Pekalongan sektor yang menjadi andalan adalah sektor industri batik dari pada sektor pertanian.

Keterangan:

= faktor penyebab

- - - = fokus penelitian

= hubungan

Gambar 1. Kerangka Konseptual Analisis Struktur Nafkah dan Penghidupan RumahTangga Pekerja Batik Tulis Tradisional

INDUSTRIALISASI

Industri Batik Skala Besar Industri Batik

Skala Kecil

Kualitas Kehidupan Rumahtangga

Pekerja Batik Tulis

Sosial  Kepuasan Kerja  Stres Kerja

 Mobilitas Sosial  Kondisi Tempat

Tinggal

Ekonomi  Pendapatan

 Sumber Pendapatan  Keterampilan

 Alokasi Waktu Kerja  Konsumsi/Pengeluaran


(38)

Perubahan transformasional tersebut berkenaan dengan struktur nafkah rumahtangga pekerja batik tulis pada industri kecil maupun industri besar. Dalam rangka strategi bertahan hidup dan meningkatkan status sosial-ekonominya, setiap pekerja industri batik membangun mekanisme strategi nafkah dengan pola nafkah ganda. Pekerja pada industri batik kecil dapat melakukan strategi/pola nafkah ganda dengan bekerja di luar industri batik (pekerjaan sampingan). Prospek pola nafkah rumahtangga pekerja batik tulis dicirikan oleh kompleksnya sumber-sumber pendapatan rumahtangga pekerja batik yang dapat meningkatkan perekonomian pekerja batik rumahtangga. Sumber-sumber pendapatan ini diperoleh dari suami, isteri dan anak dalam satu rumahtanggamya. Dalam mencukupi kebutuhan ekonomi, peran anggota lain juga sangat penting untuk menambah pendapatan rumahtangga.

Adanya industri kecil dan industri besar di Kota Pekalongan membawa dampak bagi kehidupan rumahtangga pekerja batik tulis, baik dilihat daria aspek sosial dan ekonominya. Dalam hal ini, aspek sosialnya adalah kepuasan bekerja pada kedua tipe industri batik, kondisi stres kerja, mobilitas sosial dan kondisi tempat tinggal rumahtangga pekerja batik tulis. Sedangkan pada aspek ekonominya, antara lain peningkatan pendapatan rumahtangga pekerja batik tulis, sumber-sumber pendapatan yang diperoleh rumahtangga, pengaruh keterampilan dalam memperoleh pendapatan, alokasi waktu kerja pekerja batik tulis dan macam-macam konsumsi/pengeluaran rumahtangga pekerja batik tulis. Dari aspek-aspek tersebut akan diuraikan mengenai analisis struktur nafkah dan penghidupan rumahtangga pekerja batik tulis tradisional.

2.3 Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini yang akan menjadi fokus penelitian adalah membedakan bentuk struktur nafkah rumahtangga pekerja batik tulis yang bekerja pada industri batik skala kecil dan industri batik skala besar dan melihat perubahan kehidupan sosial dan ekonomi rumahtangga pekerja batik tulis. Nantinya akan terlihat jelas ada atau tidaknya perbedaan-perbedaan tersebut, dimana dari jumlah pekerja batik antara industri batik skala kecil dan skala besar


(39)

memiliki perbedaan tersendiri. Aspek sosial ini dapat di ukur adalah tingkat kepuasan kerja, dimana pekerja memegang peran utama dalam menjalankan roda kehidupan perusahaan. Apabila pekerja memiliki produktivitas dan motivasi kerja yang tinggi, akan menghasilkan kinerja dan pencapaian yang baik bagi perusahaan. Sehingga berpengaruh pada pendapatan dan gaji pekerja. Hal ini menjadi strategi nafkah para pekerja batik tulis. Adanya kepuasan kerja yang didapat, pekerja cenderung loyal terhadap pekerjaannya atau sebaliknya, sehingga terjadi mobilitas sosial. Tingkat stres kerja juga berpengaruh pada lingkungan pekerjaan di industri batik tulis. Tingkat kondisi tempat tinggal juga berpengaruh pada kesejahteraan pekerjanya.

Sedangkan pada struktur pendapatannya dapat diukur dari tingkat pendapatan rumahtangga baik isteri, suami, anak atau anggota lain yang berperan dalam memperoleh sumber nafkah rumahtangganya. Selain itu, pola nafkah ganda pekerja batik yang memiliki pekerjaan sampingan selain bekerja di industri batik, tingkat keragaman sumber pendapatan yang didapatkan dari aktivitas pekerjaannya, tingkat keterampilan/keahlian para pekerja yang berpengaruh terhadap pendapatan pekerja batik dan tingkat alokasi waktu kerja antara pekerja batik yang bekerja di industri batik maupun industri besar, baik kegiatan produktif dan reproduktif dan tingkat konsumsi/pengeluaran untuk kebutuhan primer, sekunder dan tersier rumahtangga pekerja batik tulis.

Dari variabel-variabel yang diukur tersebut akan membandingkan dua tipe industri batik skala kecil dan industri batik skala besar serta melihat perbedaan diantara kedua tipe industri tersebut sesuai dengan hipotesis penelitian.


(40)

22 SOSIAL EKONOMI SOSIAL EKONOMI

Analisis Perbandingan

A. Industri Batik Skala Kecil B. Industri Batik Skala Besar

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Analisis Struktur Nafkah dan Penghidupan RumahTangga Pekerja Batik Tulis Tradisional

Tingkat Pendapatan Tingkat Kepuasan

Kerja

Tingkat Ragam Sumber Pendapatan Tingkat Keterampilan

Tingkat Alokasi Waktu Kerja Tingkat Konsumsi Tingkat Kondisi

Tempat Tinggal Tingkat Mobilitas

Sosial Tingkat Stres Kerja

Tingkat Pendapatan

Tingkat Ragam Sumber Pendapatan Tingkat Keterampilan

Tingkat Alokasi Waktu Kerja Tingkat Konsumsi Tingkat Kepuasan

Kerja

Tingkat Stres Kerja

Tingkat Mobilitas Sosial

Tingkat Kondisi Tempat Tinggal


(41)

2.4 Hipotesis Penelitian

Dalam kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan kehidupan ekonomi rumahtangga pekerja batik tulis pada industri kecil dan industri besar.

Ho: Tidak terdapat beda nyata struktur nafkah rumahtangga pekerja batik tulis pada industri kecil dan industri besar.

H1: Terdapat beda nyata struktur nafkah rumahtangga pekerja batik tulis

pada industri batik kecil dan industri batik besar.

Ho: Tidak terdapat beda nyata tingkat ragam sumber pendapatan rumahtangga pekerja batik tulis pada industri kecil dan industri besar.

H1: Terdapat beda nyata tingkat ragam sumber pendapatan rumahtangga

pekerja batik tulis pada industri kecil dan industri besar.

Ho: Tidak terdapat beda nyata tingkat keterampilan pekerja batik tulis pada industri kecil dan industri besar.

H1: Terdapat beda nyata tingkat keterampilan pekerja batik tulis pada

industri kecil dan industri besar.

Ho: Tidak terdapat beda nyata tingkat konsumsi/pengeluaran rumahtangga pekerja batik tulis pada industri kecil dan industri besar.

H1: Terdapat beda nyata tingkat konsumsi/pengeluaran rumahtangga

pekerja batik tulis pada industri kecil dan industri besar.

Ho: Tidak terdapat beda nyata tingkat alokasi waktu kerja pekerja batik tulis pada industri batik skala kecil dan industri batik skala besar. H1: Terdapat beda nyata tingkat alokasi waktu kerja pekerja batik tulis

pada industri batik skala kecil dan industri batik skala besar

2. Terdapat perbedaan kehidupan sosial pekerja batik tulis pada industri kecil dan industri besar.

Ho: Tidak terdapat beda nyata tingkat kepuasan kerja pekerja batik tulis pada industri kecil dan industri besar.


(42)

H1: Terdapat beda nyata tingkat kepuasan kerja pekerja batik tulis pada

industri kecil dan industri besar.

Ho: Tidak terdapat beda nyata tingkat stres kerja pekerja batik tulis pada industri kecil dan industri besar.

H1: Terdapat beda nyata tingkat stres kerja pekerja batik tulis pada

industri batik dan industri besar.

Ho: Tidak terdapat beda nyata tingkat kondisi tempat tinggal rumahtangga pekerja batik tulis pada industri kecil dan industri besar.

H1: Terdapat beda nyata tingkat kondisi tempat tinggal rumahtangga

pekerja batik tulis pada industri kecil dan industri besar.

Ho: Tidak terdapat beda nyata tingkat mobilitas sosial pekerja batik tulis pada industri kecil dan industri besar.

H1: Terdapat beda nyata tingkat mobilitas sosial pekerja batik tulis pada

industri kecil dan industri besar.

2.4 Definisi Konseptual

Dalam penelitian ini digunakan beberapa konsep untuk memberi batasan agar mudah dipahami. Selain itu, batasan dimaksudkan agar pembahasan penelitian ini menjadi terfokus. Adapun konsep yang dipergunakan adalah sebagai berikut:

1. Industri batik tulis merupakan industri tekstil yang membuat batik tulis, yang dikerjakan dengan tulisan tanpa bantuan mesin modern yaitu berupa kain batik dengan memiliki motif, corak, warna dan tekstur yang unik. 2. Perempuan pembatik tulis adalah perempuan yang menjadi buruh batik

tulis.

3. Buruh batik tulis adalah seorang perempuan yang bekerja sesuai dengan keterampilannya dan memperoleh pekerjaan dari seorang pengusaha industri batik baik skala kecil maupun skala besar.

4. Pengusaha batik adalah seorang pemilik usaha yang memiliki modal seperti uang, kain, lilin malam, alat membati (canting), tempat babar,


(43)

tempat buruh, tempat penjemuran dan memiliki beberapa buruh yang bekerja di tempat produksinya serta melakukan pemasaran batik.

5. Rumahtangga adalah grup dimana orang-orang tinggal bersama dalam satu atap dan menggunakan dapur yang sama, berkontribusi dalam pengambilan keputusan pendapatan serta memanfaatkan pendapatan tersebut untuk kepentingan bersama.

6. Struktur nafkah rumahtangga adalah sumber-sumber nafkah rumahtangga yang membentuk satu konfigurasi perekonomian rumahtangga yang berasal dari suami, isteri, anak atau anggota lain dalam rumahtangga demi memenuhi kebutuhan hidup rumahtangga.

7. Strategi nafkah adalah pilihan cara atau tindakan kegiatan ekonomi yang dilakukan untuk bertahan hidup (survival) atau untuk meningkatkan derajat sosial-ekonomi individu/rumahtangga.

8. Strategi nafkah ganda adalah bentuk strategi bertahan hidup dengan kombinasi pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan hidup individu/rumahtangga.

9. Pola nafkah ganda adalah mengkombinasikan aktivitas nafkah (sumber-sumber nafkah) dalam jangka waktu lama atau hampir permanen (livelihood diversification atau multiple employment) pada individu/rumahtangga.

10.Perubahan sosial-ekonomi adalah perubahan yang ditimbulkan oleh industri batik karena adanya perubahan kehidupan dan struktur ekonomi pekerja batik serta perubahannya terhadap fungsi dan situasi sosial pekerja batik.

11.Persepsi pekerja batik adalah proses penilaian pekerja batik tulis dalam memahami informasi lingkungannya terhadap obyek tertentu, misalnya: persepsi tentang pendapatan membatik dan persepsi tentang kesempatan kerja membatik.

12.Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh seseorang sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilakukan dalam kurun waktu satu tahun.


(44)

13.Ragam sumber pendapatan adalah macam-macam jenis pekerjaan baik pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan yang dapat mendukung dalam peningkatan pendapatan.

14.Konsumsi adalah penggunaan/pengeluaran kebutuhan sehari-hari, mencakup: kebutuhan primer, sekunder dan tersier.

15.Tempat tinggal adalah tempat seseorang bernaung dalam satu rumah. 16.Stres kerja merupakan suatu kondisi keadaan seseorang mengalami

ketegangan karena adanya kondisi yang mempengaruhi dirinya.

17.Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan pekerja batik terhadap kondisi yang diterimanya.

2.5 Definisi Operasional

1. Pendidikan adalah kemampuan untuk dapat memenuhi pendidikan terakhir responden. Pendidikan responden diukur dari tingkat pendidikan yang paling rendah sampai yang paling tinggi.

a. Sangat Rendah : Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD b. Rendah : Tamat SD

c. Sedang : Tamat SMP/Sederajat d. Tinggi : Tamat SMA/Sederajat

e. Sangat Tinggi : Tamat Perguruan Tinggi (PT)/Sederajat

2. Status Pernikahan adalah status yang dimiliki responden yang rumahtangga yang terikat dalam perkawinan baik tinggal bersama ataupun terpisah.

a. Belum Menikah : responden yang masih berstatus anak dan belum memiliki keluarga, skor 1.

b. Menikah : responden yang sudah memiliki keluarga sendiri, skor 2.

c. Janda : responden yang hidup terpisah dengan suami atau suami sudah meninggal dunia, skor 3.

3. Struktur pendapatan adalah jumlah pemasukan yang diterima seseorang sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilakukan dalam kurun waktu


(45)

satu tahun. Jumlah pendapatan dikategorikan berdasarkan rata-rata pendapatan rumahtangga di lokasi penelitian.

a. Rendah : pendapatan < Rp 10.612.686, skor 1

b. Sedang : Rp 10.612.686 ≤ pendapatan < Rp 18.299.770, skor 2 c. Tinggi : pendapatan ≥ Rp 18.299.770, skor 3

4. Persepsi tingkat pendapatan adalah penilaian responden terhadap jumlah uang yang diterima sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilakukan dalam kurun waktu satu tahun. Tingkat pendapatan diukur dari jumlah pendapatan total rumahtangga pekerja batik saat ini pada industri kecil dan industri besar dibanding lima tahun yang lalu.

a. Lebih buruk : tingkat pendapatan

yang diperoleh responden sangat tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarga dibandingkan lima tahun yang lalu pada saat belum atau sudah bekerja di industri batik, skor 1.

b. Sama saja (belum bisa memenuhi kebutuhan keluarga) : tingkat pendapatan respoden yang diperoleh saat ini dibandingkan lima tahun yang lalu tidak terjadi perubahan sehingga pendapatan yang didapat saat ini masih belum bisa memenuhi kebutuhan rumahtangga, skor 2. c. Sama saja (bisa memenuhi kebutuhan keluarga) : tingkat pendapatan

yang diperoleh responden saat ini dibandingkan lima tahun yang lalu tidak terjadi perubahan akan tetapi pendapatan yang di dapat saat ini dapat mencukupi kebutuhan rumahtangga, skor 3.

d. Lebih baik : tingkat pendapatan

yang diperoleh responden saat ini lebih baik atau pendapatan yang diperoleh saat ini lebih besar sehingga dapat mencukupi kebutuhan rumahtangga, skor 4.

5. Persepsi kontribusi rumahtangga adalah penilaian rumahtangga responden dalam menentukan terhadap peluang pekerjaan yang berperan sebagai kontribusi pendapatan dalam rumahtangga.

a. Berkontribusi, tetapi bukan sebagai kontribusi utama : responden yang bekerja pada industri kecil dan industri besar berkontribusi dalam


(46)

pendapatan rumahtangga akan tetapi status kontribusinya bukan sebagai kontribusi utama, skor 1.

b. Berkontribusi, sebagai kontribusi utama : responden yang bekerja pada industri kecil maupun industri besar berkontribusi utama dalam pendapatan rumahtangga (memiliki peran utama dalam keluarga), skor 2.

6. Persepsi tentang kesempatan kerja adalah penilaian responden terhadap peluang untuk memperoleh pekerjaan di luar sektor industri batik pada saat ini dibanding lima tahun yang lalu.

a. Lebih kecil : tidak terdapat kesempatan kerja di luar sektor industri batik, skor 1.

b. Sama saja : sama saja, tidak terjadi perubahan kesempatan kerja di luar sektor industri batik, skor 2.

c. Lebih besar : pekerjaan di luar sektor industri batik terbuka lebar dan mudah dalam memperoleh pekerjaan dibanding pada sektor industri batik, skor 3.

7. Pilihan bekerja pada industri batik adalah pilihan masing-masing responden untuk bekerja pada industri kecil maupun industri besar.

a. Membatik sudah menjadi hobbi : skor 1 b. membatik sudah turun-temurun : skor 2 c. Tidak memiliki keterampilan selain membatik : skor 3

8. Pengaruh keterampilan pada jam lembur membatik adalah kemampuan responden untuk melakukan kegiatan lembur/penambahan jam kerja membatik.

a. Tidak mendapatkan lembur membatik : responden yang tidak melakukan kegiatan lembur membatik, skor 1.

b. Mendapatkan lembur membatik : responden yang melakukan kegiatan lembur membatik sesuai dengan tingkat keterampilan, skor 2.

9. Struktur pengeluaran rumahtangga adalah tingkat pengeluaran dari pendapatan yang diperoleh rumahtangga untuk membelanjakan kebutuhan primer, sekunder dan tersier dalam rumahtangga. Tingkat kemampuan


(47)

saving rumahtangga adalah besanrnya selisih pendapatan rumahtangga pada industri kecil maupun industri besar.

a. Tidak mempunyai (selisih pendapatan kecil) : selisih pendapatan yang diperoleh rumahtangga tidak dapat digunakan untuk saving, skor 1.

b. Mempunyai (selisisih pendapatan besar) : selisih pendapatan yang diperoleh rumahtangga digunakan untuk pengeluaran tak terduga, skor 2.

10. Alokasi waktu kerja adalah banyaknya penggunaan waktu kerja untuk kegiatan produktif dan reproduktif. Tingkat produktivitas pekerja diukur selisih antara pendapatan responden dalam satu hari dengan jumlah alokasi waktu kerja dalam satu hari responden industri kecil dibanding industri besar.

11. Kepuasan kerja pada industri batik adalah menunjukkan adanya kesesuaian harapan kerja responden dengan hasil yang diinginkan oleh responden yang bekerja pada industri kecil maupun industri besar.

a. Tidak puas : skor 1 b. Kurang puas : skor 2 c. Cukup puas : skor 3

d. Puas : skor 4

e. Sangat puas : skor 5

12. Tingkat stres kerja adalah kondisi menegangkan (fisik dan mental) yang dialami responden terhadap durasi jam pekerjaan membatik, ragam sumber pendapatan dan lingkungan yang berada disekitar tempat kerja. a. Sangat rendah : skor 1

b. Rendah : skor 2

c. Netral : skor 3

d. Sangat Tinggi : skor 4

13. Tempat tinggal adalah tempat sesorang bernaung. Tempat tinggal ini terdiri dari kondisi fisik tempat tinggal dan status kepemilikan alat elektronik dan kendaraan rumahtangga.


(48)

(i). Kondisi tempat tinggal adalah kondisi fisik rumah yang ditempati oleh satu keluarga saat ini dibandingkan lima tahun yang lalu.

a. Tidak baik (lebih jelek) : kondisi dinding triplek/bambu, alas tanah, keadaan rumah tidak memungkinkan untuk ditempati semua anggota rumahtangga (kondisi lebih jelek) dibanding lima tahun yang lalu, skor 1.

b. Kurang baik : keadaan tempat tinggal, kondisi dinding triplek/ bambu dan alas tanah atau dinding tembok dan alas kurang baik dibanding lima tahun yang lalu, skor 2

c. Sama saja : keadaan tempat tinggal, kondisi dinding triplek/ bambu dan alas tanah atau dinding tembok dan alas tidak terjadi perubahan pada saat ini dibanding lima tahun yang lalu, skor 3.

d. Lebih baik : keadaan tempat tinggal, kondisi dinding triplek/ bambu dan alas tanah atau dinding tembok dan alas lebih baik atau pernah merenovasi rumah jadi lebih baik dibanding lima tahun yang lalu, skor 4.

(i). Kepemilikan peralatan rumahtangga adanya barang-barang elektronik dan kendaraan yang dimiliki oleh setiap rumahtangga. Kepemilikan peralatan elektronik dan kendaraan ini dikategorikan ke dalam barang mewah (luxurious) dan barang bukan mewah (non luxurious).

a. Barang mewah (luxurous) : terdiri dari sepeda, televisi, kipas angin dan setrika.

b. Barang bukan mewah : terdiri dari sepeda motor, telepon selular/HP, magig jar, DVD/VCD, water dispenser dan radio.


(49)

BAB III

PENDEKATAN LAPANGAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh pendekatan kualitatif. Dalam pendekatan kuantitatif, penelitian ini menggunakan metode penelitian survei. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok (Singarimbun, 1989). Sedangkan dalam metode penelitian kualitatif menggunakan metode studi kasus, pengamatan, dan wawancara.

Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui struktur nafkah dan penghidupan setiap rumahtangga pekerja batik tulis yang menjadi sampel penelitian. Sedangkan metode kualitatif digunakan untuk melihat perkembangan pekerja batik tulis baik industri skala kecil maupun industri skala besar di Kota Pekalongan Jawa Tengah yang terungkap dari hasil penelitian kualitatif. Pengambilan data dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama, dilakukan pengambilan data melalui wawancara kuesioner kepada beberapa responden dan informan untuk melakukan test kuesioner (uji kuesioner) sebagai preliminary research. Tahap kedua, setelah menggunakan test kuesioner kemudian dilakukan editing kuesioner sebagai penelitian sesungguhnya yang disesuaikan dengan karakteristik masyarakat dan daerah lokasi penelitian.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari lapangan/hasil kuesioner yang dilakukan dengan wawancara langsung kepada responden pada industri kecil dan industri besar. Selain itu, dilakukan juga wawancara mendalam kepada informan. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi literatur yang sumbernya berasal dari berbagai arsip/dokumen-dokumen Pemerintah Kota Pekalongan, data-data dari dinas terkait, makalah ilmiah, skripsi, tesis, internet dan lain sebagainya.


(50)

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kota Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah sejak bulan Maret 2011 dan berakhir pada akhir bulan Maret 2011. Pemilihan tempat penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Dengan pertimbangan pemilihan daerah tersebut didasarkan pada alasan: 1). Pekalongan identik dengan batik yang biasa masyarakat menyebutnya sebagai “Kota Batik”. 2). Pekalongan menjadi sentra industri batik yang menjadi penopang perekonomian masyarakatnya. 3). Letak geografis kota Pekalongan berada di jalan pantura sehingga strategis sebagai pusat perdagangan. Pengolahan data dan hasil penulisan skripsi dilakukan pada bulan April-Mei 2011.

3.4 Kerangka Sampling

Kerangka sampling dalam penelitian ini terdiri dari 8 industri batik di Kota Pekalongan yang terbagi menjadi dua kelompok dengan karakteristik yang berbeda. Kelompok pertama adalah industri besar yang terdiri dari 4 industri batik skala besar. Sedangkan kelompok kedua terdiri dari 4 industri batik skala kecil yang berada di Kota Pekalongan. Industri batik ini dipilih secara purposive, yaitu dipilih 8 industri batik tulis yang memproduksi sendiri dan sesuai dengan kriteria setiap industrinya. Dasar pemilihan 4 industri kecil dan 4 industri besar disesuaikan dengan jumlah responden penelitian. Data ini diperoleh melalui penelusuran data pengusaha-pengusaha batik di Pekalongan dari Disperindagkop bagian Industri. Dari dua kelompok tersebut dipilih secara pengelompokkan purposive berdasarkan penelusuran data dan informasi oleh informan yang terpercaya. Kemudian setiap industri batik baik skala kecil maupun skala besar memiliki pekerja-pekerja batik tulis di dalam industri atau perusahaan.

Selanjutnya, kelompok batik tulis dipilih secara purposive yang akan dijadikan responden penelitian. Selanjutnya responden diambil secara acak yaitu dengan menggunakan sebanyak 30 pekerja batik tulis dari industri skala kecil dan skala besar pada delapan industri batik tersebut. Jumlah total responden yang diambil adalah sebanyak 60 responden dan 10 responden cadangan, sehingga total responden penelitian berjumlah 70 orang. Sedangkan untuk mendapatkan informasi mengenai rumahtangga pekerja batik tulis, dilakukan dengan cara


(1)

Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahun 2011

Kegiatan

Februari Maret April Mei Juni

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Penyusunan proposal skripsi Kolokium Perbaikan proposal skripsi Pengambilan data lapangan Pengolahan dan analisis data Penulisan draft skripsi Revisi skripsi Sidang skripsi Perbaikan skripsi Penggandaan skripsi


(2)

PETA KOTA PEKALONGAN

Sumber: http://gambar-peta.blogspot.com/2010/09/gambar-peta-kota-pekalongan.html


(3)

DOKUMENTASI

Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi Motto Pekalongan “Kota Batik” dan UKM

Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan Museum Batik Pekalongan


(4)

Batik FENNO Peresmian Museum Batik

Kompor Malam Canting


(5)

Aktivitas Membatik

Aktivitas Membatik


(6)

Kondisi Tempat Tinggal Pekerja Batik (Degayu)

Kondisi Tempat Tinggal Pekerja Batik (Degayu)

Showroom Batik