5.2.2 Tingkat Kemampuan Saving Rumahtangga
Pendapatan yang diterima rumahtangga tidak seluruhnya digunakan untuk konsumsi, jika terdapat sisa pendapatan setelah dibelanjakan barang atau jasa
biasanya digunakan untuk tabungan dan biasanya setiap rumahtangga mempunyai kebiasaan tertentu untuk mengalokasikan pendapatan menurut penggunaannya.
Tabungan dipengaruhi oleh ukuran anggota dalam rumahtangga, semakin besar ukuran rumahtangga atau jumlah anggota rumahtangga maka semakin besar pula
proporsi pendapatan yang dikeluarkan untuk konsumsi dan ini berakibat pada jumlah proporsi pendapatan untuk kemampuan menabungsaving. Selain itu,
jumlah anggota keluarga yang bekerja akan menambah pendapatan yang diterima oleh kelaurga, misalnya: anak. Jadi tingkat menabung rumahtangga sama dengan
pendapatan dikurangi konsumsi. Tabel 6. Rata-Rata Tingkat Kemampuan Saving Rumahtangga Pekerja Batik pada
Industri Kecil dan Industri Besar, Tahun 2011.
Jenis Industri Pendapatan Total
Rptahun Konsumsi Total
Rptahun Tingkat Saving
Selisih Pendapatan
Industri Kecil 17.404.701
8.783.614 8.621.086
Industri Besar 20.916.370
10.258.154 10.658.216
Sumber: Diolah dari Data Primer Penelitian, 2011
Berdasarkan data pada Tabel 6 di atas, menunjukkan bahwa rata-rata setiap rumahtangga pada industri kecil maupun industri besar memiliki tingkat
kemampuan saving yang berbeda. Dari selisih antara total pendapatan rumahtangga per tahun dengan total konsumsi rumahtangga per tahun diperoleh
hasil dari selisih pendapatan yang cukup tinggi. Dimana, pada rumahtangga industri kecil memiliki tingkat kemampuan menabung sebesar Rp 8.621.086,00
per tahun. Sedangkan pada rumahtangga industri besar memiliki kemampuan menabung sebesar Rp 10.658.216,00. Hal ini dikarenakan, pada industri besar
total pendapatan rumahtangga menunjukkan lebih besar dibanding industri kecil, sehingga rumahtangga industri besar lebih mampu untuk mengalokasikan
pendapatannya untuk menabung. Sisa dari rata-rata pendapatan total rumahtangga tersebut yang dinamakan tingkat kemampuan saving saving ability. Dari
penjelasan data sebelumnya pada tabel 6 mengenai rata-rata tingkat pengeluaran rumahtangga, semua responden penelitian hanya menghafal pengeluaran yang
mereka ingat saja setiap kebutuhan yang mereka perlukan dalam satu hari. Selain itu, mereka mencoba menutup-nutupi pengeluaran dikarenakan takut dianggap
mewah atau berlebihan, sehingga sisa pendapatan tersebut masih digunakan untuk pengeluaran rumahtangga yang tidak terduga, baik yang dilakukan oleh suami,
anak dan anggota rumahtangga lain yang masih menjadi tanggungjawab rumahtangga. Contoh pengeluaran-pengeluaran yang tidak terduga, seperti: biaya
untuk kesehatan sakit, biaya renovasi rumah, biaya perbaikan elektronik, biaya sumbangan rumahtangga, biaya cicilan motor bagi yang memiliki motor, dan
lain sebagainya. Beberapa pengeluaran yang tidak terduga tersebut biasanya bernilai cukup besar dan aktivitas pengeluaran tersebut dilakukan oleh para suami.
Dengan demikian, sisa pendapatan tingkat saving rumahtangga pada industri kecil maupun industri besar digunakan untuk pengeluaran tak terduga dan untuk
simpanan rumahtangga.
Pendapatan saya tidak dapat mencukupi untuk membiaya renovasi rumah
. Apalagi keluarga saya masih banyak terlilit hutang sehingga untuk
membangun rumah sudah tidak mampu lagi, kondisi atap rumah yang sudah bocor tidak sanggup untuk memperbaiki rumah. Untuk urusan biaya renovasi
rumah saya serahkan kepada suami saya Ibu Kty; pekerja batik industri kecil, 45 tahun.
Kasus Ibu Kty di atas, merupakan salah satu responden yang bekerja di industri kecil. Beliau memiliki hutang-hutang yang belum sanggup dibayarnya
dengan upah membatik yang di dapat sangat kecil. Apalagi kondisi rumah beliau tidak layak untuk ditempati oleh anggota rumahtangga yang berjumlah enam
orang, sehingga untuk membiayai renovasi rumah beliau menyerahkan sepenuhnya kepada pihak suami. Biaya renovasi rumah tidak pasti dikeluarkan
setiap tahunnya. Biaya renovasi rumah tersebut merupakan salah satu pengeluraan rumahtangga yang tidak terduga dan jumlahnya cukup banyak.
5.3 Alokasi Waktu Pekerja Batik Tulis