Kondisi Infrastruktur Kota Pekalongan Kondisi Sosial dan Ekonomi Penduduk Kota Pekalongan

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Kota Pekalongan 4.1.1 Keadaan Geografis, Administrasi dan Wilayah Kota Pekalongan Secara geografis Kota Pekalongan terletak di dataran rendah pantai Utara Pulau Jawa, dengan ketinggian kurang lebih 1 meter di atas permukaan laut. Serta berkoordinat fiktif 519,00 – 518,00 Km membujur dan 517,75 – 526,75 Km melintang. Letak wilayah yang berada pada daerah khatulistiwa menjadikan Kota Pekalongan memiliki iklim tropis dengan dua musim yaitu musim hujan dan musim panas. Kota Pekalongan memiliki luas wilayah 45,25 km 2 dengan jumlah penduduk tahun 2009 sebesar 276.158 jiwa dan kepadatan penduduk 6.103 per Km 2 . Kota Pekalongan terbagi menjadi empat kecamatan yaitu Kecamatan Pekalongan Utara, Kecamatan Pekalongan Selatan, Kecamatan Pekalongan Barat dan Kecamatan Pekalongan Timur dan terdiri dari 46 kelurahan, dengan batas- batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara : Laut Jawa Sebelah Timur : Kabupaten Batang Sebelah Selatan : Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang, Sebelah Barat : Kabupaten Pekalongan Secara administratif Kota Pekalongan dibagi menjadi empat kecamatan dengan luas wilayah 4.525 Ha atau sekitar 0,14 dari luas wilayah Jawa Tengah Luas Jawa Tengah 3.254 ribu Ha. Tahun 2009 luas tanah sawah 1.266 Ha, masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Hal ini berarti dalam tahun 2009 di Kota Pekalongan tidak terjadi perubahan penggunaan tanah dari tanah sawah menjadi tanah kering.

4.1.2 Kondisi Infrastruktur Kota Pekalongan

Peningkatan partisipasi penduduk dalam bidang pendidikan tentunya harus diimbangi dengan penyediaan sarana fisik pendidikan dan sarana prasarana yang memadai. Terdapat sebayak 6 pendidikan sekolah tinggi, diantaranya: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiah, Politeknik Batik Pusmanu Pekalongan, Universitas Pekalongan UNIKAL, Akademi Keperawatan Negeri, dan STMIK Widya Pratama Pekalongan. Selain itu, terdapat sebanyak 22 pendidikan tingkat SMA dan 23 pendidikan tingkat SMP. Peningkatan sarana kesehatan sangat diperlukan dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat. Selain pemerintah, peran swasta dalam menunjang sarana kesehatan juga cukup tinggi. Sarana fasilitas umum yang terdapat di Kota Pekalongan, meliputi: fasilitas kesehatan Rumah Sakit Umum RSU, puskesmas puskemas pembantu dan puskesmas keliling, fasilitas olahraga, fasilitas transportasi perhubungan darat dan fasilitas. Selain itu, terdapat bidang sosial lainnya sepeti kesenian, peradilan, panti asuhan, keagamaan dan lain sebagainya. Kota Pekalongan terkenal dengan nuansa religiusnya karena mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Ada beberapa adat tradisi di Pekalongan yang tidak dijumpai di daerah lain misalnya: syawalan, sedekah bumi, dan sebagainya.

4.1.3 Kondisi Sosial dan Ekonomi Penduduk Kota Pekalongan

Jumlah penduduk Kota Pekalongan pada tahun 2009 adalah 276.158 jiwa, terdiri dari 134.332 laki-laki 48,64 dan 141.826 perempuan 51,36. Sedangkan banyaknya rumahtangga adalah 68.432. Kepadatan jumlah penduduk di Kota Pekalongan cenderung meningkat seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Rasio ketergantungan jumlah penduduk usia 15-64 lebih besar dari penduduk usia 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas. Penduduk usia kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Proporsi penduduk yang tergolong angkatan kerja yang dikenal sebagai “Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja” TPAK memiliki angka yang rendah pada umur-umur muda sekolah dan mencapai puncaknya pada usia 40-45 tahun, secara perlahan-lahan mengalami penurunan pada umur-umur berikutnya dikarenakan pensiun dan mencapai usia tua. Berdasarkan kewarganegaraannya, terdapat Warga Negara Asing WNA sebanyak 132 laki-laki dan perempuan pada tahun 2009. Pada Tabel 2 di bawah ini diperlihatkan data kependudukan rata-rata jumlah anggota rumahtangga di Kota Pekalongan Tahun 2009. Tabel 1. Rata-rata Jumlah Anggota RumahTangga di Kota Pekalongan 2009. Kecamatan Jumlah Penduduk jiwa Banyaknya RumahTangga Rata-rata Anggota RumahTangga Pekalongan Barat 87,905 21,443 4,1 Pekalongan Timur 64,247 16,029 4,0 Pekalongan Selatan 51,354 12,824 4,0 Pekalongan Utara 72,625 18,136 4,0 Jumlah 276,158 68,432 4,0 Sumber: Data BPS, Kota Pekalongan 2009 Berdasarkan Tabel 1 di atas, menunjukkan bahwa banyaknya rumahtangga di Kota Pekalongan pada setiap kecamatan berbeda-beda, pada kecamatan Pekalongan Barat banyaknya rumahtangga sebanyak 21,443 jiwa, Pekalongan Timur sebanyak 16,029 jiwa, Pekalongan Selatan sebanyak 12,824 jiwa dan Pekalongan Utara sebanyak 18,136. Setiap Kecamatan tersebut menjadi sentra pekerja batik Kota Pekalongan dimana mayoritas pekerja batik tulis terdapat di kelurahan Pasirsari, Jenggot, Kauman, Gamer, Duwet, Sokorejo, Noyontaan, Jenggot dan sebagainya. Sebagian besar penduduk Kota Pekalongan terkonsentrasi di daerah dataran rendah. Dengan demikian penyebaran penduduk menjadi tidak merata. Dataran rendah menjadi pusat tumpuan kegiatan perekonomian. Titik berat kegiatan perekonomian masyarakat berkembang di dataran rendah, yang meliputi kegiatan pertanian, perdagangan dan perindustrian. Ketiga sektor inilah yang mampu menyerap banyak tenaga kerja. Pada tahun 2009 sektor industri Kota Pekalongan mampu menyarap tenaga kerja sebesar 6.445 orang 56.63. Kota Pekalongan mayoritas penduduknya bekerja di sektor industri yang sebagian besar merupakan industri batik. Hal ini menjadikan pekerja di Kota Pekalongan sebagian besar bekerja pada sektor industri batik yang menjadi pusat industri batik. Sektor industri batik menjadikan penopang dan memberikan peluang besar dalam meningkatkan perekonomian masyarakat Kota Pekalongan. Sektor industri di Kota Pekalongan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu industri besar, industri sedang dan industri kecil. Pembagian tersebut berdasarkan pada banyaknya jumlah tenaga kerja. Industri besar memiliki jumlah tenaga kerja minimal 100 orang, industri sedang memiliki jumlah tenaga kerja 20- 99 orang, sedangkan industri kecil memiliki jumlah tenaga kerja 5-19 orang. Industri kecil masih dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu formal dan informal. Yang disebut sebagai industri kecil formal adalah industri kecil yang mempunyai izin berdirinya usaha dari Depperindagkop, sedangkan industri kecil non formal adalah industri kecil yang tidak mendaftarkan usahanya ke kantor Depperindagkop, sehingga tidak mempunyai izin berdirinya usaha BPS, 2009.

4.2 Industri Batik Di Kota Pekalongan