Persepsi Tingkat Pendapatan Membatik

pekerjaan yang dikerjaan laki-laki seperti batik cap, pewarnaan dan penglorotan. Kombinasi jenis pekerjaan antara isteri dan suami yang beragam saling menopang pada sistem penghidupan rumahtangga.

5.1.1 Persepsi Tingkat Pendapatan Membatik

Besarnya pendapatan responden dari membatik pada industri kecil berbeda dengan besarnya pendapatan pada industri besar. Persepsi responden terhadap pendapatan membatik terbagi menjadi dua, yaitu cukup dan tidak cukup. Pada Gambar 14 ditunjukkan persentase persepsi responden terhadap pendapatan dalam membatik baik pada industri kecil maupun industri besar. Keterangan: n pekerja batik industri kecil : 35 n pekerja batik industri besar : 35 Uji Statistik Chi-Square, Chi-Sq = 2.809, DF = 1, P-Value = 0.094 Berbeda Nyata Gambar 13. Persentase Responden Menurut Persepsi Terhadap Pendapatan Harian Batik Tulis Tradisional Berdasarkan data Gambar 14 di atas, menunjukkan persepsi responden akan besarnya pendapatan harian yang mereka terima menurut 70 responden penelitian. Melalui uji statistik dengan menggunakan chi-square sebesar P-Value = 0.094 10 yang artinya bahwa persepsi responden terhadap pendapatan membatik berbeda nyata antara pendapatan di industri kecil dan industri besar. Sebesar 57,14 responden yang bekerja pada industri kecil meyakini bahwa pendapatan harian membatik tidak mencukupi kebutuhan rumahtangga. Hal ini dikarenakan pendapatan membatik sangat kurang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan bahan pokok mahal dengan upah yang rendah. Sedangkan sebesar 42,86 62,86 57,14 37,14 20 40 60 80 100 Industri Kecil Industri Besar P er sent a se Respo nd en Tidak mencukupi Mencukupi 62,86 responden pada industri besar meyakini bahwa pendapatan membatik dapat mencukupi kebutuhan rumahtangga. Selain itu, tidak terlepas dari peranan suami dan kontribusi anak untuk dapat mencukupi nafkah rumahtangga, sehingga dengan pendapatan harian yang diperoleh responden yang bekerja pada industri besar menyatakan dapat mencukupi kebutuhan rumahtangga. Dengan pengeluaran kebutuhan yang sederhana. Pada Gambar 15 ditunjukkan rata-rata tingkat upah harian responden. Cara pengupahan responden ini dilakukan dengan menggunakan sistem upah harian. Keterangan: n pekerja batik industri kecil : 35 n pekerja batik industri besar : 35 Gambar 14. Rata-Rata Tingkat Upah Harian Responden pada Industri Kecil dan Industri Besar Berdasarkan data pada Gambar 15 di atas, menunjukkan bahwa rata-rata tingkat upah harian responden tidak sama pada industri kecil dan industri besar. Tetapi tidak mengalami perbedaan yang cukup banyak. Pada industri kecil rata- rata upah yang diterima responden adalah sebesar Rp 15.143,00, sedangkan pada industri besar rata-ratanya upah yang diterima responden sebesar Rp 19.629,00 hampir mendekati Rp 20,000,00. Hal ini dikarenakan pada industri besar, sebagian besar respondennya melakukan lembur kerja membatik, sehingga upah yang diterima juga lebih banyak. Faktor durasi jam kerja menjadi pengaruh cukup besar dalam memperoleh upah. Selian itu, tingkat keterampilan juga menjadi faktor keberhasilan responden dalam menyelesaikan kain batik dalam waktu yang cepat. Pada industri besar lebih mementingkan kualitas batik dan kualitas pekerja Rp15.143 Rp19.629 5000 10000 15000 20000 25000 Industri Kecil Industri Besar Ra ta -Ra ta T ing k a t Upa h Rp batik. Dilihat dari rata-rata tingkat upah responden, tidak terjadi perbedaan yang cukup jauh dalam perolehan upah harian mereka. Kasus di bawah ini merupakan pengalaman responden dalam menyikapi kehidupan mereka terhadap upah yang diperoleh. Upah membatik tidak mencukupi kebutuhan saya karena upah membatik per harinya hanya Rp 10.000,00 . Selain itu, suami saya jarang berangkat bekerja menjadi tukang becak, suami saya saja dalam bekerja tidak pasti mendapat uang, sehingga pendapatan saya dan suami belum dapat mencukupi kebutuhan rumahtangga. Saya kembalikan sama Allah, kalau rezeki sudah ada yang mengatur Ibu Ytn; pekerja batik industri kecil, 45 tahun . Alhamdulillah pendapatan saya dari bekerja membatik dapat mencukupi kebutuhan rumahtangga . Upah membatik seharinya hanya Rp 15.000,00. Pendapatan suami juga lumayan besar menjadi tukang sapu DKP. Sumai sangat berperan dalam mencukupi kebutuhan rumahtangga. Selain itu, anak saya sudah bekerja membantu orang tua. Akan tetapi, pendapatan tersebut sedikit demi sedikit saya kumpulkan untuk membayar hutang-hutang saya Ibu Rna; pekerja batik industri kecil, 50 tahun. Ibu Ytn merupakan salah satu responden yang mendapatkan upah per hari dari membatik sebesar Rp 10.000,00. Upah tersebut beliau peroleh selama bekerja di industri kecil. Dengan upah harian yang sangat kecil, suami berkontribusi dalam memperoleh nafkah. Akan tetapi, upah yang didapat suami tidak menentu dalam mendapatkan uang dari pekerjaannya menjadi tukang becak, sehingga pendapatan beliau tidak dapat mencukupi kebutuhan rumahtangga, mereka hidup sangat sederhana dan seadanya saja. Sedangkan pada kasus Ibu Rna, beliau mendapat upah harian sebesar Rp 15.000,00. Tingkat pendidikan yang sangat rendah tidak menjadi penghalang untuk tetap bekerja di industri batik selama kurang lebih dua tahun bekerja. Selain itu, dengan upah yang kecil dan bermodalkan keterampilan terbatas, beliau mampu mencukupi kebutuhan ruamhtangga dari upah membatiknya. Suami juga bekerja menjadi tukang sapu DKP yang pendapatannya lebih besar dibanding pendapatan isteri. Walaupun mereka memiliki hutang yang cukup banyak, mereka mampu bertahan hidup untuk tetap bekerja agar dapat membayar hutang-hutangnya. Prinsip mereka hanya untuk makan saja, kebutuhan lain tidak terlalu penting, sehingga suami sangat berperan penting dalam memenuhi kebutuhan rumahtangga. Pada Gambar 16, ditunjukkan persentase tingkat pendapatan membatik dibandingkan lima tahun yang lalu 2006-2011. Keterangan: n pekerja batik industri kecil : 35 n pekerja batik industri besar : 35 Uji Statistik Chi-Square, Chi-Sq = 5.107, DF = 3, P-Value = 0.164 Tidak Berbeda Nyata Gambar 15. Persentase Responden Menurut Tingkat Pendapatan Membatik pada Tahun 2006 dan 2011 Berdasarkan data Gambar 16 di atas, menunjukkan sebagian besar responden yang bekerja pada industri kecil maupun industri besar menyatakan bahwa tingkat pendapatan di sektor industri batik pada tahun 2006 dan 2011 tidak terjadi peningkatan atau perubahan terhadap pendapatan yang diperoleh. Dapat dibuktikan melalui uji statistik chi-square sebesar P-Value = 0.164 10 yang artinya bahwa tidak berbeda nyata tingkat pendapatan antara industri kecil dan industri besar. Pada industri kecil sebanyak 16 orang 45,71 menyatakan bahwa tingkat pendapatan dibandingkan lima tahun yang lalu tidak terjadi perubahan, artinya sama saja atau belum bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari rumahtangganya. Faktor upah yang kecil menjadikan penyebab responden masih tetap belum bisa memenuhi kebutuhan. Sedangkan pada industri besar sebanyak 15 orang 42,86 menyatakan bahwa tingkat pendapatan dibandingkan lima tahun yang lalu sama saja, tetapi berbeda dengan industri kecil yaitu pendapatan yang diperoleh sudah dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari rumahtangganya. Hal ini dikarenakan, dalam satu rumahtangga saling „bekerja sama” untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sementara itu, pada industri kecil sebesar 8 orang 22, 86 dan pada industri besar sebanyak 10 orang 28,57 menyatakan 22,86 28,57 25,71 42,86 45,71 28,57 5,71 20 40 60 80 100 Industri Kecil Industri Besar P er sent a se Respo nd en Lebih baik Sama saja bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari Sama saja belum bisa memenuhi kebutuhan sehari- hari Lebih buruk bahwa tingkat pendapatan responden lebih baik dibandingkan lima tahun yang lalu. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa responden yang memiliki pekerjaan sampingan di luar industri batik, sehingga tingkat pendapatan mereka menjadi lebih baik dan memiliki tambahan penghasilan yang lebih untuk dapat memenuhi kebutuhan rumahtangga. Terdapat beberapa responden yang menyatakan bahwa tingkat pendapatan mereka sekarang menjadi lebih buruk dibanding lima tahun yang lalu. Pendapatan saya saat ini dibandingkan lima tahun lalu sama saja tidak terjadi perubahan . Kalau dahulu kebutuhan pokok harganya murah-murah walaupun upah membatik kecil tetapi dapat mencukupi kebutuhan rumahtangga. Apabila dibandingkan sekarang, upah membatik tidak terjadi peningkatan bahkan harga bahan pokok serba mahal. Kalau saya mempunyai keinginan sesuatu, hanya bisa ditahan saja karena tidak memiliki uang lebih. Kebutuhan untuk makan seadanya saja yang penting bisa untuk membiayai anak sekolah dan untuk kebutuhan makan Ibu Sry; pekerja batik industri kecil, 35 tahun. Selain bekerja membatik, saya bekerja sambilan bordir taplak meja rombe. Upah yang saya dapat cukup untuk menambah penghasilan rumahtangga. Menurut saya, upah membatik belum bisa mencukupi kebutuhan, anak-anak saya masih sekolah sehingga kebutuhan semakin banyak. Sekarang alhamdulillah saya memiliki pekerjaan sambilan, jadi penghasilannya lebih bagus dibanding sebelumnya . Suami saya bekerja membatik juga dan sudah mencukupi untuk kebutuhan rumahtangga Ibu Tsr; pekerja industri nesar, 40 tahun. Sebelum bekerja di industri batik, saya bekerja menjadi pembantu rumahtangga. Gaji satu bulan lumayan besar dan bisa untuk mencukupi kebutuhan anak-anak saya. Tetapi saya hanya bekerja dua tahun saja dan sampai sekarang bekerja di industri batik. Upah lebih sedikit dibanding waktu saya bekerja menjadi pembantu rumahtangga Ibu Iny; pekerja industri besar, 40 tahun. Penjelasan di atas merupakan contoh kasus yang dialami beberapa responden baik di industri besar maupun industri kecil. Melihat kasus yang dipaparkan oleh Ibu Sry, beliau mengatakan bahwa pendapatan membatik dibanding lima tahun yang lalu tidak terjadi perubahan dibandingkan lima tahun yang lalu. Pada waktu dulu, upah membatik dapat dibelanjakan untuk kebutuhan pokok dengan jumlah yang banyak, dikarenakan harga bahan pokok yang masih murah. Dibandingkan upah yang sekarang sama saja tidak terjadi penambahan pendapatan dari majikan, s ehingga beliau hanya “makan seadanya” dan menahan keinginan untuk membelanjakan yang dapat mengurangi pendapatan beliau, seperti untuk makan enak saja tidak pernah hanya nasi dengan lauk tahu dan tempe saja. Kemudian kasus yang dialami oleh Ibu Tsr, beliau mengatakan bahwa selain bekerja membatik beliau juga memiliki pekerjaan sampingan, yaitu bordir taplak meja rombe. Pekerjaan membatik khusus dikerjakan pada pagi sampai sore hari saja, sedangkan untuk rombe dikerjakan pada malam hari. Kasus Ibu Tsr merupakan salah satu responden yang melakukan “strategi nafkah ganda”. Alasan beliau melakukan nafkah ganda ini adalah untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Hal ini dikarenakan upah membatik saja bagi beliau sangat tidak cukup untuk kebutuhan rumahtangga dengan jumlah anggota yang cukup banyak. Selain itu, suami juga membantu dalam nafkah rumahtangga. Para suami responden bekerja di sektor industri batik batik cap dengan pendapatan yang lebih baik dibanding isteri. Sedangkan pada kasus ibu Iny di atas, menunjukkan bahwa tingkat pendapatan beliau lebih buruk dibandingkan lima tahun yang lalu. Sebelum ibu bekerja di industri batik, beliau bekerja menjadi pembantu rumahtangga dengan gaji yang besar. Tetapi dikarenakan hubungan yang kurang baik dan tidak menyenangkan antara beliau dengan majikan, akhirnya beliau memutuskan untuk keluar dari pekerjaan tersebut dan berpindah ke sektor industri batik menjadi pekerja batik tulis pada industri besar.

5.1.2 Persepsi Kontribusi Pendapatan Rumahtangga