Tingkat Mobilitas Sosial Pekerja Batik Tulis

besar rumahtangga responden baik industri kecil maupun industri besar sama- sama berasal dari pedesaan yang berada pada lapisan sosial-ekonomi bawah dengan pendapatan yang rendah untuk setiap rumahtangganya. Status suami berperan dalam pengambilan keputusan dala membelanjakan peralatan elektronik dan kendaraan baik yang tergolong barang mewah ataupun tidak. Dari Gambar 29 dan 30 di atas, dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh rumahtangga pekerja batik tulis pada industri kecil maupun industri besar memiliki peralatan elektronik dan kendaraan barang bukan mewah. Hal ini dikarekan peralatan tersebut masih bersifat sederhana dan mereka tergolong mampu membeli peralatan tersebut. Sedangkan pada kategori barang mewah luxurious tidak semua rumahtangga pekerja batik tulis pada kedua tipe industri tersebut memiliki peralatan elektronik dan kendaraan. Hal ini dikarenakan pendapatan yang mereka dapatkan belum mampu untuk membelanjakan peralatan-peralatan yang tergolong mewah tersebut.

6.4 Tingkat Mobilitas Sosial Pekerja Batik Tulis

Pekerjaan di sektor industri batik sering dipandang lebih halus dan tidak kasar dibandingkan pekerjaan di luar sektor industri batik, seperti: buruh tani, tukang sapu DKP, tukang ojek dan nelayan. Hal ini dikarenakan responden bekerja membatik di dalam ruangan yang tidak terkena sinar matahari yang menyengat atau di dalam rumah bagi pekerja industri kecil dan di dalam pabrik bagi pekerja industri besar. Pekerjaan responden hanya dilakukan dengan diam di tempat duduk sambil memegang canting dengan memberi lilin di atas kain mori, sehingga pekerjaan tersebut dianggap bukan pekerjaan yang kasar. Selain itu, sektor industri batik menjadi sektor yang paling dominan di Kota Pekalongan dibanding sektor-sektor lainnya. Pada tahun 2011, sektor pertanian sudah mulai mengalami penurunan dikarenakan lahan pertanian beralih fungsi untuk pembangun perumahan-perumahan, faktor cuaca yang ekstrim dan tidak menentu mengakibatkan kenaikan harga pupuk dan terjadi penggenangan lahan pertanian oleh air laut sehingga merusak tanaman padi padi menjadi mati. Akibat terbatasnya pekerjaan di sektor pertanian, peluang terbesar dalam memperoleh pekerjaan adalah di sektor industri batik. Dapat dikatakan pekerjaan sebagai pekerja batik merupakan pekerjaan utama responden. Walaupun demikian, pekerjaan membatik tetap menjadi perhatian mengenai kecilnya upah yang diperoleh masing-masing responden. Pada Gambar 31, ditunjukkan persentase peluang status sosial responden. Keterangan: n pekerja batik industri kecil : 35 n pekerja batik industri besar : 35 Uji Statistik Chi-Square, Chi-Sq = 18.651, DF = 1, P-Value = 0.000 Berbeda Nyata Gambar 30. Persentase Responden Menurut Peluang Peningkatan Status Sosial pada Industri Kecil dan Industri Besar Berdasarkan data pada Gambar 31 di atas, menunjukkan persentase peluang dalam meningkatkan status sosial responden berbeda nyata antara responden pada industri kecil dibandingkan dengan industri besar. Melalui uji statistik chi- square sebesar P-Value = 0.000 10 sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu menerima H 1 . Responden pada industri kecil dan industri besar mengatakan tidak memiliki peluang untuk meningkatkan status sosial mereka, yaitu sebanyak 31 responden 88,57 pada industri kecil dan sebanyak 28 responden 80,00 pada industri besar. Hal ini dikarenakan bekerja pada industri batik hanya mendapatkan upah yang kecil untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga. Responden pada industri kecil dan industri besar meyakini bahwa upah yang diperoleh dari tahun ke tahun belum mengalami peningkatan yang nyata. Sebenarnya, keinginan mereka adalah dapat diberikan upah yang lebih baik sesuai dengan kinerja dan kualitas mereka dalam membatik. Disesuaikan dengan jam kerja yang sangat lama dan ditambah dengan jam lembur membatik di malam hari. Sangat memprihatinkan kondisi pekerja batik tulis tersebut. Selain itu, faktor 11,43 20,00 88,57 80,00 20 40 60 80 100 Industri Kecil Industri Besar P er sent a se Respo nd en Ya Tidak tingkat pendidikan yang sangat rendah tidak sekolah dan tamat SD juga sangat berpengaruh pada kehidupan sosial responden dalam memperoleh pekerjaan. Dengan keterbatasan keterampilan dan pengetahuan menyebabkan responden terpaksa menggantungkan hidupnya pada pekerjaan membatik sesuai dengan keterampilan yang mereka miliki. Sebagian besar responden yang bekerja di industri kecil dan industri besar adalah perempuan pedesaan dengan status keluarga yang tidak berkecukupan. Kecilnya pendapatan responden menyebabkan pekerja batik tidak memiliki kekuasaan secara ekonomi, sehingga dapat dikatakan status sosial mereka rendah. Walaupun terdapat beberapa responden saja yang memiliki pekerjaan sampingan tidak menjadi jaminan untuk mereka dapat hidup lebih baik dan lebih makmur, cukup untuk tambahan kebutuhan rumahtangga. Mereka terpaksa mengkombinasikan sejumlah kegiatan ekonomi dan bekerja lebih lama dengan upah yang rendah. Pekerjaan membatik dianggap mereka merupakan “berkah” karena bermodalkan keterampilan membatik menjadikan mereka memiliki pekerjaan tetap di Kota. Pekerja batik tulis akan tetap menjadi pekerja batik tulis, posisi kelompok tersebut tidak akan pernah berpindah pada jenis pekerjaan atau bidang batik yang lain, disesuaikan dengan pembagian kerja dan keterampilan masing-masing. Pekerja batik tulis sangat identik dengan kaum perempuan. Mereka meyakini bahwa pekerjaan tersebut sangat meyenangkan dan merupakan pekerjaan yang cocok bagi mereka. Tidak memungkinkan bagi mereka untuk pindah atau keluar dari industri batik. Berdasarkan data mengenai kondisi tempat tinggal dan status kepemlikian peralatan rumahtangga responden, menggambarkan keadaan yang sangat sederhana dan bukan termasuk seseorang yang dipandang lebih terhormat di dalam masyarakatnya. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa responden pada industri kecil dan industri besar tidak mengalami gerak sosial menuju strata yang lebih tinggi dan tidak terjadi perubahan standar hidup. Dengan demikian bentuk mobilitas yang terjadi adalah “mobilitas horisontal” yaitu gerak sosial pekerja batik tulis tidak mengalami perubahan dan pengaruh sosial terhadap status sosialnya. Ketidakinginan responden untuk berpindah ke pekerjaan lain di luar sektor industri batik dikarenakan kepuasan dan kesetian mereka dalam pekerjaan membatik. Pekerjaan m embatik bagi mereka diibaratkan seperti “nafas” yang artinya responden mampu bertahan hidup pada pekerjaan tersebut dan memberikan kepuasan secara lahir dan batin. Pekerjaan membatik memanglah tidak mudah, membutuhan ketelatenan dan kesabaran yang tinggi. Kesulitan tersebut hanya dialami saat awal belajar membatik, selanjutnya membatik bagi pekerja yang sudah berpengalaman profesional merupakan pekerjaan yang mudah dan menyenangkan. Pekerjaan membatikpun dijadikan hobbi baru bagi responden. Bagaimana tidak, belajar membatik sudah diajarkan pada waktu masih kecil sampai sekarang sudah menikah dan sudah nenek-nenek. Terdapat beberapa pengalaman yang dialami responden selama bekerja di industri batik. Saya puas bekerja di industri batik , dari kecil saya sudah belajar membatik sampai sekarang ibu sudah lama bekerja di batik. Pengalaman saya sudah cukup banyak sehingga saya betah bekerja membatik karena saya bisanya hanya membatik. Saya tidak ingin pindah-pindah ke luar industri batik Ibu Mzm; pekerja batik industri besar, 45 tahun. Saya sudah tua tidak ingin berpindah-pindah pekerjaan lagi, walaupun upah membatik kecil sehari hanya dapat Rp 10.000,00 . Tetapi saya sudah betah dan hobbi membatik. Selain itu, saya berangkat ke tempat kerja jalan kaki karena dekat dari rumah saya Ibu Rbd; pekerja batik industri kecil, 50 tahun. Berdasarkan kasus Ibu Mzm dan Ibu Rbd di atas, mengatakan bahwa beliau merasakan kepuasan bekerja di sektor industri batik karena sudah dari kecil bekerja membatik sampai sekarang. Faktor umur menjadi alasan untuk tidak berpindah ke pekerjaan yang lain dan keterbatasan keterampilan. Semakin tua atau semakin lama waktu responden bekerja, maka semakin terpuaskan untuk menetap pada industri batik. Walaupun upah yang diberikan kecil, asalkan dapat bekerja untuk mencukupi kebutuhan rumahtangga dan tidak menggantungkan pendapatan suami saja. Kaum perempuan memiliki kemampuan untuk mandiri mencari nafkah dan terlepas dari kontrol para suami. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa responden yang bekerja pada industri kecil maupun industri besar tidak mampu untuk ke luar dari sektor industri batik. Hal ini dikarenakan kepuasan untuk menetap di industri batik dan keterbatasan akses untuk berpindah ke sektor yang modern. Sikap “pasrah” dan “nrimo” yang terdapat pada masing-masing responden mampu menjadikan kekuatan besar untuk bertahan hidup dan sebagai penopang kehidupan mereka. Meskipun faktor kemiskinan menjadi belenggu dan belum dapat terlepas dari kehidupan pekerja batik tulis.

6.5 Ikhtisar