penjelasan data sebelumnya pada tabel 6 mengenai rata-rata tingkat pengeluaran rumahtangga, semua responden penelitian hanya menghafal pengeluaran yang
mereka ingat saja setiap kebutuhan yang mereka perlukan dalam satu hari. Selain itu, mereka mencoba menutup-nutupi pengeluaran dikarenakan takut dianggap
mewah atau berlebihan, sehingga sisa pendapatan tersebut masih digunakan untuk pengeluaran rumahtangga yang tidak terduga, baik yang dilakukan oleh suami,
anak dan anggota rumahtangga lain yang masih menjadi tanggungjawab rumahtangga. Contoh pengeluaran-pengeluaran yang tidak terduga, seperti: biaya
untuk kesehatan sakit, biaya renovasi rumah, biaya perbaikan elektronik, biaya sumbangan rumahtangga, biaya cicilan motor bagi yang memiliki motor, dan
lain sebagainya. Beberapa pengeluaran yang tidak terduga tersebut biasanya bernilai cukup besar dan aktivitas pengeluaran tersebut dilakukan oleh para suami.
Dengan demikian, sisa pendapatan tingkat saving rumahtangga pada industri kecil maupun industri besar digunakan untuk pengeluaran tak terduga dan untuk
simpanan rumahtangga.
Pendapatan saya tidak dapat mencukupi untuk membiaya renovasi rumah
. Apalagi keluarga saya masih banyak terlilit hutang sehingga untuk
membangun rumah sudah tidak mampu lagi, kondisi atap rumah yang sudah bocor tidak sanggup untuk memperbaiki rumah. Untuk urusan biaya renovasi
rumah saya serahkan kepada suami saya Ibu Kty; pekerja batik industri kecil, 45 tahun.
Kasus Ibu Kty di atas, merupakan salah satu responden yang bekerja di industri kecil. Beliau memiliki hutang-hutang yang belum sanggup dibayarnya
dengan upah membatik yang di dapat sangat kecil. Apalagi kondisi rumah beliau tidak layak untuk ditempati oleh anggota rumahtangga yang berjumlah enam
orang, sehingga untuk membiayai renovasi rumah beliau menyerahkan sepenuhnya kepada pihak suami. Biaya renovasi rumah tidak pasti dikeluarkan
setiap tahunnya. Biaya renovasi rumah tersebut merupakan salah satu pengeluraan rumahtangga yang tidak terduga dan jumlahnya cukup banyak.
5.3 Alokasi Waktu Pekerja Batik Tulis
Pekerja batik tulis baik pada industri kecil maupun industri besar memiliki tanggungjawab besar dalam pekerjaan domestik maupun publik. Kaum
perempuan tidak terlepas pada peranannya sebagai ibu rumahtangga dan pekerja
industri batik. Mereka dihadapkan pada dua pilihan antara harus bekerja mengerjakan pekerjaan rumah atau pekerjaan di industri batik, maka mereka lebih
mengutamakan penyelesaian pekerjaan di rumah sebelum berangkat untuk bekerja di industri batik. Pekerjaan di industri batik di sini merupakan pekerjaan produktif
kegiatan produktif, sedangkan pekerjaan rumahtangga dan di luar pekerjaan industri disebut pekerjaan reproduktif kegiatan reproduktif. Pembagian waktu ini
berdasarkan alokasi waktu dalam satu hari. Responden akan melakukan aktivitas mencari nafkahnya setelah mereka sudah mampu menyelesaikan semua pekerjaan
rumah, seperti: mengurus anak dan suami. Akan tetapi, tidak semua responden dalam penelitian ini adalah berstatus sebagai isterisudah menikah, terdapat pula
yang masih berstatus sebagai anak rata-rata usia di atas 20 tahun, sehingga seorang anak sebelum berangkat bekerja ke kota, mereka bertugas membantu ibu
dalam pekerjaan rumahtangga, seperti memasak, mencuci atau mengurus adik- adik mereka. Proses ini berulang terus-menerus dalam kehidupan sehari-hari
mereka. Hal ini dikarenakan jam kerja responden yang lebih besar dalam aktivitas
mencari nafkah. Lama waktu yang dicurahkan dalam bekerja merupakan faktor untuk dapat meningkatkan pendapatan pekerja batik tulis yang bekerja di industri
kecil maupun industri besar. Dengan catatan apabila pekerja batik tulis memiliki waktu di luar pekerjaan utamanya, seperti lembur membatik di malam hari dan
memiliki pekerjaan sampingan di luar industri batik. Hal ini dikarenakan semakin banyak alokasi waktu yang digunakan dalam suatu pekerjaan maka dari segi
pendapatan yang akan diperoleh juga akan semakin banyak. Alokasi waktu kerja pada industri kecil maupun industri besar dihitung secara rata-rata per hari baik
pada kegiatan produktif maupun kegiatan reproduktif. Pada Gambar 22, ditunjukkan rata-rata alokasi waktu kerja responden pada industri kecil maupun
industri besar dalam jamhari yang bervariasi.
Keterangan: n
pekerja batik industri kecil
: 35 n
pekerja batik industri besar
: 35
responden yang memiliki kerja sampingan: membuat bordir taplak meja dan dagang sarapan
Gambar 21. Rata-Rata Alokasi Waktu Kerja Responden pada Industri Kecil JamHari
Keterangan: n
pekerja batik industri kecil
: 35 n
pekerja batik industri besar
: 35
responden yang memiliki kerja sampingan: membuat bordir taplak meja dan dagang sarapan
Uji Statistik Chi-Square, P-value = 0,9215 Tidak Berbeda Nyata
Gambar 22. Rata-Rata Alokasi Waktu Kerja Responden pada Industri Besar JamHari
7,00 2,88
1,50
0,93 0,86
0,63 0,26
6,83 2,03
0,50 0,59
12,62 Industri Kecil
Membatik Lembur batik
Kerja sampingan
Mencuci Memasak
Mengurus anak Bermain
Tidur
Kegiatan Produktif
Kegiatan Reproduktif
7,00 3,00
2,00
1,11 1,06
0,57 0,29
6,91 1,06
0,75 0,37
12,12
Industri Besar
Membatik Lembur batik
Kerja sampingan Mencuci
Memasak Mengurus anak
Bermain Tidur
Mengobrol Belanja
Lainnya
Kegiatan Produktif
Kegiatan Reproduktif
Berdasarkan data pada Gambar 22 dan 23 di atas, menunjukkan bahwa rata- rata alokasi waktu kerja responden tidak terdapat perbedaan baik di industri kecil
maupun industri besar. Alokasi waktu yang digunakan hampir sama untuk kegiatan dalam satu harinya. Melalui uji statistik chi-square sebesar P-value =
0,9215 10, yang artinya bahwa tidak berbeda nyata dan sesuai dengan
hipotesis penelitian yaitu menolak H
1
. Hal tersebut dikarenakan dalam sehari selama 24 jam, responden pada industri kecil maupun industri besar sama-sama
mengalokasikan waktu kerjanya untuk kegiatan produktif dan reproduktif. Tidak terdapat perbedaan alokasi waktu pekerja batik tulis antara industri kecil dan
industri. Maksud dari kegiatan produktif ini adalah kegaitan publik atau aktivitas dalam mencari nafkah yang terdiri dari: aktivitas membatik, lembur membatik dan
aktivitas pekerjaan sampingan yang dimiliki responden. Sedangkan kegiatan reproduktif adalah kegiatan domestik atau pekerjaan rumahtangga di luar dari
pekerjaan di industri yang terdiri dari: aktivitas memasak, mencuci, mengurus anak, bermain, tidur, mengobrol dan belanja. Aktivitas-aktivitas tersebut yang
diperoleh dari 70 responden penelitian. Untuk aktivitas lainnya, misalnya: menonton televisi, mengikuti pengajian di masjid dan bersih-bersih rumah.
Responden yang bekerja di industri kecil maupun industri besar, alokasi waktu dalam sehari untuk aktivitas mencari nafkah paling besar adalah aktivitas
membatik yaitu selama 7.00 jamhari. Sedangkan pada industri kecil aktivitas lembur dan pekerjaan sampingan dilakukan selama 2.88 jamhari dan 1.50
jamhari. Tidak berbeda jauh pada industri besar, aktivitas lembur dan pekerjaan sampingan rata-rata alokasi waktunya juga hampir sama. Sementara itu, kegiatan
reproduktif responden paling besar dialokasikan untuk tidur dan untuk kegiatan lainnya dilakukan pada aktivitas yang belum disebutkan pada gambar di atas.
Denga demikian, bagi responden pada industri kecil maupun industri besar waktu dalam sehari selama hampir 24 jam digunakan untuk segala macam aktivitas yang
sudah menjadi rutinitas mereka. Khusus untuk kegiatan reproduktif, aktivitas dan alokasi waktu yang digunakan bisa berubah-ubah sesuai dengan situasi dan
kondisi yang dihadapi oleh responden. Pemberian pekerjaan pada pekerja batik tulis tetap mengacu pada struktur sosial yang berlaku. Hal ini tercermin pada
penerimaan buruhpekerja yang mempertimbangkan bakat keterampilan dan
kemampuan fisik yang akan berpengaruh pada pemberian upah. Pada Gambar 24, ditunjukkan rata-rata tingkat produktivitas pekerja batik tulis RpJam pada
industri kecil dan industri besar.
Keterangan: n
pekerja batik industri kecil
: 35 n
pekerja batik industri besar
: 35
Gambar 23. Rata-Rata Tingkat Produktivitas Responden pada Industri Kecil dan Industri Besar
Berdasarkan data pada Gambar 24 di atas, dapat dilihat perbandingan rata- rata tingkat produktivitas responden pada industri kecil dan industri besar. Hasil
dari tingkat produktivitas ini diperoleh dari pendapatan responden per hari dibagi dengan alokasi waktu responden selama sehari. Hasil pada industri kecil, rata-rata
tingkat produktivitasnya adalah Rp 1.533,00jam. Sedangkan pada industri besar diperoleh rata-rata tingkat produktivitasnya adalah Rp 1.963,00jam. Data tersebut
menunjukkan bahwa pada industri besar lebih tinggi dibanding pada industri kecil. Dengan demikian, responden yang bekerja pada industri besar dapat
dikatakan lebih produktif dalam pekerjaannya. Untuk meningkatkan produktivitas pekerja maka diperlukan etos kerja yang tinggi. Pada industri besar, responden
lebih besar mengalokasikan waktunya pada kegiatan produktif. Hal ni dikarenakan responden pada industri besar lebih banyak menghabiskan waktunya
untuk bekerja lembur membatik dan untuk pekerjaan sampingan. Selian itu, upah yang diberikan oleh pengusaha industri besar berpengaruh untuk meningkatkan
produktivitas kerja responden. Semakin besar upah yang diberikan, semakin
1.533 1.963
500 1.000
1.500 2.000
2.500
Industri Kecil Industri Besar
Ra ta
-Ra ta
P ro
du k
tiv it
a s
Rp
tinggi pula kinerja membatik dan motivasi membatik yang berpengaruh pada alokasi kerja responden dalam sehari.
5.4 Ikhtisar