Pekerja Batik Tulis Pekalongan

4.4 Pekerja Batik Tulis Pekalongan

Batik Tulis adalah salah satu jenis hasil proses produksi batik yang teknis pembuatan motifnya langsung ditulis secara manual. Alat untuk menulisnya atau yang biasa disebut canting terbuat dari tembaga dengan gagang dari bambu. Ujung dari canting atau biasa disebut cucuk, mempunyai lubang yang bervariasi, sehingga bisa menentukan besar kecilnya motif. Sedangkan bak penampung canting disebut sebagai nyamplung. Nyamplung ini bisa berisi cairan malam atau pewarna, tergantung dari teknik batik yang akan digunakan. Ciri-ciri batik Tulis adalah :  Motif tidak berulang  Kombinasi warna bisa lebih banyak  Warna dasarnya bisa gelap atau cerah Batik tulis yang diproduksi oleh para perajin di Pekalongan, di dalamnya mengandung nilai-nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu antara lain: keindahan seni, ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Dalam perkembangannya, lambat laun kerajinan batik yang disebut dengan batik tulis ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pakaian rakyat yang sangat digemari, baik pria maupun wanita. Semula batik hanya dibuat di atas bahan dengan warna putih yang terbuat dari kapas yang dinamakan kain mori. Dewasa ini batik yang sudah menjadi kain tradisional Indonesia juga dibuat di atas bahan lain seperti sutera, poliester, rayon dan bahan sintetis lainnya. Disamping itu, cara pembuatannya juga mengalami perubahan. Batik Tulis Malam adalah teknik batik tulis dengan menorehkan cairan malam melalui canting tulis. Proses pembuatan batik tulis malam mirip seperti batik cap. Perbedaannya terdapat pada motif, jika batik cap motifnya cenderung berulang, maka batik tulis malam motifnya bisa unik kreatif persis seperti menggambar dengan bebas. Batik Tulis Colet adalah teknik batik tulis dengan menorehkan warna melalui canting tulis langsung ke kain mori, sehingga isi dari nyamplung canting adalah warna yang dikehendaki. Proses pembuatan batik tulis colet ini mirip seperti menggambar di kanvas. Jadi hasilnya sangat ditentukan dari kreatifitas dan keuletan goresan tangan dari pembatik. Semakin kecil dan detil barisan titik-titik yang bisa dibuat oleh pembatik, maka akan semakin tinggi tingkat kesulitan dan nilai dari batik tersebut. Dinamika para pengusaha batik dalam memproduksi berbagai jenis produk berkaitan dengan peranan para pengusaha batik dalam upaya mereka mencari bentuk, jenis dan motif seiring dengan makin berkembangnya motif yang sesuai dengan minat dan daya beli konsumen. Standar upah bagi tenaga kerja pada batik tulis adalah sekitar Rp 10.000,00-Rp 20.000,00 per hari. Jumlah ini bisa mengalami kenaikan seiring dengan meningkatnya kemampuannya membatik. Upah umumnya diberikan atas harian atau mingguan yang jatuh pada setiap hari kamis atau dikenal dengan istilah kamisan, tetapi ada pula yang diberikan per hari setelah selesai bekerja membatik. Membicarakan tentang batik tulis tidak dapat dilepaskan dari keterlibatan perempuan sebagai tenaga kerja Widuratmi, 2003. Untuk membedakan industri kecil, menengah dan besar biasanya dibedakan berdasarkan besarnya modal, jumlah tenaga kerja. Untuk batik skala besar memiliki pekerja yang banyak, modal yang besar dan upah yang cukup besar pula. Sedangkan untuk batik skala kecil hampir sama upahnya. Setiap wilayah Pekalongan, masing-masing daerah memberikan lapangan pekerjaan pada sektor industri batik yang sudah melekat pada masyarakat Pekalongan pada umumnya. Masyarakat di Pekalongan menggantungkan hidupnya pada pekerjaan di sektor industri batik, dikarenakan sektor industri memiliki kesempatan bekerja lebih besar dari sektor lainnya. Mayoritas para pekerja batik memiliki satu jenis pekerjaan saja, yaitu membatik. Hanya terdapat beberapa pekerja batik yang memiliji pekerjaan sampingan. Kebanyakan kaum perempuan mengerjakan pekerjaan membatik, sedangkan laki-laki melakukan proses pengecapan, pencelupan, pengeringan dan pengepakan. Dari penjelasan di atas, terdapat penggolongan gender dalam membatik. Upah pada sistem harian sudah dipatok harga oleh pengusaha masing- masing industri batik, tidak semua setiap pengusaha industri batik memberikan upah yang sama. Tetapi biasanya pengupahan pekerja juga melihat kondisi atau keadaan pengupahan batik di perusahaan lain khusus pada industri besar. Jadi, pengusaha satu mengikuti upah pengusaha yang lain. Sistem borongan dilakukan melalui perantara dari pengusaha batik. Pengusaha batik memiliki kepercayaan terhadap tugasnya untuk dikerjakan ke pekerja atau buruh di bawahnya mbabar. Orang kepercayaan itu disebut “juragan”. Sedangkan pekerja di bawahnya disebut “buruh mbabar”. Pengusaha memberikan beberapa kain kepada juragan beserta desain dan motif yang diinginkan. Lalu juragan memberikan tugas kepada buruh mbabar di kampungnya. Satu kampung biasanya terdiri dari 10 sampai 20 orang. Pengerjaan batik ini dilakukan di rumah-rumah masing-masing home industry. Juragan batik mendapatkan tugas tidak hanya dari satu perusahaan, tetapi beberapa perusahaan yang ada di Pekalongan biasanya tiga sampai empat perusahaan. Juragan mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dibandingkan ”buruh mbabar” di bawahnya. Sistem borongan tersebut dilakukan dengan tujuan agar batik dapat diselesaikan dengan cepat. Biasanya apabila terdapat pesanan lebih dari pengusaha dituntut pengerjaan dengan cepat. Sedangkan pada sistem harian dikerjakan sesuai jam kerja membatik di pabrik dan dapat dibawa pulang ke rumah untuk dikerjakan secara lemburan. Sistem pengupahan batik untuk borongan tergantung dari kualitas kainnya, misalnya dalam satu hari pekerja berhasil menyelesaikan kain batik sebanyak dua buah, sehingga buruh batik batik tersebut mendapatkan upah sekitar Rp 4.000,00-Rp 5.000,00kainnya. 47

4.5 ProfilIndustri Batik Kota Pekalongan