tersebut sangat memprihatinkan, disaat mereka sedang dihadapi situasi yang mendesak yaitu mengalami kesulitan keuangan, mereka kehilangan akal untuk
meminjam ke orang lain. Pada akhirnya, cara lain yang mereka lakukan adalah dengan meminjam kepada pengusahamajikan mereka. Selain itu, bagi yang tidak
bisa mengembalikan uangnya dengan terpaksa pihak majikan melakukan keputusan memotong gaji buruh batik sesuai dengan jumlah uang yang mereka
pinjam.
Hubungan ibu dengan pekerja-pekerja batik sangat baik. Mereka sudah ibu anggap seperti bagian dari keluarga Ibu. Sifat kekeluargaan sangat terasa
antara Ibu dan buruh batik. Bagaimana tidak, sudah bertahun-tahun mereka bekerja di perusahaan Ibu. Apabila ada buruh batik yang mengalami kesulitan
dalam hal keuangan mereka, Ibu membantu seadanya saja dan kadang-kadang memberikan uang untuk berobat, yang terpenting harus saling membantu
sesama dan yang ibu harapkan pekerja-pekerja batik puas bekerja di sini. Tetapi kadang-kadang mereka suka diam dan malu-malu mengatakan sesuatu.
Maka dari itu, jalan keluar untuk mengerti keadaan mereka dengan cara terbuka untuk mengeluarkan pendapat-pendapatan mereka, kadang-kadang
dilakukan sharing bersama Ibu Sri; majikan industri kecil, 50 tahun.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa setiap perusahaan batik baik pada industri kecil maupun industri besar terdapat pelayanan tersendiri
terhadap para respondennya. Tergantung dengan sikap majikan terhadap pekerja batik tulis, bagaimana cara majikan memperlakukan pekerjanya dengan baik.
Akan tetapi, sebagian besar responden mengatakan bahwa responden yang bekerja pada industri besar lebih merasa puas terhadap jaminan sosial dan kesehatan yang
diberikan oleh majikan mereka dibandingkan dengan industri kecil.
6.1.3 Tingkat Kepuasan Pekerja Batik Tulis Terhadap Fasilitas Kerja
Setiap perusahaan batik pada industri kecil maupun industri besar memiliki fasilitas tersendiri bagi para pekerjanya. Fasilitas kerja yang diberikan oleh
pengusahamajikan merupakan bentuk pelayanan terhadap pekerja batik tulis dalam memenuhi kebutuhan. Adanya fasilitas kerja yang disedikan tersebut,
sangat mendukung para pekerja batik dalam melakukan pekerjaannya selama jam kerja membatik. Perasaan senang dan semangat akan membuahkan hasil yang
diharapkan pada masing-masing pekerja industri batik, sehingga pekerja batik merasa nyaman bekerja di perusahaan baik pada industri kecil maupun industri
besar. Data pada Gambar 27 ditunjukkan persentase tingkat kepuasan responden
terhadap fasilitas kerja yang diberikan oleh pengusahamajikan pada kedua tipe industri batik.
Keterangan: n
pekerja batik industri kecil
: 35 n
pekerja batik industri besar
: 35
Uji Statistik Chi-Square, Chi-Sq = 13.083, DF = 2, P-Value = 0.001 Berbeda Nyata
Gambar 26. Persentase Responden Menurut Tingkat Kepuasan Terhadap Fasilitas Kerja pada Industri Kecil dan Industri Besar
Berdasarkan data pada Gambar 27 di atas, menunjukkan tingkat kepuasan responden terhadap fasilitas kerja yang diberikan pengusaha terdapat perbedaan
pada industri kecil dan industri besar. Melalui uji statistik chi-square sebesar P-
Value =0,001 10 yang artinya bahwa tingkat kepuasan responden terhadap fasilitas kerja berbeda nyata pada industri kecil dan industri besar. Sesuai dengan
hipotesis penelitian bahwa menerima H
1
. Pada industri kecil, sebanyak 19 responden 54,29 menyatakan puas terhadap adanya fasilitas kerja yang
diberikan oleh majikan, sebanyak 10 responden 28,57 menyatakan cukup puas dan 6 responden 17,14 menyatakan kurang puas atau tidak sesuai dengan apa
yang mereka harapkan. Sedangkan pada industri besar, hampir seluruh responden menyatakan kepuasan dengan pelayanan dan fasilitas yang diberikan oleh
pengusahamajikannya, yaitu sebanyak 32 responden 91,43. Bentuk fasilitas kerja yang berada di dalam tempat kerja responden diberikan pada masing-masing
industri tersebut seperti: peralatan membatik canting dengan jumlah yang cukup banyak, makan dan minum jajan dan air teh manis, hiburan radio serta fasilitas
pendukung seperti: fasilitas ibadah, toiletWC, ruang sharing. Akan tetapi, tidak
17,14 28,57
8,57 54,29
91,43
20 40
60 80
100
Industri Kecil Industri Besar
P e
r se
nt a
se R
e spo
nde n
Kurang puas Cukup puas
Puas
semua bentuk fasilitas yang disebutkan di atas dimiliki oleh setiap industri batik yang menjadi objek penelitian ini. Sama hal nya dengan fasilitas pendukung, yang
sebagian besar hanya dimiliki oleh industri besar.
Alhamdulillah sampai sekarang saya bekerja di industri batik pelayanan yang diberikan majikan saya sangat baik. Suasana lingkungan kerja
sangat menyenangkan, nyaman dan luas . Sikap pekerja-pekerja batik
yang lain sangat baik kepada saya. Alat-alat untuk membatik seperti canting diberikan dari majikan, jika rusak diganti yang baru. Ibu tidak pernah
mengganti canting apabila rusak. Selain itu, setiap pagi diberikan minuman teh manis dan hiburan dangdutan, sehingga ibu puas dengan suasana tempat
bekerja Ibu Ctn; pekerja batik industri besar, 45 tahun.
Bekerja membatik itu sangat membosankan, di sini tidak terdapat pelayanan dari majikan.
Saya hanya mengobrol dengan pekerja batik yang lain. Semua pekerja di sini sudah saya anggap seperti keluarga sendiri. Saya
dari rumah biasanya selalu membawa nasi dan singkong rebus untuk di makan di pabrik. Semua pekerja di sini membawa makanan sendiri-sendiri
dari rumah. Majikan saya kurang adanya perhatian kepada pekerja batik. Selain itu, beliau jarang datang ke pabrik Ibu Mkn; pekerja batik industri
kecil, 39 tahun.
Penjelasan di atas merupakan contoh kasus mengenai kepuasan responden terhadap fasilitas kerja pada industri kecil dan industri besar. Kasus Ibu Ctn
menyatakan kepuasan beliau terhadap pelayananfasilitas yang diberikan majikannya. Beliau mengatakan lingkungan dan suasana kerja sangat
menyenangkan, dikarenakan suasana pabrik yang bersih, terang dan nyaman untuk bekerja. Fasilitas-fasilitas yang diberikan adalah seperti alat-alat untuk
membatik canting, apabila canting mengalami kerusakan maka majikan memberikan canting yang baru. Hal tersebut sangat meringankan beban pekerja
batik karena pekerja batik tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli canting. Tidak seperti pada industri kecil, apabila canting rusak menjadi resiko pekerjanya
untuk membeli canting yang baru. Selian itu, fasilitas minum berupa teh manis selalu diberikan setiap hari dari pagi sampai sore. Majikan kadang-kadang
mengontrol para pekerja batik untuk melihat kegiatan membatik, sehingga terdapat pendekatan secara langsung dengan buruh batik. Hubungan yang baik
antara buruh batik dengan majikan akan berpengaruh pada kenyamanan pekerja sehingga dapat meningkatkan produktivitas pekerja batik tulis.
Sedangkan pada kasus yang dialami Ibu Mkn terjadi pada industri kecil. Beliau mengatakan bahwa di tempat kerjanya tidak terdapat fasilitas hiburan,
misalnya: lagu-lagu dangdut atau radio yang bisa sebagai penambah semangat dan penghilang rasa jenuh. Apalagi pekerjaan membatik merupakan pekerjaan yang
monoton dan kadang membuat bosan karena hanya diam dan duduk sambil memegang canting. Salah satu cara untuk melepas rasa bosan adalah dengan
mengobrol dan bercanda bersama pekerja batik lainnya selama membatik. Sistem keakraban dan kekeluargaan yang terus dibangun menciptakan lingkungan yang
menyenangkan. Ibu Mkn setiap hari selalu membawa makanan sendiri dari rumah untuk bekal makan siang di tempat kerjanya, menu makanan beliau hanya berlauk
tempe dan tahu. Selain itu, beliau juga membawa makanan kecil seperti singkong rebus untuk makanan selingan selama membatik. Majikan beliau tidak pernah
memberikan makanan kecil untuk pekerjanya, di samping itu majikan jarang berada di tempat kerja untuk mengontrol pekerja batik. Selama majikan tidak
berada di tempat tugas mengontrol diserahkan oleh anak majikan. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kepuasan
pekerja batik yang bekerja di industri besar dan industri kecil sama-sama merasakan kepuasan terhadap fasilitas yang diberikan oleh majikanpengusaha.
Akan tetapi, responden yang bekerja di industri besar menyatakan tingkat puas yang tinggi dibandingkan responden di industri kecil. Setiap pengusaha memiliki
cara untuk membuat pekerja-pekerjanya senang terhadap fasilitas dan suasana kerja. Dengan memberikan tempat kerja yang menyenangkan berarti pula
menimbulkan peranan betah bekerja pada responden. Lama jam istirahat selama satu jam ini berlaku untuk semua pekerja batik
tulis pada masing-masing industri. Waktu tersebut digunakan sebaik-baiknya oleh responden untuk makan, sholat dan istirahat. Sebagian responden yang bekerja
pada industri kecil maupun industri besar, terdapat fasilitas tempat ibadah dan toliet. Untuk keperluan makan, para responden mencari makan di warung-warung
terdekat atau membawa bekal dari rumah. Bagi yang tempat tinggalnya dekat dengan tempat kerja biasanya responden menggunakan jam istirahat untuk makan
dan sholat di rumah. Kedisiplinan merupakan hal yang penting bagi setiap pekerja batik tulis.
Setiap perusahaan memiliki peraturan tertentu yang harus ditaati setiap pekerjanya. Apabila dilanggar, pekerja yang melanggar peraturan tersebut akan
diberikan sanksi oleh pengusaha batik. Kedisiplinan sebaiknya dibangun dan ditanamkan pada jiwa setiap pekerjanya. Peraturan yang terdapat pada setiap
industri kecil dan industri besar seperti, peraturan jam berangkat dan menjalankan tugas sesuai pekerjaannya. Apabila terdapat pelanggaran terhadap keterlambatan
diharuskan melapor terlebih dahulu dengan majikannya. Ketelatenan membatik juga menjadi faktor penentu dalam tingkat kecepatan penyelesaian membatik dan
terhindar dari rusaknya pemberian lilin di atas kain. Kasus di bawah ini merupakan contoh pengalaman pengusaha batik dalam kedisiplinan para
pekerjanya. Box 1
Kasus Pengusaha Batik Terhadap Kedisiplinan Pekerja Batik
Peraturan pada perusahaan Batik Larissa mengharuskan mengharuskan pekerja batik disiplin terhadap jam kerja. Berangkat pukul 08.00-16.00 WIB, sedangkan jam
istirahat diberikan selama satu jam yaitu pukul mulai 12.00-13.00 WIB. Pengusaha batik Larissa memiliki pengalaman dengan pekerja batik. Beliau pernah mengalami kejadian
pelanggaran yang dilakukan pekerja batiknya di pabrik. Pekerja batik pernah mencuri kain batik yang disembunyikan di perutnya. Kecurangan tersebut diketahui oleh pekerja
batik yang lain, mereka curiga dengan perilaku dan fisik pekerja tersebut. Kain yang dia curi adalah kain sutera yang terkenal sangat mahal harganya. Pada akhirnya pekerja-
pekerja lain melapor kepada pengusaha dan langsung menindak tegas pekerja tersebut untuk mengakui perbuatannya. Dengan berat hati saya mengeluarkan pekerja tersebut dari
perusahaan. Pengalaman tersebut menjadi pelajaran bagi pekerja-pekerja batik yang lain. Kepercayaan yang diberikan harus benar-benar dilakukan dengan baik, tanpa ada
kebohongan dan kecurangan lagi. Maka dari itu, pengusaha selalu menanamkan kedisiplinan kerja kepada pekerjanya agar berlaku jujur. Bapak Eddy; pengusaha industri
besar, 50 tahun
Pada perusahaan CV. Tobal terdapat peraturan untuk pekerja seperti: peraturan jam kerja, peraturan sistem keamanan dan kesehatan kerja. Sistem keamanan di perusahaan
ini cukup terjamin dengan adanya staf-staf bagian yang bekerja mengontrol para pekerja batik. sistem kesehatan di perusajaan ini bekerja sama dengan puskesmas daerah dan
terdapat dokter perusahaan untuk menangani pekerja batik yang sakit. Antara majikan dan pekerja pernah terjadi konflik atau beda pendapat dengan pekerja batik. Untuk
mengatasi permasalahan intern yang terjadi antara kedua belah pihak, pengusaha melakukan sharing bersama pekerja batik atau dengan cara memanggil pekerja yang
bermasalah. Secara terbuka kami bersama mengemukakan atau mengutarakan pendapatan dan keluhan-keluahan yang dirasakan pekerja secara langsung. Adanya pendekatan
dengan sistem kekeluargaan pada pekerja menyebabkan saling keterbukaan dan kenyamanan satu sama lain. Perusahaan ini menyediakan ruangan direktur ruangan
khusus untuk tempat sharing kalau terjadi sesuatu dengan pekerja. Bagian yang menangani kasus seperti ini adalah bagian Supervisor. Perusahaan berusaha memberikan
kenyamanan dan kepuasan bekerja Ibu Naning, 37 tahun.
Dari penjelasan di atas merupakan contoh pengalaman pengusaha pada dua industri batik mengenai kedisiplinan pekerja batik tulis. Konflik yang dialami
pada perusahaan batik Larissa mengakibatkan kerugian secara ekonomi dan sosial. Hubungan antar pengusahamajikan dengan pekerjanya harus terjalin
dengan baik sehingga menimbulkan dampak positif bagi pekerja dan perusahaan. Kedisiplinan pada pekerjaan akan terbangun dan memberikan kepuasan bagi
pekerjanya. Setiap keputusan diambil secara bijaksana dan sesuai dengan kebutuhan pekerjanya. Untuk meningkatkan kedisplinan diperlukan adanya
peraturan-peraturan pada setiap industri batik dan adanya fasilitas-fasilitas yang memadai bagi para pekerjanya. Dengan demikian kepuasan dan keloyalan pekerja
akan berdampak pada kehidupan sosial para pekerja batik tulis.
6.2 Tingkat Stres Pekerja Batik Dalam Membatik