Ikhtisar GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Keterangan: n pekerja batik industri kecil : 35 n pekerja batik industri besar : 35 Gambar 9. Rata-Rata Lama Bekerja Tahun Responden pada Industri Kecil dan Industri Besar Berdasarkan data Gambar 10 di atas, menunjukkan bahwa rata-rata pekerja batik yang bekerja pada industri kecil lebih lama bekerja dibanding industri besar. Pada responden yang bekerja pada industri kecil adalah selama empat tahun. Sedangkan pada responden yang bekerja di industri besar sudah bekerja selama delapan tahun. Jadi, responden yang bekerja pada industri besar lebih lama bekerja dibandingkan responden yang bekerja pada industri kecil. Kepuasan bekerja menjadi faktor lama bekerja di industri tersebut. Selain itu, adanya aturan-aturan tertentu dan hubungan yang baik antara pekerja dengan pengusaha dapat menjadi faktor responden untuk tetap bekerja pada industri besar. Sehingga pekerja batik loyal terhadap pekerjaannya. Lama bekerja juga dapat dilihat dari faktor umur responden. Semakin tua umur responden, semakin lama pula responden yang bekerja pada industri tersebut. Selain itu, responden memiliki keterampilan kerja yang lebih baik dan kualitas membatik yang baik.

4.7 Ikhtisar

Di Kota Pekalongan pada tahun 2009, mayoritas penduduknya bekerja di sektor industri yang sebagian besar merupakan industri batik. Setiap Kecamatan tersebut menjadi sentra pekerja batik di Kota Pekalongan dimana mayoritas pekerja batik tulis terdapat di kelurahan Pasirsari, Jenggot, Kauman, Gamer, Duwet, Sokorejo, Noyontaan, Jenggot dan lain sebagainya. Jumlah penduduk 5 8 2 4 6 8 10 Industri Kecil Industri Besar Ra ta -Ra ta L a m a B ek er ja T a hu n Kota Pekalongan pada tahun 2009 adalah 276.158 jiwa, terdiri dari 134.332 laki- laki 48,64 dan 141.826 perempuan 51,36. Sedangkan banyaknya rumahtangga adalah 68.432. Dari sisi penyerapan tenaga kerja, sebagian besar penduduk Kota Pekalongan bekerja di sektor industri khususnya industri batik. Hal ini tercermin pada tingginya persentase penduduk yang bekerja di sektor industri batik dari total usia produktif di seluruh Kota Pekalongan. Batik merupakan karya seni bangsa Indonesia dengan perpaduan antara seni dan teknologi para leluhur yang bernilai tinggi sebagai salah satu cabang seni rupa dengan latar belakang sejarah dan akar budaya dalam perkembangan kebudayaan bangsa Indonesia. Batik digolongkan ke dalam empat macam yang salah satunya adalah batik tulis. Pekerja batik tulis tidak hanya berasal dari penduduk asli Kota Pekalongan akan tetapi ada beberapa yang berasal dari luar Kota Pekalongan yaitu Kota Batang. Untuk membedakan industri kecil, menengah dan besar biasanya dibedakan berdasarkan besarnya modal dan jumlah tenaga kerja. Untuk batik skala besar memiliki pekerja yang banyak, modal yang besar dan upah yang cukup besar pula. Sedangkan untuk batik skala kecil memiliki pekerja yang sedikit dan besarnya upah hampir sama dengan pekerja batik pada industri manapun. Hal ini dikarenakan upah membatik setiap industri hampir sama besarnya dan sudah menjadi patokan. Kebanyakan pekerjaan membatik merupakan pekerjaan utama kaum perempuan. Setiap wilayah Pekalongan, masing-masing daerah memberikan kesempatan pekerjaan pada sektor industri batik yang sudah melekat pada masyarakat Pekalongan pada umumnya. Kondisi ekonomi pekerja batik bisa dikatakan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Dimana suami bekerja dan isteri juga bekerja, sama- sama sebagai sumber nafkah rumahtangga. Masyarakat di Pekalongan menggantungkan hidupnya pada pekerjaan di sektor industri batik, dikarenakan sektor industri memiliki kesempatan bekerja lebih besar dari sektor lainnya. Mayoritas para pekerja batik memiliki satu jenis pekerjaan saja, yaitu membatik. Hanya terdapat beberapa pekerja batik yang memiliki pekerjaan sampingan. Kebanyakan kaum perempuan mengerjakan pekerjaan membatik, sedangkan laki- laki melakukan proses pengecapan, pencelupan, pengeringan dan pengepakan. Dari penjelasan di atas, terdapat penggolongan gender dalam membatik. Pada tabel di bawah ini ditunjukkan karakteristik umum pekerja batik tulis yang bekerja pada industri kecil dan industri besar di Kota Pekalongan. Berdasarkan penjelasan dari Bab IV di atas, terangkum dalam tabel 3 di bawah ini. Tabel 3. Karakteristik Umum Pekerja Batik Tulis pada Industri Kecil dan Industri Besar, Kota Pekalongan Tahun 2011 Karakteristik Industri Kecil Industri Besar Jenis kelamin Perempuan Perempuan Rata-rata umur pekerja batik 44 tahun 36 tahun Agama Islam Islam Etnis Jawa Jawa Asal penduduk Penduduk Asli Penduduk Asli dan Pendatang Tingkat pendidikan Tidak SekolahTamat SD rendah Tidak SekolahTamat SD rendah Status dalam rumahtangga Isteri Isteri Tingkat keterampilan membatik Tinggi Tinggi Rata-rata jumlah anggota rumahtangga Lima anggota Empat anggota Rata-rata lama bekerja Lima tahun Delapan tahun Sifat pekerjaan membatik Pekerjaan tetap Pekerjaan tetap Jenis pekerjaan sampingan di luar membatik Satu reponden: pengrajin taplak meja bordir Tiga responden; pengrajin taplak meja bordir, pedagang sarapan dan buruh tani saat panen Transformasi dari pedesaan ke perkotaan Kuat Kuat Cara mendapatkan pekerjaan membatik Turun-temurun Turun-temurun Proses rekruitmen pekerja Tidak ada seleksi Tidak ada seleksi Aturansanksi Ada Ada Sistem pengupahan Harian Harian Cara sosialisasi tenaga kerja Dari mulut ke mulut Dari mulut ke mulut dan menggunakan selebaranpengumuman tertulis Keterkaitan industri dengan perdagangan skala besar Kuat Kuat Keikutsertaan pelatihan- pelatihan membatik Tidak pernah Tidak pernah Keterampilan yang Dimiliki Pekerja Selain Membatik Ada Ada Berdasarkan tabel 3 di atas, menunjukkan bahwa seluruh pekerja batik tulis pada industri kecil maupun industri besar adalah kaum perempuan dikarenakan batik tulis merupakan pekerjaan yang secara budaya lekat dengan kebiasaan di masa lalu, yaitu menyiapkan pakaian bagi keluarganya. Selain itu, perempuan pembatik tulis identik dengan pekerjaan kaum perempuan menggambar di atas kain . Pekerja batik tulis ini sebagian besar berstatus sebagai “isteri” yang menjadikan pekerjaan membatik sebagai pekerjaan utama atau pekerjaan tetap mereka sebagai sumber nafkah rumahtangganya. Pekerja batik tulis yang bekerja di industri kecil berasal dari penduduk asli Kota Pekalongan, sedangkan pada industri besar didominasi berasal dari penduduk asli dan sebagain kecil merupakan penduduk pendatang, yaitu Kota Batang. Tingkat pendidikan yang ditempuh pekerja batik pada industri kecil adalah tidak sekolahtidak tamat SD yang berarti tingkat pendidikan mereka sangat rendah. Sedangkan pekerja pada industri besar berpendidikan tamat SD atau tingkat pendidikan mereka rendah. Hanya terdapat dua responden saja yang berhasil menempuh sampai tingkat SMP. Keterampilan membatik yang sudah turun-temurun menjadi modal utama responden untuk dapat bekerja pada setiap industri batik di Kota Pekalongan, sehingga pekerjaan membatik dikatakan “berkah”. Selain pekerja di sektor industri batik, terdapat beberapa pekerja batik baik yang bekerja industri kecil maupun industri besar yang memiliki pekerjaan sampingan, yaitu usaha taplak meja, pedagang sarapan dan buruh tani saat panen. Pekerjaan sampingan memberikan sumbangan yang cukup untuk menambah penghasilan rumahtangga pekerja batik tulis. Tidak terdapat proses rekruitmen bagi pekerja yang ingin bekerja pada industri kecil maupun industri besar. Hanya saja dalam proses sosialisasi pekerja terdapat perbedaan antara industri kecil dan industri besar yang dilakukan penyebaran informasi dari mulut ke mulut tetangga atau saudara-saudara terdekat. Orang yang ingin bekerja tidak dilakukan seleksi atau persyaratan khusus untuk dapat bekerja di industri batik. Akan tetapi, faktor umur lansia juga menjadi pertimbangan bagi pengusaha industri batik. Sedangkan pada industri besar terdapat proses rekruimen pekerjanya yaitu dilakukan sosialisasi dengan cara membuat pengumuman tertulis dan disebarkan kepada masyarakat secara luas di Kota Pekalongan dan sekitarnya. Kemudian pemilik industri batik melakukan test terhadap pekerja dalam hal memegang canting yang benar dan melakukan uji membatik di atas kain teknik sesuai dengan kemampuan mereka. Setelah itu, pengusaha yang akan menentukan layak atau tidaknya untuk dapat bekerja pada industri tersebut. Para pekerja batik tidak pernah mengikuti pelatihan membatik dikarenakan keterbatasan uang dan waktu tempuh sehingga pekerja batik hanya mengandalkan keterampilan mereka yang sudah menjadi tradisi turun-temurun. Sebagian kecil dari jumlah responden yang memiliki keterampilan di luar membatik, yaitu keterampilan menjahit dan menyulam.

BAB V STRUKTUR NAFKAH DAN KERAGAMAN PENDAPATAN

RUMAHTANGGA PEKERJA BATIK TULIS TRADISIONAL

5.1 Tingkat Pendapatan Rumahtangga

Hampir 80 masyarakat Pekalongan memiliki mata-pencaharian di sektor industri, yaitu industri batik. Dari dulu sampai sekarang masyarakat Pekalongan menggantungkan hidupnya pada sumber nafkah dari membatik. Stuktur dan besarnya pendapatan responden berasal dari sektor industri batik. Fenomena dalam kombinasi struktur nafkah tidak terlepas dari peran anggota rumahtangga. Dimana peran suami sangat menentukan dalam nafkah rumahtangga. Pendapatan dalam pekerjaan membatik tidak dapat mencukupi untuk menghidupi anggota rumahtangga tanpa adanya kontribusi dari anggota rumahtangga lain. Dalam satu rumahtangga, tidak hanya suami yang bekerja namun anggota lain, seperti isteri dan anak turut membantu. Dalam penelitian ini responden berstatus sudah menikah isteri dan sebagian belum menikah anak yang memiliki pekerjaan tetap yaitu membatik. Tingkat pendapatan dalam rumahtangga terdiri dari suami, isteri dan anak. Pekerjaan membatik merupakan “last resort” atau pelabuhan terakhir untuk dapat bertahan hidup dalam menghidupi rumahtangganya. Pengambilan data pendapatan responden dilakukan dengan merinci pendapatan batik tulis per hari pada industri batik, baik industri kecil maupun industri besar. Selain itu, terdapat beberapa responden yang memiliki pekerjaan sampingan di luar industri batik dijadikan sebagai strategi nafkah ganda pekerja batik tulis. Responden yang memiliki pekerjaan sampingan sehingga pendapatan dari membatik dan non-batik yang diperoleh akan lebih banyak dibanding dengan responden yang bekerja membatik saja 2 . Secara umum mayoritas pekerjaan utama responden adalah bekerja sebagai buruh batik mendominasi kegiatan perekonomian di Kota Pekalongan, sehingga dapat menyumbangkan pendapatan 2 Jumlah responden yang memiliki pekerjaan sampingan sebanyak 4 orang dari total 70 responden .