Pengolahan dan Analisis Data

31 a. Menurunkan biaya variabel per unit produk variable cost per unit Jika biaya variabel diturunkan, maka marjin kontribusi akan bertambah yang membuat laba akan menjadi lebih besar. b. Menurunkan biaya tetap fixed cost Salah satu cara untuk mendapat laba yang lebih besar adalah dengan menurunkan biaya tetap. c. Menaikkan harga jual price Menaikkan harga jual dapat digunakan dalam proses perencanaan laba yang lebih besar. d. Menaikkan volume penjualan quantity Untuk memperoleh peningkatan laba, maka volume penjualan harus ditingkatkan, setelah penjualan mencapai BEP makan peningkatan penjualan akan menambah laba yang akan dihasilkan. Berdasarkan hasil analisis CVP yang telah dilakukan, akan dipilih alternatif yang paling tepat dan rasional untuk UMKM milik ibu Sriutami ini, disesuaikan dengan kondisi perusahaan dan pasar yang dihadapi. Sedangkan analisis tren yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk melihat perkembangan laba selama periode bulan April hingga Desember 2012, agar dapat menjadi bahan pertimbangan pada analisis CVP di periode selanjutnya. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah UMKM Ibu Sriutami

Usaha pengolahan kelapa miliki ibu Sriutami merupakan salah satu anggota dari Kultum Organizer yang merupakan sebuah yayasan yang bertujuan untuk membangun jiwa kewirausahaan sosial social entrepreneur di wilayah desa Tegalwaru dan mulai bergabung pada pertengahan tahun 2007. Usaha milik ibu Sriutami ini didirikan pada tanggal 17 Januari 2007. Berawal dari tawaran menjadi mitra kerja dari salah satu perusahaan roti yang ada di Bogor yaitu perusahaan roti GS yang saat itu sedang mencari pemasok selai kelapa untuk salah satu varian roti yang diproduksinya yaitu roti isi selai kelapa. Bentuk kemitraan yang ditawarkan adalah pihak perusahaan roti GS akan membantu dalam penyediaan alat-alat yang dibutuhkan UMKM milik ibu Sriutami untuk memproduksi selai yang nantinya dapat dibayar dengan cara diangsur, sementara itu untuk pihak UMKM memiliki kewajiban untuk menjual hasil produksi selai kelapanya hanya untuk perusahaan roti GS. Pada awal produksi, permintaan selai kelapa dari perusahaan roti GS adalah sebanyak satu setengah ton per hari. Namun keadaan ini tidak berlaku pada bulan- bulan tertentu seperti pada bulan juli yang merupakan bulan liburan sekolah dan pada bulan ramadhan. Pada bulan-bulan tersebut perusahaan roti GS menurunkan permintaannya ataupun sampai tidak memerlukan sama sekali karena produksi roti isi selai kelapa dihentikan. Menjelang akhir tahun 2007 permintaan dari perusahaan roti GS untuk memasok selai kelapa turun sedikit demi sedikit karena banyaknya UMKM sejenis yang mulai bermunculan dan turut menjual produk selai kelapa kepada perusahaan tersebut sehingga membuat laba yang diperoleh makin menurun. Melihat banyaknya limbah air kelapa hasil produksi selai kelapa yang tidak terpakai yayasan Kultum Organizer membantu UMKM binaannya sehingga dapat memanfaatkan limbah tersebut agar dapat bernilai ekonomis. Air kelapa yang tidak terpakai dapat dibuat menjadi nata de coco yang bernilai ekonomis tinggi. Pada bulan April 2008, UMKM ini mulai memproduksi produk nata de coco 33 dalam skala besar. Hasil produksi yang diperoleh dari produk baru ini cenderung baik kecuali pada musim penghujan. Di musim penghujan b iakan nata de coco banyak yang tidak tumbuh karena suhu ruangan tempat pembiakan cenderung lembab dan sehingga hasil yang diperoleh dari nampan tempat nata de coco dibuat tidak maksimal dan terkadang ada yang tidak tumbuh sama sekali. Berbeda dengan sistem penjualan pada selai kelapa yang memiliki mitra kerja perusahaan roti GS, untuk produk nata de coco penjualannya dilakukan pada UMKM pengumpul nata de coco dan berdasarkan pesanan perusahaan lain. Harga jual pada pengumpul dan pesanan dari perusahaan nata de coco cenderung stabil. Bila dilihat berdasarkan kriterianya, UMKM ini termasuk dalam kategori usaha kecil karena sebagaimana kriteria usaha kecil yaitu memiliki kekayaan bersih lebih dari 50 juta rupiah sampai dengan paling banyak 500 juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari 300 juta rupiah sampai dengan paling banyak 2.5 milyar rupiah.

4.2 Proses Produksi

Dalam melakukan proses produksi selai kelapa dan nata de coco memerlukan bantuan tenaga mesin untuk merubah bahan baku menjadi produk jadi. Berikut ini merupakan proses produksi dari masing- masing produk : a. Selai kelapa Dalam proses produksi selai kelapa untuk satu tungku diperlukan bahan- bahan sebagai berikut: 110 kg kelapa kelapa yang sudah diparut, 35 kg gula pasir, 10 kg gula cair, 3 kg tepung ketan, 3 kg tepung tapioka, garam dan 3 sendok pewarna makanan hijau serta obat-obatan. Semua bahan dicampur jadi satu dan diaduk, kemudian dimasak di tungku sambil terus diaduk. Setelah tiga setengah jam adonan diangkat dan didinginkan kemudian dikemas dalam dus plastik ukuran 10 kg. b. Nata de coco Dalam proses produksi nata de coco dilakukan langkah- langkah sebagai berikut: 1. Penyiapan biakan murni