Volume Penjualan Kajian Strategi Peningkatan Laba dengan Penerapan Cost-Volume-Profit Analysis pada UMKM Ibu Sriutami

36 disebabkan pada periode ini produk selai kelapa tidak diproduksi tepatnya pada bulan Juli dan Agustus. Volume penjualan usaha pengolahan kelapa milik ibu Sriutami pada bulan April sampai dengan Desember 2012 per triwulan ditampilkan pada Tabel 3 berikut : Tabel 3 Volume penjualan bulan April−Desember 2012 No. Jenis Produk Penjualan Rp Triwulan 1 April−Juni Triwulan 2 Juli−Sept Triwulan 3 Okt−Des 1. Selai kelapa 197.600.000 101.400.000 189.800.000 2. Nata de coco 118.560.000 100.620.000 113.880.000 Total 316.160.000 202.020.000 303.680.000 Su mber : UM KM ibu Sriutami 2012 Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa penjualan pada triwulan satu hingga ketiga cenderung fluktuatif. Penjualan tertinggi terjadi pada triwulan pertama yaitu pada periode April sampai dengan Juni 2012. Pada periode ini kedua produk diproduksi cukup tinggi. Pesanan selai kelapa maupun nata de coco cukup tinggi pada periode ini bila dibanding dengan periode yang lainnya. Hal tersebut menyebabkan perolehan penjualan meningkat cukup tinggi. Namun berbeda halnya pada periode triwulan kedua yaitu bulan Juli sampai dengan September 2012, pada periode ini perolehan penjualan mengalami penurunan. Hal tersebut disebabkan oleh tidak diproduksinya produk selai kelapa pada bulan Ramadhan yang jatuh pada bulan Juli hingga Agustus. Sama seperti pada tahun-tahun sebelumnya perusahaan roti GS meminta UMKM milik ibu Sriutami untuk tidak memasok selai kelapa selama bulan ramadhan. Penyebab lain dari kemerosotan penjualan pada periode ini adalah jumlah hari libur kerja yang cukup banyak dalam menyambut libur hari raya Idul Fitri. Berdasarkan total penjualan yang berhasil dicapai oleh usaha pengolahan kelapa milik ibu Sriutami, maka dapat diketahui persentase dari masing- masing periode penjualan. Perhitungan persentase penjualan dari selai dan nata pada periode penjualan triwulan pertama yaitu bulan April hingga Juni 2012 ditampilkan oleh Tabel 4 berikut ini. 37 Tabel 4 Persentase unit penjualan periode April−Desember 2012 No. Penjualan Periode Triwulan 1 Apr-Juni 2012 Triwulan 2 Juli-Sep 2012 Triwulan 3 Okt-Des 2012 1. Jumlah Rp Selai kelapa 197.600.000 101.400.000 189.800.000 Nata de coco 118.560.000 100.620.000 113.880.000 2. Persentase Selai kelapa 62,50 50,19 62,50 Nata de coco 37,50 49,81 37,50 Sumber : UMKM ibu Sriuta mi 2012 Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa presentase volume penjualan terbesar pada periode triwulan satu dan tiga adalah selai kelapa yaitu sebanyak 62.50 sedangkan nata de coco hanya sebesar 37.50. Pada triwulan dua persentase unit penjualan dari masing- masing produk tidak terlalu jauh berbeda yaitu 50.19 untuk selai kelapa dan 49.81 untuk nata de coco.

4.4 Biaya Operasional Bulan April −Desember 2012

Biaya operasional merupakan semua biaya yang dikeluarkan oleh usaha pengolahan kelapa milik ibu Sriutami dalam melakukan kegiatan produksinya. Dalam penyajiannya biaya operasional ditampilkan per triwulan. Biaya operasional yang terjadi selama periode triwulan pertama A pril−Juni 2012 meliputi biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya listrik, biaya gas, dan biaya kemasan. Adapun rincian biaya operasional yang terjadi selama periode triwulan pertama ditampilkan pada Tabel 5. Tabel 5 Biaya-biaya t riwulan 1 April−Juni 2012 No. Biaya Jumlah Rp 1. Biaya Bahan Baku Langsung - Kelapa 33.440.000 - Air Kelapa 27.360.000 - Gula Pasir 84.056.000 - Gula Cair 13.072.000 - Tepung Ketan 5.016.000 38 Lanjutan Tabel 5 - Tepung Terigu 2.508.000 - Cuka 752.400 - ZA 342.000 - Bahan Pelengkap 5.016.000 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung 37.772.000 3. Biaya Listrik 2.460.000 4. Biaya Gas 2.702.000 5. Biaya Kemasan 19.760.000 6. Biaya Penyusutan - Kompor Gas 32.000 - Mesin Parut 120.000 - Mesin Kerik 210.000 - Mesin Masak 525.000 Total Biaya 235.143.400 Su mber : UMKM ibu Sriuta mi 2012 Berdasarkan Tabel 5 tersebut dapat diketahui bahwa biaya operasional tertinggi yang terjadi pada periode triwulan pertama adalah biaya yang berasal dari bahan baku langsung yaitu gula pasir, sebanyak Rp 84.056.000. Hal tersebut dikarenakan jumlah gula pasir yang diperlukan dalam produksi selai kelapa memang cukup banyak. Dalam satu kali proses pembuatan selai kelapa satu tungku memerlukan gula pasir sebanyak 35 Kg, setiap hari UMKM ini memproduksi dua tungku selai kelapa. Sehingga dalam satu hari, unit produksi selai kelapa ini rata-rata menghabiskan gula pasir sebanyak 70 Kg. Biaya operasional terbesar kedua pada periode ini adalah biaya tenaga kerja langsung yaitu sebesar Rp 37.772.000. Biaya tersebut digunakan untuk membayar upah pegawai harian yang terlibat langsung dalam proses produksi. Total pegawai yang dipekerjakan oleh UMKM milik ibu Sriutami ini adalah sebanyak 19 orang tenaga kerja. Tenaga kerja pada UMKM ini dibagi menjadi dua bagian yaitu tenaga kerja untuk proses produksi selai kelapa yang berjumlah 12 orang dan nata de coco berjumlah 7 orang. Biaya penyusutan peralatan merupakan biaya penyusutan atas pembelian peralatan yang digunakan dalam proses produksi kedua produk. Peralatan yang mengalami biaya penyusutan meliputi mesin parut, mesin kerik, mesin masak tungku, kompor gas, kompor listrik. Metode yang digunakan untuk menghitung