65 a.
Menaikkan volume penjualan sebesar 10 b.
Menurunkan biaya variabel per unit sebanyak 5 Berdasarkan kedua alternatif strategi tersebut akan dilakukan analisis CVP dan
akan dipilih strategi yang dapat menghasilkan BEP minimal dan laba maksimal serta dianggap paling tepat dan rasional berdasarkan kondisi internal dan eksternal
kondisi pasar. Dalam melakukan analisis CVP untuk kedua alternatif strategi tersebut, anggaran biaya dan penjualan untuk periode tahun 2013 diasumsikan
sama dengan periode triwulan ketiga yaitu bulan Oktober hingga Desember 2012. Hasil analisis CVP dari kedua alternatif strategi tersebut ditampilkan pada Tabel
22 dengan menggunakan persamaan 10 dalam mencari nilai BEP. Tabel 22 Analisis CVP untuk mencapai laba maksimal
Jenis produk Penjualan
Alternatif strategi Vo lu me
penjualan naik 10
Rp Biaya variabel
per unit turun 5
Rp
Penjualan P
×
Q Se lai ke lapa
Rp 10.000 × 18.980 Kg = 189 800 000 208.780.000
189.800.000 Nata de coco
Rp 1.500 × 75.920 Kg = 113 880 000 125.268.000
113.880.000
T.Pe njual an Rp 303.680.000
334.048.000 303.680.000
B. Variabel B. Varunit × Q
Se lai ke lapa Rp 7.866 × 18.980 Kg = 149.299.000
164.228.900 141.843.050
Nata de coco Rp 489 × 75.920 Kg = 37.121.200
40.844.320 35.270.640
T. B. Var . Rp 186.430.200
205.073.220 177.108.690
CM Rp 117.249.800
128.974.780 126.571.310
B. Tetap Rp 39.628.000
39.628.000 39.628.000
Laba Rp 77.621.800
89.346.780 86.943.310
B EP Rp 102.637.500
102.637.540 95.078.664
Sumber : UMKM ibu Sriuta mi 2012
Berdasarkan Tabel 22 dapat dikemukakan bahwa, bila dilihat dari target peningkatan laba yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu sebesar Rp 85.383.980
dan Rp 89.265.070, alternatif strategi kedua tidak dapat mencapai target peningkatan laba 15. Namun apabila dibandingkan berdasarkan tingkat BEP
dari kedua alternatif strategi, maka alternatif strategi kedua memberikan nilai BEP
66 lebih rendah yaitu Rp 95.078.664 sedangkan BEP alternatif strategi yang pertama
adalah Rp 102.637.540. Alternatif pertama yaitu menaikkan volume penjualan sebesar 10
dianggap sulit dicapai karena faktor eksternal untuk penjualan selai kelapa kurang baik. Hal tersebut dapat dilihat dari permintaan perusahaan roti GS yang
cenderung turun. Hal yang berbeda terjadi pada produk nata de coco, permintaan terhadap produk ini cenderung naik namun adanya keterbatasan bahan baku dan
tenaga kerja membuat permintaan tidak bisa terpenuhi sepenuhnya. Alternatif strategi kedua yaitu menurunkan biaya variabel per unit sebanyak
5. Dengan menurunkan beban biaya yang termasuk dalam kelompok biaya variabel diharapkan dapat menaikkan laba dan menurunkan titik impas. Ada dua
komponen biaya variabel yang dapat diturunkan yaitu biaya bahan baku dan biaya kemasan. Kedua biaya tersebut merupakan biaya yang masih dapat ditekan oleh
usaha kecil ini. Sehingga dipilih alternatif strategi kedua yang paling baik untuk diterapkan, kendati tidak mampu untuk mencapai target laba 15 namun strategi
ini memiliki tingkat nilai BEP paling rendah sehingga tingkat kerugian dapat diminimalisir.
4.11 Implikasi Manaje rial
Berdasarkan hasil pembahasan dapat diketahui bahwa penjualan yang terjadi selama periode bulan April hingga bulan Desember 2012 berubah-ubah,
dengan posisi tertinggi berada dalam periode triwulan pertama April −Juni dan
terendah pada triwulan kedua Juli−September. Hasil analisis tren terhadap laba
meramalkan pada periode berikutnya di tahun 2013 usaha milik ibu Sriutami ini akan mengalami penurunan laba, sehingga pemilik usaha perlu melakukan
perencanaan strategis yang baik agar hal tersebut dapat dihindari. Analisis CVP digunakan untuk membantu memberikan alternatif strategi yang dapat diterapkan
oleh pemilik usaha sehingga usahanya dapat bertahan dan lebih berkembang. Analisis cost-volume-profit memberikan dua alternatif strategi yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan pemilik usaha selaku manajer dalam penetapan strategi pencapaian target kenaikan laba untuk periode berikutnya di
tahun 2013. Alternatif pertama yaitu menaikkan volume penjualan sebesar 10,
67 alternatif kedua menurunkan biaya variabel per unit sebanyak 5. Hasil dari
analisis CVP untuk kedua strategi tersebut merekomendasikan ibu Sriutami untuk melakukan strategi penurunan biaya variabel per unit sebanyak 5 dengan asumsi
bahwa hasil analisis CVP tersebut relevan untuk diterapkan. Melalui alternatif strategi tersebut diharapkan UMKM ini mampu memperoleh laba maksimal
dengan nilai BEP yang rendah dan dapat terhindar dari risiko kerugian.