Perhitungan Laba Kajian Strategi Peningkatan Laba dengan Penerapan Cost-Volume-Profit Analysis pada UMKM Ibu Sriutami

42 yang diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan. Perhitungan perolehan laba pada periode triwulan pertama yaitu bulan April hingga Juni 2012 dari hasil penjualan produk selai kelapa dan nata de coco adalah sebagai berikut: Laba Triwulan 1 Laba = Total Penjualan – Total Biaya = Rp 316.160.000 – Rp 235.143.400 = Rp 81.016.600 Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa laba yang diperoleh UMKM milik ibu Sriutami ini pada periode triwulan pertama April –Juni adalah sebesar Rp 81.016.600. Pada periode triwulan kedua yaitu bulan Juli hingga September 2012 UMKM milik ibu Sriutami tidak melakukan kegiatan produksi secara maksimal dikarenakan pihak mitra usaha perusahaan roti GS meminta untuk menghentikan pasokan selai kelapa untuk bulan Agustus yang berimbas pada penurunan perolehan penjualan. Total penjualan yang diperoleh pada per iode ini turun menjadi sebesar Rp 202.020.000. Perhitungan perolehan laba untuk periode triwulan kedua adalah sebagai berikut : Laba Triwulan 2 Laba = Total Penjualan – Total Biaya = Rp 202.020.000 – Rp 129.345.400 = Rp 72.674.600 Hasil dari perhitungan di atas menunjukkan bahwa perolehan laba pada periode ini turun bila dibandingkan dengan periode sebelumnya yaitu sebesar Rp 72.674.600. atau turun sebanyak 10 . Proses produksi pada periode ketiga Oktober –Desember 2012 sudah berjalan normal kembali. Total perolehan penjualan dari produk selai kelapa dan nata de coco pada periode ini adalah sebesar 303.680.000. Beban biaya yang harus dikeluarkan pada periode ini juga cukup besar yaitu sebesar Rp 226.058.200. Perhitungan perolehan laba untuk periode triwulan ketiga adalah sebagai berikut : Laba Triwulan 3 Laba = Total Penjualan – Total Biaya 43 = Rp 303.680.000 – Rp 226.058.200 = Rp 77.621.800 Hasil perhitungan laba di atas diketahui bahwa perolehan laba pada periode ini mengalami kenaikan menjadi Rp 77.621.800. Laba yang diperoleh pada periode ini naik 7 apabila dibandingkan dengan periode sebelumnya.

4.6 Analisis Tren Laba

Berdasarkan hasil perhitungan perolehan laba yang didapat pada ketiga periode April hingga Desember 2012 yang telah dilakukan sebelumnya dapat dilakukan analisis tren terhadap laba. Analisis tren dilakukan untuk mengetahui kecenderungan laba yang diperoleh dan melakukan prediksi perolehan laba pada periode berikutnya. Untuk melakukan analisis plot atau alur tren laba dan forcasting peramalan periode berikutnya digunakan alat bantu analisis berupa perangkat lunak Minitab versi 16. Dengan bantuan perangkat lunak ini dapat diketahui alur tren yang terjadi pada laba dengan tiga model analisis tren yaitu model tren Linier, Kuadratik, Eksponensial. Pemilihan metode yang paling tepat dari ketiga model tren dapat dilakukan dengan evaluasi model tren. Model yang paling tepat akan memberikan nilai dugaan yang lebih dekat dengan nilai aktua lnya. Metode yang dipilih adalah metode yang memberikan kesalahan peramalan terkecil. Terdapat beberapa cara untuk mengukur kesalahan peramalan yaitu MAPE Mean Absolute Percentage Erorr, MAD Mean Absolute Deviation dan MSD Mean Squared Deviation. MAPE mengukur kesalahan nilai dugaan model yang dinyatakan dalam bentuk rata-rata persentase absolut kesalahan. MAD mengukur kesalahan nilai dugaan model yang dinyatakan dalam bentuk rata-rata dari nilai absolut simpangan, sedangkan MSD mengkur kesalahan nilai dugaan model yang dinyatakan dalam bentuk rata-rata dari nilai kuadrat simpangan data. Selisih nilai dari ketiga alat ukur kesalahan peramalan terhadap laba untuk masing- masing model tren ditampilkan pada Tabel 9. 44 4 3 2 1 81 80 79 78 77 76 75 74 73 72 Periode Triwulan L a b a R p J u ta MA PE 3.89418 MA D 2.95316 MSD 9.81127 A ccuracy Measures A ctual Fits Forecasts Variable Trend Analysis Plot for Laba Linear Trend Model Yt = 80.50 - 1.69740t Gambar 2 Analisis tren laba periode bulan Agustus−Desember 2012 Tabel 9 Daftar nilai MAPE, MAD dan MSD No. Ukuran Model tren Linier Eksponensial 1 MAPE 3.894 3.907 2 MAD 2.953 2.966 3 MSD 9.811 9.675 Model Kuadratik tidak dapat dilakukan karena jumlah data yang kurang memenuhi syarat. Berdasarkan Tabel 9 dapat dikemukakan bahwa dari ketiga metode pengukuran kesalahan model tren Linier memiliki nilai kesalahan lebih rendah bila dibandingkan dengan model tren Eksponensial. Model tren Linier memiliki nilai MAPE sebesar 3.894, MAD 2.953 dan MSD 9.811 sedangkan model tren Eksponensial memiliki nilai MAPE lebih besar yaitu 3.907, MAD 2.966 dan MSD 9.675. Oleh karena itu, model tren Linier ini lebih tepat digunakan untuk peramalan dibandingkan model tren Eksponensial. Grafik hasil analisis plot tren terhadap laba periode April hingga Desember 2012 dengan model Linier ditampilkan pada Gambar 2.