Proses Produksi Kajian Strategi Peningkatan Laba dengan Penerapan Cost-Volume-Profit Analysis pada UMKM Ibu Sriutami

34 a Agar 15-18 g dimasukkan ke dalam 500 ml air kelapa, kemudian dipanaskan sampai larut. Setelah itu ditambahkan ekstrak ragi 5 g dan diaduk sampai larut larutan a. b Gula 75 g dan asam asetat 5 ml dimasukkan ke dalam 500 ml air kelapa segar yang lain dan diaduk sampai gula larut larutan b. c Larutan a sebanyak 3-4 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian tutup dengan kapas. Larutan b 3-4 ml juga dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang lain, kemudian ditutup dengan kapas. Masing- masing disterilkan pada suhu 121 C selama 20 menit. d Setelah selesai sterilisasi dan larutan tidak terlalu panas lagi, larutan a dituangkan ke larutan b secara aseptis. Setelah itu 1 tabung berisi larutan b diletakkan secara miring untuk membuat agar miring dan ditunggu sampai agar mengeras. e Inokulum Acetobacter xylinum diinokulasikan pada agar miring di atas. Kemudian diinkubasikan pada suhu kamar atau pada suhu 30 C sampai tampak pertumbuhan bakteri serupa keloid mengkilat dan bening pada permukaan miring. 2. Adapun cara pembuatan nata de coco untuk satu dandang adalah sebagai berikut: a Siapkan 90 liter air kelapa segar yang sudah disaring terlebih dahulu. b Tambahkan 600 gram gula pasir lalu didihkan. c Dinginkan hingga mencapai suhu kamar. Lalu tambahkan 300 ml asam cuka sampai diperoleh derajat keasaman pH 3-4. Asam ini diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang baik untuk kerja mikroba Acetobacter xylinum. Acetobacter xylinum adalah starter yang sangat menentukan keberhasilan produk nata de coco. Bakteri ini dibuat dari ampas nanas yang diperam selama 2- 3 minggu. d Campurkan starter kedalam rebusan air kelapa lalu tuang dalam wadah dengan ketinggian kurang lebih 5-6 cm. Selanjutnya diperam selama 1- 2 minggu. Setelah 1-2 minggu biasanya lapisan terbentuk dengan ketebalan kurang lebih 1-1.5 cm. 35

4.3 Volume Penjualan

Pada awal didirikannya usaha milik ibu Sriutami ini hanya memproduksi satu produk saja yaitu selai kelapa. Namun sejak tahun 2008 usaha kecil ini mulai memproduksi produk baru yaitu nata de coco. Sistem penjualan untuk produk selai kelapa dilakukan dengan cara kemitraan. Perusahaan roti GS merupakan perusahaan yang menjadi mitra UMKM ini semenjak awal didirikannya. Sistem kemitraan yang diterapkan yaitu bagi perusahaan roti GS berkewajiban untuk membantu memberikan bantuan peralatan operasional untuk produksi selai kelapa, sedangkan kewajiban dari UMKM adalah menjadi pemasok dan hanya akan menjual produk selai kelapanya kepada perusahaan tersebut. Total penjualan dari produk selai kelapa sangat tergantung dengan besar kecilnya permintaan perusahaan roti GS. Pada bulan-bulan tertentu produk ini tidak diproduksi karena pihak roti GS meminta agar tidak memasok selai kelapa. Hal ini terjadi karena pada bulan-bulan tersebut permintaan terhadap roti dipasaran turun, misalnya pada bulan ramadhan. Berbeda halnya dengan produk nata de coco, penjualan untuk produk ini dilakukan langsung pada UMKM pengumpul nata de coco dan juga berdasarkan pesanan perusahaan lain. Produk selai kelapa dan nata de coco dijual dengan harga yang berbeda. Produk selai kelapa dijual dengan harga Rp 10.000 per kilogram sedangkan untuk nata de coco dijual Rp 1.500 per kilogram. Adapun rincian kapasitas penjualan usaha milik ibu Sriutami pada bulan April sampai dengan Desember 2012 yang ditampilkan per triwulan adalah sebagai berikut : Tabel 2 Kapasitas penjualan bulan April−Desember 2012 No. Jenis Produk Kapasitas penjualan unit Kg Triwulan 1 April−Juni Triwulan 2 Juli−Sept Triwulan 3 Okt−Des 1. Selai kelapa 19.760 10.140 18.980 2. Nata de coco 79.040 67.080 75.920 Total 98.800 77.220 94.900 Su mber : UMKM ibu Sriuta mi 2012 Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa pada triwulan kedua yaitu periode bulan Juli hingga September 2012 merupakan penjualan terendah. Hal ini 36 disebabkan pada periode ini produk selai kelapa tidak diproduksi tepatnya pada bulan Juli dan Agustus. Volume penjualan usaha pengolahan kelapa milik ibu Sriutami pada bulan April sampai dengan Desember 2012 per triwulan ditampilkan pada Tabel 3 berikut : Tabel 3 Volume penjualan bulan April−Desember 2012 No. Jenis Produk Penjualan Rp Triwulan 1 April−Juni Triwulan 2 Juli−Sept Triwulan 3 Okt−Des 1. Selai kelapa 197.600.000 101.400.000 189.800.000 2. Nata de coco 118.560.000 100.620.000 113.880.000 Total 316.160.000 202.020.000 303.680.000 Su mber : UM KM ibu Sriutami 2012 Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa penjualan pada triwulan satu hingga ketiga cenderung fluktuatif. Penjualan tertinggi terjadi pada triwulan pertama yaitu pada periode April sampai dengan Juni 2012. Pada periode ini kedua produk diproduksi cukup tinggi. Pesanan selai kelapa maupun nata de coco cukup tinggi pada periode ini bila dibanding dengan periode yang lainnya. Hal tersebut menyebabkan perolehan penjualan meningkat cukup tinggi. Namun berbeda halnya pada periode triwulan kedua yaitu bulan Juli sampai dengan September 2012, pada periode ini perolehan penjualan mengalami penurunan. Hal tersebut disebabkan oleh tidak diproduksinya produk selai kelapa pada bulan Ramadhan yang jatuh pada bulan Juli hingga Agustus. Sama seperti pada tahun-tahun sebelumnya perusahaan roti GS meminta UMKM milik ibu Sriutami untuk tidak memasok selai kelapa selama bulan ramadhan. Penyebab lain dari kemerosotan penjualan pada periode ini adalah jumlah hari libur kerja yang cukup banyak dalam menyambut libur hari raya Idul Fitri. Berdasarkan total penjualan yang berhasil dicapai oleh usaha pengolahan kelapa milik ibu Sriutami, maka dapat diketahui persentase dari masing- masing periode penjualan. Perhitungan persentase penjualan dari selai dan nata pada periode penjualan triwulan pertama yaitu bulan April hingga Juni 2012 ditampilkan oleh Tabel 4 berikut ini.