Metode Rapid Entire Body Assesment REBA

B. Metode Pengukuran Ergonomi

Ada beberapa cara yang telah diperkenalkan dalam melakukan evaluasi Ergonomi untuk mengetahui hubungan antara postur tubuh saat bekerja dengan resiko keluhan otot skeletal. Metode tersebut diantaranya adalah : OWASOvako Working Postural Analysis system, Ergonomic Assesment Survey Method EASY, Metode Survey Baseline risk Identification of Ergonomic Factors BRIEF, Metode Rapid Upper Limb Assesment RULA dan Metode Rapid Entire Body Assesment REBA. Pada penelitian ini, dalam menganalisis postur kerja, peneliti menggunakan metode REBA. Berikut ini akan dibahas tentang metode REBA.

1. Metode Rapid Entire Body Assesment REBA

Rapid Entire Body Assesment REBA dikembangkan untuk mengkaji postur bekerja yang dapat ditemukan pada industri pelayanan kesehatan dan industri pelayanan lainnya Highnett and McAtamney, 2000. Sistem penilaian REBA digunakan untuk menghitung tingkat risiko yang dapat terjadi sehubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan MSDs dengan menampilkan serangkaian tabel-tabel untuk melakukan penilaian berdasarkan postur-postur yang terjadi dari beberapa bagian tubuh dan melihat beban atau tenaga yang dikeluarkan serta aktivitasnya. Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode REBA untuk menilai risiko pekerjaan yang dilakukan oleh pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil PIK Penggilingan Kecamatan Cakung, selain pengukuran menggunakan metode REBA cukup mudah dan tidak membutuhkan alat lain selain kamera dan busur MB-Ruler hal ini juga dikarenakan Metode REBA merupakan metode yang menerapkan pengukuran pada seluruh titik besar bagian pergerakan tubuh saat pekerja melakukan aktifitas pekerjaannya. Pekerjaan membuat sepatu merupakan pekerjaan yang membutuhkan pergerakan hampir seluruh tubuh, hal inilah yang menjadikan metode REBA sesuai dengan pekerjaan membuat sepatu.

a. Aplikasi REBA

Metode REBA dapat digunakan pada penilaian Ergonomi tempat kerja yang memiliki postur kerja seperti : 1 Seluruh anggota tubuh digunakandigerakkan 2 Postur dinamis, mobilitas tinggi atau postur yang tidak stabil, postur janggal dan ekstrim terutama ketika menggunakan gaya yang dikeluarkan sekuat-kuatnya. 3 Postur yang paling sering diulang-ulang repetitif 4 Postur yang dipertahankan paling lamastatis 5 Postur yang menimbulkan ketidaknyamanan dalam bekerja. 6 Mengangkat beban barangbenda mati maupun makhluk hidup manusia, hewan dan tumbuhan, baik sering dilakukan maupun jarang. 7 Untuk memonitormembandingkan posturperilaku pekerja yang berisiko sebelum dan sesudah adanya modifikasi tempat kerja, peralatan dan pelatihan Ergonomi.

b. Prosedur Penilaian REBA

Langkah-langkah penilaian postur tubuh, metode REBA membagi penilaian postur tubuh menjadi 2 kelompok, kelompok A dan B. Kelompok A terdiri dari anggota tubuh punggung, leher dan kaki. Sedangkan kelompok B terdiri dari anggota tubuh bagian kiri dan kanan pada lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Berikut ini adalah langkah-langkah penilaiannya, yaitu: 1. Kelompok A a Observasi dan tentukan postur punggung sesuai dengan katagori metode REBA: 1 Skor 1, posisi punggung yang baik adalah pada posisi tegak karena posisi ini memiliki skor terendah 2 Skor 2, posisi punggung yang berisiko terkena MSDs adalah pada saat fleksiekstensi 0-20 3 Skor 3, posisi punggung fleksi 20-60 dan ekstensi lebih dari 20 4 Skor 4 skor tertinggi, posisi punggung fleksi 60 . 5 Skor ini bertambah nilai 1 bila punggung miring ke sampingberputar. Semakin besar skor yang didapat maka semakin besar postur tersebut berisiko menimbulkan MSDs. b Observasi dan tentukan postur leher sesuai dengan katagori metode REBA: 1 Skor 1, posisi leher yang baik adalah saat fleksi 0-20 karena posisi ini memiliki skor terendah 2 Skor 2 skor tertinggi, posisi leher fleksiekstensi 20 . 3 Skor ini bertambah nilai 1 bila leher miring ke sampingberputar. Semakin besar skor yang didapat maka semakin besar postur tersebut berisiko menimbulkan MSDs. c Observasi dan tentukan postur kaki sesuai dengan katagori metode REBA: 1 Skor 1, posisi kaki yang baik adalah ketika kedua kaki menopang tubuh karena posisi ini memiliki skor terendah 2 Skor 2, posisi tubuh yang ditopang dengan salah satu kaki atau tidak stabil 3 Skor ini dapat bertambah nilai 1 bila lutut fleksi 30-60 o atau ditambah nilai 2 bila lutut fleksi 60 o hanya untuk postur berdiri. Semakin besar skor yang didapat maka semakin besar postur tersebut berisiko menimbulkan MSDs. d Masukkan setiap skor yang didapat skor punggung, leher dan kaki ke dalam tabel A untuk mendapatkan Skor Kelompok A. e Observasi dan tentukan skor gayabeban yang dikeluarkan untuk mengangkatmendorong objek kerja yang sesuai dengan katagori tabel gayabeban metode REBA: 1 Skor 0, pada gayabeban 5 kg 2 Skor 1, pada gayabeban 5-10 kg 3 Skor 2, pada gayabeban 10 kg. 4 Skor ini dapat bertambah nilai 1 bila gayabeban yang digunakan secara cepatterdesak. f Jumlahkan Skor tabel A dengan skor gayabeban yang didapat sehingga didapatkan Skor A. 2. Kelompok B a Observasi dan tentukan postur lengan atas bagian kanan dan kiri sesuai dengan katagori metode REBA: 1 Skor 1, posisi lengan atas yang baik adalah saat fleksiekstensi 0-20 karena posisi ini memiliki skor terendah 2 Skor 2, posisi lengan atas saat fleksi 20-45 atau ekstensi 20 . 3 Skor 3, posisi lengan atas saat fleksi 45-90 . 4 Skor 4, posisi lengan atas saat fleksi 90 5 Skor ini dapat bertambah nilai 1 bila lengan abduksirotasi dan bertambah nilai 1 lagi bila bahu terangkat. Namun dapat berkurang nilai 1 bila terdapat penopang lengan. Semakin besar skor yang didapat maka semakin besar postur tersebut berisiko menimbulkan MSDs. b Observasi dan tentukan postur lengan bawah bagian kanan dan kiri sesuai dengan katagori metode REBA: 1 Skor 1, posisi lengan bawah saat fleksi 60-100 2 Skor 2, posisi lengan bawah saat fleksi 60 atau 100 . Semakin besar skor yang didapat maka semakin besar postur tersebut berisiko menimbulkan MSDs. c Observasi dan tentukan postur pergelangan tangan bagian kanan dan kiri sesuai dengan katagori metode REBA: 1 Skor 1, posisi pergelangan tangan saat fleksiekstensi 0-15 2 Skor 2, posisi pergelangan tangan saat fleksiekstensi 15 3 Skor ini dapat bertambah nilai 1 bila pergelangan tangan miringberputar. Semakin besar skor yang didapat maka semakin besar postur tersebut berisiko menimbulkan MSDs. d Masukkan setiap skor yang didapat Skor lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan bagian kanan dan kiri ke dalam tabel B untuk mendapatkan Skor Kelompok B. e Observasi dan tentukan besar skor coupling genggaman tangan bagian kanan dan kiri yang sesuai dengan katagori tabel coupling metode REBA: 1 Skor 0, genggaman tangan yang terasa nyaman dan memerlukan tenaga yang sedang 2 Skor 1, genggaman tangan yang dapat diterima atau dilakukan tapi tidak ideal, nyaman atau genggaman hanya dapat diterima oleh bagian tubuh lainnya 3 Skor 2, genggaman tangan yang kurang dapat dilakukan meskipun masih mungkin dilakukan 4 Skor 3, genggaman tangan yang janggal, tidak aman, tidak berpegangan atau genggaman tidak dapat dilakukan oleh bagian tubuh lainnya 5 Semakin besar skor yang didapat maka semakin besar postur tersebut berisiko menimbulkan MSDs. 6 Jumlahkan Skor Kelompok B dengan skor coupling yang didapat sehingga didapatkan Skor B bagian kanan dan kiri anggota tubuh. 3. Masukkan Skor A dan B pada tabel C sehingga didapatkan Skor C bagian kanan dan kiri anggota tubuh. 4. Observasi dan tentukan skor aktivitas kerja bagian kanan dan kiri anggota tubuh dengan tabel aktivitas metode REBA: a Skor 1, bila satu atau lebih anggota tubuh mengalami postur statis selama lebih dari 1 menit b Skor ini dapat bertambah nilai 1 lagi bila terdapat postur repetitif yang sedang sebanyak 4 xmenit tidak termasuk berjalan c Skor ini dapat bertambah nilai 1 lagi bila terdapat posturgerakan yang dilakukan secara cepattidak beraturan. Sehingga Skor aktivitas kerja memiliki nilai maksimal 3. d Jumlahkan Skor C dengan Skor aktivitas sehingga didapatkan Skor REBA. e Setelah mendapatkan nilai akhir Skor REBA, masukkkan nilai pada katagori risiko untuk mengetahui tingkat risikonya dan level perubahan untuk menentukan pengendalian yang akan diterapkan. C. Pengendalian Bahaya Ergonomi Berdasarkan rekomendasi dari National Institute for Occupational Safety and Health NIOSH, ada beberapa cara untuk mengendalikan bahaya Ergonomi yang terjadi selama pelaksanaan tugas secara manual. Dari sudut pandang Ergonomi, penekanan pertama menghilangkan atau mengurangi risiko elimination, design control , pengendalian administratif rotasi kerja, dan penggunaan alat pelindung diri Janet Torma et al. 2009.

1. Elimination,

Dokumen yang terkait

Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Sales Promotion Girl (SPG) Pengguna Sepatu Hak Tinggi di Suzuya Medan Plaza pada Tahun 2015

33 205 129

Hubungan Sikap Kerja Dengan Musculoskeletal Disorders Pada Penjahit Di Pusat Industri Kecil Menteng Medan 2015

10 61 112

Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan musculosletal disorders pada welder di bagian fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia

2 14 120

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Pekerja di Bagian Polishing PT. Surya Toto Indonesia. Tbk Tangerang Tahun 2011

0 15 205

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor usaha kecil (Kasus pada industri konveksi di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulo Gadung, Kelurahan Penggilingan, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur)

0 9 124

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Pembuatan Dodol di Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2016

0 15 199

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Pembuatan Dodol di Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2016

1 1 20

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Pembuatan Dodol di Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2016

0 0 2

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Pembuatan Dodol di Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2016

0 0 10

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Pembuatan Dodol di Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2016

1 1 36